Selasa, 13 Desember 2016

The Happiest Childhood Ever With R.L.Stine

Jika masa kecil kalian ditemani oleh R.L. Stine, aku rasa kalian salah satu dari sekian banyak orang yang memiliki masa kecil yang luar biasa. Luar biasa! Benar! Aku tidak melebih – lebihkan. R.L.Stine berhasil menciptakan masa kecil luar biasa bagiku. Lewat buku misterinya yang khas, yang kubaca setiap kali sebelum tidur malam. Bermula dari sepupu perempuanku yang sering mencuri buku paman kami didalam kamarnya, aku mulai mengenal R.L. Stine melalui series Goosebumps. Saat itu usiaku delapan (mungkin), masih duduk di bangku sekolah dasar.
Ketika usia delapan, segala hal bisa saja mempengaruhi pikiran dan kemudian diyakini sebagai hal yang benar ada. Maskudku, saat itu aku percaya semua tokoh mengerikan dalam Goosebumps memang benar – benar mengerikan. Alhasil aku sering tidak bisa tidur karna ketakutan setiap kali membaca Goosebumps. Tapi itulah yang merupakan titik menyenangkannya, ketika aku ketakutan karna imajinasiku liar dan menjalar entah kemana – mana. Seringnya aku mengiprovisasikan cerita sebenarnya menjadi lebih dalam lagi, seperti membayangkan King Jelly warna ungu berada di bawah tempat tidurku, dan aku diculik, dan bahwa di suatu tempat dikotaku Camp itu benar – benar ada, dan kami akan disekap, dan aku mulai mencari – cari titik yang tepat yang dapat dijadikan Camp oleh King Jelly karna seluruh kotaku dikelilingi laut.
Berimajinasi itu menyenangkan, katanya itu akan membuatmu lebih kreatif (walaupun aku tidak yakin bahwa aku seorang yang kreatif), dan kufikir memiliki masa kecil penuh dengan imajinasi adalah suatu yang luar biasa, siapa sih yang pernah berimajinasi bahwa seorang muazin yang mengumandangkan adzan itu ada di langit? bahwa di suatu tempat entah dimana ada sebuah tangga yag bisa membawamu kelangit untuk beribadah. Itu aku, imajinasiku seperti itu. Jadi, sewaktu kecil setiap kali adzan berkumandang, aku akan berlari keluar rumah dan berdiri di teras sambil memicingkaan mata dan menunggu orang – orang yang naik tangga menuju langit. Aku penasaran mereka naik dari mana, tapi untungnya imajinasi (tak kreatif) itu diluruskan ibuku. Ibu bilang seorang yang mengumandangkan adzan itu ada di mesjid, rumah ibadah umat muslim, dan tidak ada tangga menuju langit selain pesawat NASA (?). Thanks Mom for being in patience to take care of me. Oh, ngomong – ngomong aku berimajinasi seperti itu ketika usia 4 tahun, jauh sebelum aku membaca buku R.L. Stine au sudah rajin day dreaming (Lol).
Belakangan ini aku kembali tertarik mencari buku – buku R.L.Stine. Jadi aku pergi mencari buku – buku lamanya. Sekarang aku sedang membaca pertualangan Wendy dan Adiknya di Camp Jellyjam. Walaupun sudah 22 tahun, jujur aku masi menikmati setiap sense horornya sama seperti ketika aku berusia delapan. Kata – katanya ringan, setiap detail kejadian dapat dengan mudah terbayang dalam otakku. Ini yang sebenarnya yang kucari dari sebuah buku, caranya menghidupkan visualisasi sederhana dalam otakku. Ketika aku menemukan buku yang berhasil membuatku mengimajinasikan kejadian yang sedang kubaca, maka kukatakan buku itu berhasil. Memang keberhasilan setiap penulis itu bermacam – macam, tapi bagiku kau akan menjadi seorang penulis ketika kau berhasil membawa pembacamu seperti berada dan mengalami kejadian dalam cerita yang kau tulis.
R.L.Stine punya bahasa sederhana yang mudah dimengerti anak – anak menurutku, walaupun yang aku baca dulu adalah hasil terjemahan Inggris – indonesia aku tetap mendapatkan feelnya. Kalo boleh jujur aku lebih suka dengan bahasa buku terjemahan, entah bagaimana itu bisa lebih menghidupkan imajinasiku.
Satu lagi series Goosebumps  yang masih melekat dalam ingatankanku adalah ‘Arwah Penasaran’. Aku ingat bagian sampulnya gambar sebuah danau dengan kepala seorang perempuan yang menyembul dipermukaannya. Series ini yang paling memicu adrenalinku ketika usia delapan. Aku merasa benar – benar ketakutan setengah mati membacanya, tetapi karna aku anak usia delapan yang memegang teguh pendirian, maka aku memutuskan untuk membacanya sampai selesai. Alhasil setiap kali aku mandi dan melihat kedalam bak mandi, aku selalu berimajinasi akan ada penggalan kepala yang menyembul dari permukaan air, dan itu berhasil membuatku mangkir dari mandi selama beberapa hari (tell me I’m dirty-stupid-kid, at leat I can imagination).

Tidak ada yang rugi dari membaca buku dan berimajinasi. Rasanya berimajinasi adalah hal terbebas yang bisa kau lakukan. Well, when all of our life restricted by those and these rule, none of that matter in imagination. Jika kau punya adik ataupun anak yang sedang dalam masa kanak – kanak mungkin buku ini bisa menjadi bagian dari teman – teman masa kecilnya. Make their childhood incredible, let they travel the world by books.

Senin, 12 Desember 2016

How I behave As Indonesian Kid

Bedasarkan saran dari teman sekamar saya yang mengatakan bahwa hal yang paling kecil dalam hidupmu adalah hal yang paling baik untuk ditulis kedalam tulisan. Selain tidak akan membuang waktumu megumpulkan bahan, itu juga dapat mengingatkanmu kembali bahwa banyak kebiasan baik masa lalu yang mungkin saja kau lupakan.
Well, jika berbicara tentang masa kecil, yang terlintas didalam kepalaku adalah…. Errrrrr….adalah…errrrrrr….. (I lost memory for while) adalah belajar hal- hal kecil yang ternyata berguna sampai kapanpun dan dimanapun. Bahkan tanpa disadari hal – hal kecil tersebut kemudian berperan sebagai pembentukan jati diri dia masa depan. Sebagai seorang indonesia, yang lahir dari pencampuran Aceh, Batak ,Melayu, saya terbiasa menggunakan bahasa indonesia dari kecil (hanya ketika dewasa baru belajar menggunakan bahasa daerah). Ini juga yang kemudia menjadi alasan utama mengapa bahasa indonesia lebih dominan dalam kehidupan sehari – hari saya saat masa kanak – kanak.
Ibu dari ayah saya adalah seorang batak mandailing, dengan logatnya yang khas sangat tidak mungkin untuk berkomunikasi dengan beliau selain bahasa indoensia. Dan Nenek ayah saya adalah seorang keturunan Melayu Deli, lagi – lagi bahasa indonesia yang menjadi jembatan untuk kami berkomunikasi.
Jadi, bukan bahasa yang akan saya bahas di sini (ahhhhh kentang , hahahaha ) melainkan tatakrama saat kecil yang saya dapat dari orang tua dan keluarga saya. Semacam peraturn didalam rumah; cara bicara, cara bersikap, cara makan yang baik, cara duduk yang benar, cara berinteraksi dengan orang yang lebih tua dan sebagainya, dan jika saya boleh jujur saya bukan anak yang penurut dan baik banget, kadang – kadang Home’s rule masi sering dilanggar alhasil sering banget kena marah. well, berani kena marah itu baik!
Yang paling menarik bagi saya dalam tatakrama anak – anak di indonesia adalah; mencium punggung tangan orang yang lebih tua ketika menyalami mereka. Ingat kejadian di final dunia Danone Nation Cup di Prancis? Dimana anak – anak indonesia yang bergabung dalam U- 12 mencium punggung tangan wasit ketika mereka bersalaman. Sebagian menganggap itu kocak, tapi nyatanya itu dapat pujian. Nah, itu dia, kebiasaan yang seperti itu yang menjadi ciri khas indonesia dan hanya ada di indonesia. Tradisi mencium punggung tangan itu dilakukan atas dasar sifat hormat kepada orang yang lebih tua. Di sekolah misalnya, anak sekolah dasar biasanya akan memulai kegiatan belajar sesudah berbaris dan menyalami guru mereka dengan mencium punggung tangan. Konsep pemikirannya, mencium punggung tangan guru seperti meminta izin untuk dibimbing menjadi anak yang lebih baik dan berguna. Menghormati guru juga akan membawa keberkahan nantinya.
Seperti yang saya bilang di atas, tidak hanya guru, anak – anak biasanya akan menyalami dengan cara yang seperti itu setiap berhadapan dengan orang yang lebih tua. Seiring bertambahnya usia, kini saya tumbuh menjadi anak kecil yang dulu mencium pungung tangan orang yang lebih tua menjadi orang tua yang diciumi punggung tangannya oleh anak kecil. Well, time fly so fast dude.
Setelah dewasa saya jadi menyimpulkan kegunaan dari bertatakrama itu begitu banyak. Semakin dewasa tatakrama itu bermetamorfosis menjadi tatakrama – tatakrama lainnya. Tatakrama itu seperit ulat yang terus tumbuh dan menjadi kupu – kupu, membentuk pribadi yang baik sebagai identitas diri yang baik pula. Semakin sering kamu dididik untuk menerapkan peraturan – peraturan kehidupan seperti itu, maka semakin mudah kamu mengikuti peraturan kehidupan lainnya.
Tidak hanya mencium punggung tangan orang yang lebih tua, masih banyak tatakrama masa kecil lainnya ciri khas orang indonesia. Akan saya jelaskan lain waktu. Saya akan rajin ngepost, bair hobi menulisnya tersalurkan. Agar tidak menjadi Sarjana Sastra yang kaku.


Ma'nene Ritual; Indonesian Heritage

Kebudayaan merupakan harta berharga suatu bangsa yang didapat dari perjalanan hidup mereka, didapat dari pengalaman – pengalaman dalam hidup bersama kelompok masyarakat. Budaya kemudian diterapkan dan menjadi sebuah identitas dasar masyarakat itu sendiri.
Indonesia, merupakan negara Asia tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa yang memiliki ragam suku, bahasa, adat, dan budaya. Indonesia sendiri terdiri dari 34 provinsi dengan lebih dari 1.000 suku/etnis. Tidak heran jika adat yang dimiliki beragam macamnya. Dan kali ini saya tertarik untuk meenulis sedikit tentang kebudayaan dari suku Toraja. Toraja merupakan suku yang menetap di pegunungan bagian utara sulawesi selatan, indonesia. Populasinya diperkirakan mencapai 1 juta jiwa, yang mana 500ribu diantaranya masih menetap di kabupaten tana toraja, kabupaten toraja utara, dan kabupaten mamasa. Mayoritas dari masyarakatnya memeluk kriten dan sebagain lagi memeluk islam dan animisme yang dikenal sebagai Aluk To dolo.
Kata toraja berasal dari bahasa bugis, ro riaja, yang berarti “orang yang berdiam di negeri atas”. Pada tahun 1909 pemerintah kolonial Belanda yang saat itu menjajah indonesia menamai suku ini dengan sebutan Toraja. Suku Toraja terkenal dengan ritual pemakaman, rumah adat tongtokan, dan ukiran kayunya.
Pada kesempatan ini saya akan membahas tentang ritual pemakaman suku toraja. Sejak duduk dibangku sekolah dasar, setiap kali mebaca buku dan menemukan penjelasan tentang suku toraja, saya sangat terkesima, akan ritual dan kebudayaannya. Kemudian terbersit di dalam hati betapa indonesia ini sangat kaya sebenarnya.
Ritual pemakana suku toraja merupakan peristiwa sosial yang sangat penting, biasanya di hadiri oleh ratusan orang dan berlangsung sampai beberapa hari. Disebut dengan ritual Ma’nene, yaitu ritual mengganti baju mayat dari leluhur mereka yang sudah diawetkan ratusan tahun di dalam pemakaman yang disebut petane. Ritual ini dilakukan untuk menghormati leluhur mereka, bisanya dilakukan setelah masa panen dibulan agustus.
Ritual dimulai dengan mengunjungi pemakaman para leluhur, sebelum membuka kuburan para tokoh adat dengan sebuatan Ne’ tomina terlebih dahulu membacakan doa dalam bahasa Toraja kuno. Doa tersebut dimaksudkan untuk memohon izin kepada leluhur agar masyarakat mendapat rahmat keberkahan setiap musim tanam dan panen berlimpah. Kemudian jasad para leluhur dikeluarkan dan dibersihkan dengan kuas oleh pihak keluarga, kemudian baju mayat dilepas dan digantikan dengan baju yang baru. mayat pria akan dipakaikan setelan jas lengkap, dari dasi hinggga kaca mata.
 picture taken from : http://blog.8share.com/id/menyeramkan-tradisi-manene-di-tana-toraja/



Ritual Ma’nene ini diyakini bermula dari kisah seorang pemburu zaman dahulu bernama Pong Rumasek. Berdasarkan kisahnya Pong Rumasek yang merupakan warga Toraja menemukan jasad manusia yang sudah meninggal ketika dia berburu. Jasad yang tinggal tulang – belulang tersebut kemudian menggugah hati Pong Rumasek untuk mengambil dan merawat jasad tersebut. Kemudian ia membungkus jasad tersebut dengan pakaian yang dikenakannya sebelum kembali berburu.
Setelah kejadian itu Pong Rumasek mendapat keberuntungan dalam setiap buruannya. dia selalu mendapat binatang buruannya dengan mudah dan keajaibanpun terjadi pada hasil panennya yang berlimpah. Pong juga mengakui bahwa dia sering bertemu dengan arwah dari jasad yang dipungutnya, dan sering mengajak arwah tersbeu untuk berbubru bersama. Sejak itu Pong Ramasek menyimpulkan bahwa jasad dari seorang yang sudah meninggal harus tetap dimuliakan walaupun tinggal tulang belulang.

Oleh sebab itu, sampai saat ini ritual memuliakan jasad yang sudah meninggal tetap diselenggarakan oleh warga toraja.

Jumat, 04 Desember 2015

Untukku


UNTUKKU


Suatu hari aku pernah bertanya pada ibu mengapa namaku Putri, padahal kami tidak punya istana, ayahku tidak punya rakyat untuk dipimpin, dan ibuku tidak punya mahkota. Aku datang dan berdiri di tengah- tengah dapur ketika ibuku sedang memasak,”Mengapa namaku Putri?” kedua tangan kulipat didepan dada, biasanya orang dewasa akan melakukan hal seperti itu ketika mereka menuntut sebuah pertanyaan untuk dijawab, segera!
Ibu berputar- putar didapur seperti yang setiap hari dilakukannya untuk menyiapkan ramuan yang akan kami santap bersama- sama siang nanti. “Mengapa namaku Putri?” aku mengulang pertanyaaku dengan hidung yang kukerutkan seperti mencium bau busuk. Kemudian ibu menoleh padaku dan tertawa kecil.
“Karna aku suka dengan nama itu.” katanya sambil mencubit ujung hidungku dan berlalu menuju sepanci besar sesuatu yang mendidih di dalamnya.
“Mengapa tidak nama yang lain? seperti—“ aku berfikir sejenak mencoba merangkai nama- nama yang mungkin saja terdengar bagus untuk diriku. “Seperti Ayam, curut, bebek, angsa, monyet, kucing, atau bekantan?—“ sambung ibu ditengah- tengah kepalaku yang masih berputar untuk berfikir. “Kau mau kuberi nama seperti itu? atau Hiu atau Paus atau, oh, Tuna, kau suka Tuna, kan?”
Aku tertawa, kami berdua tertawa membayangkan bagaimana jika saja dulu namaku Ayam, atau Bekantan , atau bahkan yang lebih mengerikan Hiu. Bisa- bisa saja aku tidak diterima di sekolah manapun, atau akan menjadi karung tinju orang- orang untuk diolok-olok. Kupikir semua pertanyaanku sudah jelas terjawab sampai…… sesuatu yang sering terjadi muncul kembali dalam kepalaku.
“Tapi, mengapa harus Putri?” pertanyaan itu sudah bergulung dalam kepalaku sejak pulang sekolah tadi, dan terus memenuhi mulutku untuk segera dimuntahkan.
“Karna kau seperti seorang Putri.”
Aku menunduk, menatap jari- jari kakiku yang berkerut karna terlalu lama berkeringat didalam sepatu. Meremas-remas ujung kemeja seragam taman kanak- kanakku. “Tapi, Diana tidak berfikir seperti itu, Diana bilang aku tidak seperti Putri.” Seharusnya—persetan—dengan jin cilik itu. Seharusnya aku harus menjadi tuli ketika berhadapan dengannya. Seharusnya aku harus menendang perutnya ketika dia menjulurkan lidahnya didepanku. Seharusnya aku harus menonjok  hidungnya keras- keras sampai berdarah ketika dia mengambil mainanku dan membuang botol minumanku. Seharusnya aku…..aku…..
Kemudian ibu berjongkok didepanku, mengusap ubun-ubunku dan menarik daguku mendongak menghadapnya “Kau tahu, ketika kau lahir kami mencari nama yang cocok untukmu berhari- hari. Kami berganti nama setidaknya lima kali karna kau terus- terusan sakit dan keadaanmu memburuk. Kemudian kami menemukan nama ini, dan siang malam aku berdoa semoga saja nama ini bisa membantumu bertahan karna aku tidak ingin kehilanganmu, aku menaruh harapan terbesarku didalam nama tersebut—Putri. Dan lihatlah sekarang, siapa yang berdiri didepanku dengan baju seragam sekolah bau keringat?” ibu mengelus kepalaku lagi.
“Aku tahu kau akan bertahan bersama dengan harapanku, dan tumbuh menjadi keras kepala dan menjengkelkan, suatu hari kau akan memanjangkan rambutmu dan menumbuhi poni,suatu hari kau akan berusia 17, suatu hari kau akan kecewa dan menagis, suatu hari kau akan gagal dan berhasil, dan sebelum bahkan ketika hari- hari itu datang kau akan terus menjadi seorang Putri untukku. Diana tidak akan pernah tahu itu, karna dia hanya mencarimu didalam buku cerita; mengenakan gaun yang indah, sepatu kaca, wajah yang cantik, tidur didalam istana, sempurna. Kau tidak akan menjadi salah satu dari hal- hal tersebut, karna kau adalah dirimu dan kau melebihi dari pada itu.”
“Kau tidak akan menjadi sesuatu yang mereka putuskan, You Will become a Princess like you should be, with all of your flaw and  beautiful. Sometime, something just only can be found when we trying to feel it not see it. And you always become Princess what ever you form for me.”


nb:tulisan yang hanya sekedar tulisan, mungkin.

Kamis, 08 Oktober 2015

Letter For Summer

"You can love someone so much, but you can never love people as much as you can miss them"__John Green

I love you, i knew you knew it. You said that i should go, because you should leave. We can remember each other even we both lying in the machine time, because it was my amazing journey, your amazing journey, our amazing journey. Did you promise me that you won't forget my name? i keep thinking about that last conversation.

We are collide, and something has collide should be separate sometimes. How could i accept to have a thought like that, my brain shout out 'over' to the mirror while my heart calling out your name. How is the brain and heart become difference in same me? which one i supposed to trust between heart and brain while you walk away?

You said i deserve to be loved constantly with hungry hearts and hands out there, but why those people not you? 

i'm not trying to be dramatic drowning in you, because let me clear something here, i never plan to love you but my heart did.I hope you can understand which one i trust now.


be happy love.


always.




                          somewhere you used to know.




Senin, 14 September 2015

Perjalanan



“Cinta adalah bagian terbaik dari cerita apapun.” Aku pernah membaca kalimat ini di salah satu buku yang pernah kupinjam. Aku lupa yang mana, aku banyak meminjam buku. Membaca adalah salah satu perlindungan yang dari dulu kulakukan. Tidak punya banyak pilihan. Jika membaca kau bisa sembunyi dari Bumi dan membangun duniamu sendiri kan?  di bumi banyak alien, jadi kau harus punya dunia lain, kalau- kalau mereka menyerang kau bisa selamat dari penyerangan.
Aku mengalami tabrakan parah. Terbentur hingga bagian dalamku rusak parah. Tabrakannya terjadi ketika aku tengah dalam perjalanan yang cukup menyenangkan, tanpa sadar aku menabrak pembatas jalan. itu terjadi dua tahun lalu, tapi rasanya sudah terjadi puluhan juta tahun yang lalu dan kerusakan parahnya masih ada sampai sekarang. Bocor dimana- mana, retak, hancur, dan hal- hal mengerikan lainnya yang pernah dokter bilang di depan wajahku ketika aku tertidur.
Aku membawa kerusakan parah kemanapun; ke sekolah, toko buku, taman olah raga, pasar, super market, toko roti, rumah sakit, ke manapun. Aku tidak ingin orang lain tahu tentang kerusakan parahku. Karna mereka tidak akan mengerti bagian mana yang hancur atau bocor atau sudah copot, dan takutnya akan menambah kerusakan yang lebih parah jika kuceritakan pada mereka.
Jadi, aku tertawa sepanjang hari. Hanya pada beberapa kesempatan aku kalah dari kerusakan paraku, jadi aku menangis didalam kelas sendirian. Kalau aku nangis tidak ada yang akan menyadarinya. Orang- orang sulit menyadari apa yang sedang terjadi padaku. mereka sulit menerjemahkan kode morse yang kukirim dari satelitku, hanya beberapa orang yang memang punya hati mulia yang akan mengerti, mungkin. Lagipula, tidak masalah dengan orang- orang karna terkadang aku juga tidak ingin memahami mereka. Kajian mereka terlalu tinggi jadi sulit di mengerti olehku.
Jika kau tanya seberapa sakit kerusakan parah yang terjadi padaku, aku tidak bisa mengatakannya padamu, tidak bisa dibilang dengan skala 1-10 juga. Sakitnya berbentuk nyeri yang menjalar dengan kecepatan cahaya bintang. Sementara waktu, dokter menutup kerusakan parahku dengan gelembung tertawa yang tipis, suatu hari mungkin bisa pecah jika tidak di tolong.
Orang- orang melihatku dengan rasa kasihan yang setengah di buat- buat, atau mungkin dengan sepenuh hati, belakangan aku sulit membedakan hal- hal semacam itu. Beberapa waktu lalu, seseorang datang menemuiku ketika aku dan shoezy bermain. Katanya dia seorang Dokter, dia menawariku sebuah perbaikan atas semua kebocoran, keretakan, dan kehancuran yang terjadi bekas tabrakan. Dia dokter yang baik, setiap kali memeriksa kerusakanku dia selalu memberiku gula- gula. Jujur saja, itu hal yang menyenangkan untuk anak kecil yang habis tertabrak dan mengalami kecacatan, mungkin.
Suatu hari dia mengajukan suatu tawaran untuk mengoperasi seluruh kerusakanku. Sudah kubilang aku rusak parah, banyak onderdil yang harus diganti dan itu mungkin cukup mahal dan mungkin saja suku cadangnya sulit di dapat. Kemudian dia bilang ‘Kita bisa mengganti dengan suku cadang yang sudah ada, suku cadang sulitmu akan di ganti dengan suku cadang yang lebih mudah di dapat, yang lebih murah juga, asalkan kau bisa sama seperti anak lainnya’. Suku cadang yang murah? Yang tidak begitu berharga? Tentu. Itu saja yang mudah di dapat kan?
Kau tahu apa yang aku katakan ketika kami sampai di ruang operasi? Aku menolak mentah- mentah tawarannya. Dokter itu agak terkejut, belum ada yang menolak kemurahan hatinya selama ini. Baru aku. Dan mungkin hanya aku. Dengan kening berkerut dia berkata ‘Kenapa kau menolak kemurahan hatiku?’.
Kemudian aku menjawab ‘Ya, kau mungkin murah hati sekali. tapi aku tidak ingin di tukar dengan suku cadang yang lebih murah. Suku cadangku rusak tapi masi tetap berfungsi. Dan, satu hal, jika aku mengganti semua suku cadangku dengan suku cadang yang akan kau berikan, maka semua ingatan perjalananku yang cukup menyenangkan akan pecah, berantakan di udara, dan menghilang bersama hujan, dan aku tidak ingin itu terjadi. Anak- anak mana pun tidak akan pernah mendapati perjalanan semacam ini, bahkan mungkin kau. Karna ini perjalanan yang paling berharga.’


Minggu, 06 September 2015

Harga Mati


Kau tahu, aku pernah bodoh sekali berfikir membuang semuanya, maksudku, membuang semua yang mungkin hampir mendefinisikan keseluruhan diriku yang kecil. Yeah, seperti yang (mungkin) kau ketauhi tentangku; menulis dan bernyanyi adalah harga mati yang tidak bisa ditawar sampai kapanpun. Kemudian, suatu hari(saat usiaku remaja, sekarang aku sudah dewasa, kata ibuku begitu) aku pernah ingin bertukar ‘Harga Mati’ku itu dengan sesuatu yang lain. Sesuatu yang terus- terusan keluar dari mulut jorok mereka, mengadopsi sebuah organisme baru yang bisa menginvasikan diriku. Mulut jorok mereka tidak habis- habisnya mengoceh bilang bahwa ini bisa membuatku jadi seorang Putri sungguhan.
Mungkin karena penolakan yang mereka berikan berkali- kali membuat pemikiran hina semacam itu muncul dalam kepalaku. Setelah dewasa aku baru megerti bahawa mereka itu orang tolol dengan sejumlah penolakan tolol yang mereka berikan padaku.
Suatu ketika, saat aku sedang duduk di teras rumah sambil membaca komik- komik yang di pinjam pamanku di suatu tempat yang aku tidak tahu di mana (omong-omong pamanku itu termasuk orang yang meracuniku dengan kegiatan membaca setelah ayahku) ibuku keluar, duduk si sampingku sambil kipas- kipas. Dia tanya apa yang sedang kubaca, kemudian kujawab bahwa aku sedang membaca komik gratis yang kucuri dari rak pamanku. Ibuku sempat melotot, yah, tahu saja lah, peraturan di rumah kami itu ketat seklai tentang ini- itu.
Sebenarnya saat itu dalam kepalaku sedang terjadi keributan ini- itu. Semua anggota dewan tengah melakukan rapat paripurna tentang ‘Harga Mati’ yang akan kutukar sebentar lagi. Makanya, aku baca komik paman sampai mataku mampus. Ibuku terus kipas- kipas dan kemudian bertanya, “Kenapa kau suka baca buku sih?”. Ku jawab “Gara- gara ayah.”  Sebenarnya tidak sepenuhnya ayah, ibuku juga jadi orang yang bertanggung jawab atas racun- meracuni ini. Ibu dan ayahku selalu bergerak bersama mendidik kami dengan kemampuan seadanya ketika ‘Depresi Besar’.
Ibu: kau tidak capek duduk lama dan baca?
Aku: yah, kadang bokongku sakit sih, tapi bisa tiduran sambil membaca.
Ibu: ayahmu dari dulu suka membaca, dia bilang, dia berhenti sekolah dini sekali karna suatu hal. Tapi setiap kali menemukan buku, dimanapun; di jalan, tong sampah, loakan, pabrik-pabrik, dia selalu menyelamatkannya dan di bawa pulang kerumah buat di baca. Katanya, belajar itu bisa dilakukan dimana saja asal punya kemauan.
Aku: ibu tidak suka baca?
Ibu: suka, waktu muda, aku dan ayahmu sering beli buku- buku bekas, yah walaupun jenis bacaan kami berbeda sih. Dan kemudian sirkulasi kehidupan kami berubah dan kami mulai kurang baca.
Aku: kenapa ibu tidak pernah baca buku lagi sekarang? Bersama aku. kita bisa pinjam buku atau beli yang bekas saja.
Ibu: tidak. aku tidak ingin baca buku apapun sebelum membaca buku pertamamu.
Itu semacam fenomena yang membuat jantungku berhenti berdetak sepersekian detik, dan aku tertabrak truk, terlontar ke langit kemudian terhempas di atas tanah. Hatiku hancur seketika, aku ingin menangis, tapi tidak kulakukan di depan ibu. Aku tidak percaya bagaimana bisa aku bodoh sekali selama ini. Ibu mencintai ‘Harga Mati’ku dan aku malah ingin menukarnya dengan omongan jorok mereka. bagaimana bisa aku mengkhianati cinta satu orang yang mencintaiku dalam bentuk apapun demi merebut hati ribuan orang yang tidak bisa mencintaiku seperti adanya.
Sejak hari itu aku membuat perjanjian dalam kepalaku. Memastikan semua anggota rapat paripurna mencatatnya untukku (kalau- kalau aku terserang omongan jorok lagi di masa mendatang, jadi aku punya bukti bahwa aku pernah berucap janji)  bahwa aku tidak akan menukar ‘Harga Mati’ku dengan apapun.  

Usiaku 21 sekarang. Sudah semakin pendek dari masa kontrak yang diberikan. Sebentar lagi aku akan menulis sebuah tulisan ilmiahku sendiri dan menadapatkan gelar Sarjana Humaniora. Sekarang, ketika kadang- kadang sedang duduk mengerjakan ini-itu aku suka termenunng dan memikirkan cerita lalu. Kalau saja rapat paripurnaku mengambil langkah salah, mungkin aku tidak sedang di sini sekarang. Tidak ada ‘Harga Mati’ apapun yang duduk di sebelahku setiap kali di dalam bus.
Omongan  jorok semakin banyak saja saban hari. Melelahkan memang. Tapi setiap kali ingin jatuh tenggelam di samudra pasifik, aku selalu teringat percakapan ibu. Cuma itu satu- satunya alasan untuk terus jalan di atas omongan  jorok  yang lengket dan menempel di sol sepatuku (susah sekali di cuci).

Mereka hampir membuatku membunuh diriku sendiri dulu, kan?

THE INTERN REVIEW; EXPERIENCE NEVER GETTING OLD

Photo originally from alphacoders.com Experience never getting old, quote sempurna dari film The Intern yang melekat dengan baik di dalam ke...

POpular Post