Kamis, 15 Desember 2016

Kebahagian Yang Tidak Bersama (ShortStory)

Karna seharusnya sebelum pergi kau harus meminta pada setiap orang yang kau tinggalkan untuk tetap berbahagia tanpa dirimu.

Sepasang kekasih di depan mataku membuat kepalaku rasanya ingin pecah dengan segala desakan kenangan dan emosi. Aku sudah menengak dua puluh kaleng Bir sambil mengenakan setelan termahal yang aku beli kemarin untuk menghadiri pernikahan ke dua mantan istriku. Kubeli dengan harga satu bulan gajiku bekerja di perusahaan periklanan tolol. Kubeli hanya untuk menghormati pestanya yang megah dan meriah.
Dia menemukanku kembali setelah dua tahun perceraian kami. Alasannya adalah untuk mengundangku pada pernikahannya dengan laki- laki brengsek yang pasti akan sangat kubenci. Aku tidak mengerti entah maksudnya hanya untuk menambah kepaharan ledakan yang terjadi pada diriku atau ada hal lain. Aku sempat berfikir wanita yang pernah kunikahi ini begitu brengsek ternyata. Tetapi kemudian aku teringat pada sesuatu yang pernah kukatakan padanya dulu. “Katakan padaku jika kau sudah bahagia suatu hari nanti.” dan dia menjawab tantanganku beberapa hari lalu dengan membawa undangan pernikahannya.
Kami bertemu di sebuah kedai kopi yag pernah kami datangi ketika masih bersama dulu. Dia memakai dress warna merah muda tanpa lengan, rambutnya tergerai dibalik bahunya. Melihatnya seperti melihat hantu yang jadi kenyataan.
“Susah sekali menemukanmu.” Katanya
“Aku sedang berhenti hidup belakangan ini.” aku tidak berkmaksud sinis. Tetapi kata- kataku malah terdengar seperti desingan parang yang sedang di asah. Mantan istriku mengulum senyum tipis. Entah dia merasa sakit hati atau tidak.
“Aku hanya ingin memberikanmu ini.” disodorkan selembar undangan dalam balutan plastik licin. “Undangan pernikahanku.”
“Jauh- jauh mencariku hanya untuk memberikan ini?”
“Iya.”
“Haha, kau tidak usah repot- repot lah. “
“Kau yang memintaku dulu.”  katanya . “Katakan padaku jika kau sudah bahagia suatu hari nanti. Seperti itu permintaanmu, kan?”
Dan dia ingin bilang bahwa dia begitu bahagia sekarang tanpa diriku?
Kuambil undangannya tanpa menjawab. Kumasukkan ke dalam tas kerja, berdesakan dengan berkas- berkas pekerjaanku yang tidak pernah habis.
“Terimakasih sudah memberitahuku bahwa kau sudah bahagia sekarang.” aku menyesap kopi, seolah ini percakapan santai yang bisa di selangi dengan sesapan kopi. “Tapi sebenarnya kau tidak perlu memenuhi permintaan itu.”
“Harus.”
“Mengapa?”
“Ini terjadi karna dirimu.”
Aku mengerutkan kening.
“Jika tidak gagal bersamamu aku tidak akan sampai pada tahap ini.”
Gagal? Aku mengulang kata- kata itu dalam kepalaku ratusan kali dengan kecepatan bintang. Mendapati kenyataan bahwa kau hanyalah sebuah kegagalan yang menuntun seseorang pada kebahagiannya adalah cara tercepat untuk bunuh diri.
Dia pernah mengatakan padaku bahwa perceraian harus terjadi karna cinta tidak cukup untuk menampung kami berdua. “ Yang kita miliki hanya ingatan bahwa kita pernah jatuh cinta dan itu tidak cukup untuk menjadi alasan mempertahankan ribuan ketidak cocokan yang kita miliki satu sama lain. Kita hanya selalu bertabrakan dan menyakiti diri masing- masing. Dan aku tidak ingin menjadi penyakit untuk siapapun terutama dirimu.” setelah itu kami bercerai. Sesingkat itu.
“Andai saja kita tidak gagal.” Kataku setengah tertawa.
“Terkadang ada yang harus kita ikhlaskan karna tidak semua hal bisa dipaksakan. Jatuh cinta juga harus realistis.”
Dan perasaanku yang jatuh pada dirinya bukanlah hal yang realistis?
Aku tidak bisa menjawab apapun. Yang kulakukan adalah menyelamatkan sisa- sisa kekuatan untuk menyambung kehidupan setelah keluar dari kedai kopi ini nanti. Aku tidak pernah membayangkan hari ini datang seperti ledakan bom bunuh diri yang disematkan di dalam sela- sela arteri atau jantungku.
“Aku tidak bermaksud memperparah ledakan yang terjadi padamu. Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku berusaha berbahagia seperti yang pernah kau minta, dan begitu juga yang kuinginkan darimu. Jika keduanya dari kita berhenti menjadi orang yang bahagia maka kita akan hanya menjadi penyakit untuk satu sama lain. Dan aku benci itu.” katanya sambil menggenggam tanganku erat sekali.
“Jika kita adalah dua orang yang tidak bahagia ketika bersama, setidaknya kita bisa menjadi dua orang yang bahagia ketika tidak bersama.”
“Berbahagialah, Murf…”


Rabu, 14 Desember 2016

I Can Feel You, Adam (Where She Went Book Review)

Adam Wilde rela melakukan apapun asalkan Mia hidup kembali, dia mengucapkan janji tersebut di samping tubuh Mia yang terbaring koma. Ketika Mia kembali tersadar, kenyataan akan kehilangan seluruh keluarganya membuat kehidupan Mia agak terguncang, pelan – pelan kehidupannya mulai memudar dalam kehidupan Adam.
Dalam buku ke-duanya (Where She Went) Gayle Forman berhasil membuatku menemukan keberantakan seorang Rockstar Adam Wilde dalam bentuk yang begitu sempurna. Setelah menjadi Rockstar Adam Mulai hidup dalma kecemasan setiap detiknya. Dia harus mengonsumsi obat penenang tiap berhadapan dengan kehidupan, menjadi pendatang baru di belantika musik tidak membuat hidupnya lebih membaik setelah kehilangan Mia. Kehilangan tanpa penjelasan merupakan jeda panjang yang mematikan bagi Adam. Hubungan itu berhenti tanpa tanda titik ataupun koma. Mia menghilang pelan – pelan dari hidup Adam setelah melanjutkan mimpinya ke Julliard, tanpa penjelasan apapun dan kata perpisahan. Adam dipenuhi pertanyaan menuntut atas apa yang dirasanya tidak adil bagi dirinya atas keputusan Mia, namun dia telah mengucap satu janji dulu ketika Mia terbaring koma, untuk melakukan apapun asalkan gadis itu dapat hidup kembali termasuk rela kehilangannya.
Menurutku buku ke-duanya lebih menyentuh, aku lebih dapat merasakan perasaan hancur lebur Adam Wilde ketimbang perasaan pasrah Mia yang terbaring koma dan gentayangan menyaksikan tubuhnya yang terbaring tak berdaya pada buku pertama. Sebagai pembaca aku bisa merasakan kecemasan Adam setiap kali berhadapan dengan wartawan, gerak – geriknya selalu saja diperhatikan dan dikritik. Menjalani kehidupan bersama Bryn tidak membuatnya merasakan hidup, tapi malah seperti mayat berjalan, perasaannya telah lama mati bersama Mia.
Tapi siapa sangka reuni kedua pasangan kekasih yang saling berpisah tanpa kata ini kembali terjadi setelah Adam tanpa alasan membeli tiket konser Mia ketika kebetulan dia lewat didepan gedung pertunjukan yang tertempel poster Mia. Pertemuan itu kembali terjadi, melihat sosok hantu yang selama ini menghantui kepalanya membuat Adam semakin kebingungan, kebahagiannya terbentur dengan ribuan pertanyaan akan alasan Mia meninggalkannya dulu. Dan perjalanan semalam  membuat mereka saling menyelami kehidupan masa lalu dan masa sekarang satu sama lain, hingga mereka sampai pada sebuah keputusan yang sudah telak dan tidak akan bisa berubah.

Gayle Forman sukses sekali membuat kedua karakter dengan kehancuran – kehancuran mereka masing – masing. 

Selasa, 13 Desember 2016

The Happiest Childhood Ever With R.L.Stine

Jika masa kecil kalian ditemani oleh R.L. Stine, aku rasa kalian salah satu dari sekian banyak orang yang memiliki masa kecil yang luar biasa. Luar biasa! Benar! Aku tidak melebih – lebihkan. R.L.Stine berhasil menciptakan masa kecil luar biasa bagiku. Lewat buku misterinya yang khas, yang kubaca setiap kali sebelum tidur malam. Bermula dari sepupu perempuanku yang sering mencuri buku paman kami didalam kamarnya, aku mulai mengenal R.L. Stine melalui series Goosebumps. Saat itu usiaku delapan (mungkin), masih duduk di bangku sekolah dasar.
Ketika usia delapan, segala hal bisa saja mempengaruhi pikiran dan kemudian diyakini sebagai hal yang benar ada. Maskudku, saat itu aku percaya semua tokoh mengerikan dalam Goosebumps memang benar – benar mengerikan. Alhasil aku sering tidak bisa tidur karna ketakutan setiap kali membaca Goosebumps. Tapi itulah yang merupakan titik menyenangkannya, ketika aku ketakutan karna imajinasiku liar dan menjalar entah kemana – mana. Seringnya aku mengiprovisasikan cerita sebenarnya menjadi lebih dalam lagi, seperti membayangkan King Jelly warna ungu berada di bawah tempat tidurku, dan aku diculik, dan bahwa di suatu tempat dikotaku Camp itu benar – benar ada, dan kami akan disekap, dan aku mulai mencari – cari titik yang tepat yang dapat dijadikan Camp oleh King Jelly karna seluruh kotaku dikelilingi laut.
Berimajinasi itu menyenangkan, katanya itu akan membuatmu lebih kreatif (walaupun aku tidak yakin bahwa aku seorang yang kreatif), dan kufikir memiliki masa kecil penuh dengan imajinasi adalah suatu yang luar biasa, siapa sih yang pernah berimajinasi bahwa seorang muazin yang mengumandangkan adzan itu ada di langit? bahwa di suatu tempat entah dimana ada sebuah tangga yag bisa membawamu kelangit untuk beribadah. Itu aku, imajinasiku seperti itu. Jadi, sewaktu kecil setiap kali adzan berkumandang, aku akan berlari keluar rumah dan berdiri di teras sambil memicingkaan mata dan menunggu orang – orang yang naik tangga menuju langit. Aku penasaran mereka naik dari mana, tapi untungnya imajinasi (tak kreatif) itu diluruskan ibuku. Ibu bilang seorang yang mengumandangkan adzan itu ada di mesjid, rumah ibadah umat muslim, dan tidak ada tangga menuju langit selain pesawat NASA (?). Thanks Mom for being in patience to take care of me. Oh, ngomong – ngomong aku berimajinasi seperti itu ketika usia 4 tahun, jauh sebelum aku membaca buku R.L. Stine au sudah rajin day dreaming (Lol).
Belakangan ini aku kembali tertarik mencari buku – buku R.L.Stine. Jadi aku pergi mencari buku – buku lamanya. Sekarang aku sedang membaca pertualangan Wendy dan Adiknya di Camp Jellyjam. Walaupun sudah 22 tahun, jujur aku masi menikmati setiap sense horornya sama seperti ketika aku berusia delapan. Kata – katanya ringan, setiap detail kejadian dapat dengan mudah terbayang dalam otakku. Ini yang sebenarnya yang kucari dari sebuah buku, caranya menghidupkan visualisasi sederhana dalam otakku. Ketika aku menemukan buku yang berhasil membuatku mengimajinasikan kejadian yang sedang kubaca, maka kukatakan buku itu berhasil. Memang keberhasilan setiap penulis itu bermacam – macam, tapi bagiku kau akan menjadi seorang penulis ketika kau berhasil membawa pembacamu seperti berada dan mengalami kejadian dalam cerita yang kau tulis.
R.L.Stine punya bahasa sederhana yang mudah dimengerti anak – anak menurutku, walaupun yang aku baca dulu adalah hasil terjemahan Inggris – indonesia aku tetap mendapatkan feelnya. Kalo boleh jujur aku lebih suka dengan bahasa buku terjemahan, entah bagaimana itu bisa lebih menghidupkan imajinasiku.
Satu lagi series Goosebumps  yang masih melekat dalam ingatankanku adalah ‘Arwah Penasaran’. Aku ingat bagian sampulnya gambar sebuah danau dengan kepala seorang perempuan yang menyembul dipermukaannya. Series ini yang paling memicu adrenalinku ketika usia delapan. Aku merasa benar – benar ketakutan setengah mati membacanya, tetapi karna aku anak usia delapan yang memegang teguh pendirian, maka aku memutuskan untuk membacanya sampai selesai. Alhasil setiap kali aku mandi dan melihat kedalam bak mandi, aku selalu berimajinasi akan ada penggalan kepala yang menyembul dari permukaan air, dan itu berhasil membuatku mangkir dari mandi selama beberapa hari (tell me I’m dirty-stupid-kid, at leat I can imagination).

Tidak ada yang rugi dari membaca buku dan berimajinasi. Rasanya berimajinasi adalah hal terbebas yang bisa kau lakukan. Well, when all of our life restricted by those and these rule, none of that matter in imagination. Jika kau punya adik ataupun anak yang sedang dalam masa kanak – kanak mungkin buku ini bisa menjadi bagian dari teman – teman masa kecilnya. Make their childhood incredible, let they travel the world by books.

Senin, 12 Desember 2016

How I behave As Indonesian Kid

Bedasarkan saran dari teman sekamar saya yang mengatakan bahwa hal yang paling kecil dalam hidupmu adalah hal yang paling baik untuk ditulis kedalam tulisan. Selain tidak akan membuang waktumu megumpulkan bahan, itu juga dapat mengingatkanmu kembali bahwa banyak kebiasan baik masa lalu yang mungkin saja kau lupakan.
Well, jika berbicara tentang masa kecil, yang terlintas didalam kepalaku adalah…. Errrrrr….adalah…errrrrrr….. (I lost memory for while) adalah belajar hal- hal kecil yang ternyata berguna sampai kapanpun dan dimanapun. Bahkan tanpa disadari hal – hal kecil tersebut kemudian berperan sebagai pembentukan jati diri dia masa depan. Sebagai seorang indonesia, yang lahir dari pencampuran Aceh, Batak ,Melayu, saya terbiasa menggunakan bahasa indonesia dari kecil (hanya ketika dewasa baru belajar menggunakan bahasa daerah). Ini juga yang kemudia menjadi alasan utama mengapa bahasa indonesia lebih dominan dalam kehidupan sehari – hari saya saat masa kanak – kanak.
Ibu dari ayah saya adalah seorang batak mandailing, dengan logatnya yang khas sangat tidak mungkin untuk berkomunikasi dengan beliau selain bahasa indoensia. Dan Nenek ayah saya adalah seorang keturunan Melayu Deli, lagi – lagi bahasa indonesia yang menjadi jembatan untuk kami berkomunikasi.
Jadi, bukan bahasa yang akan saya bahas di sini (ahhhhh kentang , hahahaha ) melainkan tatakrama saat kecil yang saya dapat dari orang tua dan keluarga saya. Semacam peraturn didalam rumah; cara bicara, cara bersikap, cara makan yang baik, cara duduk yang benar, cara berinteraksi dengan orang yang lebih tua dan sebagainya, dan jika saya boleh jujur saya bukan anak yang penurut dan baik banget, kadang – kadang Home’s rule masi sering dilanggar alhasil sering banget kena marah. well, berani kena marah itu baik!
Yang paling menarik bagi saya dalam tatakrama anak – anak di indonesia adalah; mencium punggung tangan orang yang lebih tua ketika menyalami mereka. Ingat kejadian di final dunia Danone Nation Cup di Prancis? Dimana anak – anak indonesia yang bergabung dalam U- 12 mencium punggung tangan wasit ketika mereka bersalaman. Sebagian menganggap itu kocak, tapi nyatanya itu dapat pujian. Nah, itu dia, kebiasaan yang seperti itu yang menjadi ciri khas indonesia dan hanya ada di indonesia. Tradisi mencium punggung tangan itu dilakukan atas dasar sifat hormat kepada orang yang lebih tua. Di sekolah misalnya, anak sekolah dasar biasanya akan memulai kegiatan belajar sesudah berbaris dan menyalami guru mereka dengan mencium punggung tangan. Konsep pemikirannya, mencium punggung tangan guru seperti meminta izin untuk dibimbing menjadi anak yang lebih baik dan berguna. Menghormati guru juga akan membawa keberkahan nantinya.
Seperti yang saya bilang di atas, tidak hanya guru, anak – anak biasanya akan menyalami dengan cara yang seperti itu setiap berhadapan dengan orang yang lebih tua. Seiring bertambahnya usia, kini saya tumbuh menjadi anak kecil yang dulu mencium pungung tangan orang yang lebih tua menjadi orang tua yang diciumi punggung tangannya oleh anak kecil. Well, time fly so fast dude.
Setelah dewasa saya jadi menyimpulkan kegunaan dari bertatakrama itu begitu banyak. Semakin dewasa tatakrama itu bermetamorfosis menjadi tatakrama – tatakrama lainnya. Tatakrama itu seperit ulat yang terus tumbuh dan menjadi kupu – kupu, membentuk pribadi yang baik sebagai identitas diri yang baik pula. Semakin sering kamu dididik untuk menerapkan peraturan – peraturan kehidupan seperti itu, maka semakin mudah kamu mengikuti peraturan kehidupan lainnya.
Tidak hanya mencium punggung tangan orang yang lebih tua, masih banyak tatakrama masa kecil lainnya ciri khas orang indonesia. Akan saya jelaskan lain waktu. Saya akan rajin ngepost, bair hobi menulisnya tersalurkan. Agar tidak menjadi Sarjana Sastra yang kaku.


Ma'nene Ritual; Indonesian Heritage

Kebudayaan merupakan harta berharga suatu bangsa yang didapat dari perjalanan hidup mereka, didapat dari pengalaman – pengalaman dalam hidup bersama kelompok masyarakat. Budaya kemudian diterapkan dan menjadi sebuah identitas dasar masyarakat itu sendiri.
Indonesia, merupakan negara Asia tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa yang memiliki ragam suku, bahasa, adat, dan budaya. Indonesia sendiri terdiri dari 34 provinsi dengan lebih dari 1.000 suku/etnis. Tidak heran jika adat yang dimiliki beragam macamnya. Dan kali ini saya tertarik untuk meenulis sedikit tentang kebudayaan dari suku Toraja. Toraja merupakan suku yang menetap di pegunungan bagian utara sulawesi selatan, indonesia. Populasinya diperkirakan mencapai 1 juta jiwa, yang mana 500ribu diantaranya masih menetap di kabupaten tana toraja, kabupaten toraja utara, dan kabupaten mamasa. Mayoritas dari masyarakatnya memeluk kriten dan sebagain lagi memeluk islam dan animisme yang dikenal sebagai Aluk To dolo.
Kata toraja berasal dari bahasa bugis, ro riaja, yang berarti “orang yang berdiam di negeri atas”. Pada tahun 1909 pemerintah kolonial Belanda yang saat itu menjajah indonesia menamai suku ini dengan sebutan Toraja. Suku Toraja terkenal dengan ritual pemakaman, rumah adat tongtokan, dan ukiran kayunya.
Pada kesempatan ini saya akan membahas tentang ritual pemakaman suku toraja. Sejak duduk dibangku sekolah dasar, setiap kali mebaca buku dan menemukan penjelasan tentang suku toraja, saya sangat terkesima, akan ritual dan kebudayaannya. Kemudian terbersit di dalam hati betapa indonesia ini sangat kaya sebenarnya.
Ritual pemakana suku toraja merupakan peristiwa sosial yang sangat penting, biasanya di hadiri oleh ratusan orang dan berlangsung sampai beberapa hari. Disebut dengan ritual Ma’nene, yaitu ritual mengganti baju mayat dari leluhur mereka yang sudah diawetkan ratusan tahun di dalam pemakaman yang disebut petane. Ritual ini dilakukan untuk menghormati leluhur mereka, bisanya dilakukan setelah masa panen dibulan agustus.
Ritual dimulai dengan mengunjungi pemakaman para leluhur, sebelum membuka kuburan para tokoh adat dengan sebuatan Ne’ tomina terlebih dahulu membacakan doa dalam bahasa Toraja kuno. Doa tersebut dimaksudkan untuk memohon izin kepada leluhur agar masyarakat mendapat rahmat keberkahan setiap musim tanam dan panen berlimpah. Kemudian jasad para leluhur dikeluarkan dan dibersihkan dengan kuas oleh pihak keluarga, kemudian baju mayat dilepas dan digantikan dengan baju yang baru. mayat pria akan dipakaikan setelan jas lengkap, dari dasi hinggga kaca mata.
 picture taken from : http://blog.8share.com/id/menyeramkan-tradisi-manene-di-tana-toraja/



Ritual Ma’nene ini diyakini bermula dari kisah seorang pemburu zaman dahulu bernama Pong Rumasek. Berdasarkan kisahnya Pong Rumasek yang merupakan warga Toraja menemukan jasad manusia yang sudah meninggal ketika dia berburu. Jasad yang tinggal tulang – belulang tersebut kemudian menggugah hati Pong Rumasek untuk mengambil dan merawat jasad tersebut. Kemudian ia membungkus jasad tersebut dengan pakaian yang dikenakannya sebelum kembali berburu.
Setelah kejadian itu Pong Rumasek mendapat keberuntungan dalam setiap buruannya. dia selalu mendapat binatang buruannya dengan mudah dan keajaibanpun terjadi pada hasil panennya yang berlimpah. Pong juga mengakui bahwa dia sering bertemu dengan arwah dari jasad yang dipungutnya, dan sering mengajak arwah tersbeu untuk berbubru bersama. Sejak itu Pong Ramasek menyimpulkan bahwa jasad dari seorang yang sudah meninggal harus tetap dimuliakan walaupun tinggal tulang belulang.

Oleh sebab itu, sampai saat ini ritual memuliakan jasad yang sudah meninggal tetap diselenggarakan oleh warga toraja.

Jumat, 04 Desember 2015

Untukku


UNTUKKU


Suatu hari aku pernah bertanya pada ibu mengapa namaku Putri, padahal kami tidak punya istana, ayahku tidak punya rakyat untuk dipimpin, dan ibuku tidak punya mahkota. Aku datang dan berdiri di tengah- tengah dapur ketika ibuku sedang memasak,”Mengapa namaku Putri?” kedua tangan kulipat didepan dada, biasanya orang dewasa akan melakukan hal seperti itu ketika mereka menuntut sebuah pertanyaan untuk dijawab, segera!
Ibu berputar- putar didapur seperti yang setiap hari dilakukannya untuk menyiapkan ramuan yang akan kami santap bersama- sama siang nanti. “Mengapa namaku Putri?” aku mengulang pertanyaaku dengan hidung yang kukerutkan seperti mencium bau busuk. Kemudian ibu menoleh padaku dan tertawa kecil.
“Karna aku suka dengan nama itu.” katanya sambil mencubit ujung hidungku dan berlalu menuju sepanci besar sesuatu yang mendidih di dalamnya.
“Mengapa tidak nama yang lain? seperti—“ aku berfikir sejenak mencoba merangkai nama- nama yang mungkin saja terdengar bagus untuk diriku. “Seperti Ayam, curut, bebek, angsa, monyet, kucing, atau bekantan?—“ sambung ibu ditengah- tengah kepalaku yang masih berputar untuk berfikir. “Kau mau kuberi nama seperti itu? atau Hiu atau Paus atau, oh, Tuna, kau suka Tuna, kan?”
Aku tertawa, kami berdua tertawa membayangkan bagaimana jika saja dulu namaku Ayam, atau Bekantan , atau bahkan yang lebih mengerikan Hiu. Bisa- bisa saja aku tidak diterima di sekolah manapun, atau akan menjadi karung tinju orang- orang untuk diolok-olok. Kupikir semua pertanyaanku sudah jelas terjawab sampai…… sesuatu yang sering terjadi muncul kembali dalam kepalaku.
“Tapi, mengapa harus Putri?” pertanyaan itu sudah bergulung dalam kepalaku sejak pulang sekolah tadi, dan terus memenuhi mulutku untuk segera dimuntahkan.
“Karna kau seperti seorang Putri.”
Aku menunduk, menatap jari- jari kakiku yang berkerut karna terlalu lama berkeringat didalam sepatu. Meremas-remas ujung kemeja seragam taman kanak- kanakku. “Tapi, Diana tidak berfikir seperti itu, Diana bilang aku tidak seperti Putri.” Seharusnya—persetan—dengan jin cilik itu. Seharusnya aku harus menjadi tuli ketika berhadapan dengannya. Seharusnya aku harus menendang perutnya ketika dia menjulurkan lidahnya didepanku. Seharusnya aku harus menonjok  hidungnya keras- keras sampai berdarah ketika dia mengambil mainanku dan membuang botol minumanku. Seharusnya aku…..aku…..
Kemudian ibu berjongkok didepanku, mengusap ubun-ubunku dan menarik daguku mendongak menghadapnya “Kau tahu, ketika kau lahir kami mencari nama yang cocok untukmu berhari- hari. Kami berganti nama setidaknya lima kali karna kau terus- terusan sakit dan keadaanmu memburuk. Kemudian kami menemukan nama ini, dan siang malam aku berdoa semoga saja nama ini bisa membantumu bertahan karna aku tidak ingin kehilanganmu, aku menaruh harapan terbesarku didalam nama tersebut—Putri. Dan lihatlah sekarang, siapa yang berdiri didepanku dengan baju seragam sekolah bau keringat?” ibu mengelus kepalaku lagi.
“Aku tahu kau akan bertahan bersama dengan harapanku, dan tumbuh menjadi keras kepala dan menjengkelkan, suatu hari kau akan memanjangkan rambutmu dan menumbuhi poni,suatu hari kau akan berusia 17, suatu hari kau akan kecewa dan menagis, suatu hari kau akan gagal dan berhasil, dan sebelum bahkan ketika hari- hari itu datang kau akan terus menjadi seorang Putri untukku. Diana tidak akan pernah tahu itu, karna dia hanya mencarimu didalam buku cerita; mengenakan gaun yang indah, sepatu kaca, wajah yang cantik, tidur didalam istana, sempurna. Kau tidak akan menjadi salah satu dari hal- hal tersebut, karna kau adalah dirimu dan kau melebihi dari pada itu.”
“Kau tidak akan menjadi sesuatu yang mereka putuskan, You Will become a Princess like you should be, with all of your flaw and  beautiful. Sometime, something just only can be found when we trying to feel it not see it. And you always become Princess what ever you form for me.”


nb:tulisan yang hanya sekedar tulisan, mungkin.

Kamis, 08 Oktober 2015

Letter For Summer

"You can love someone so much, but you can never love people as much as you can miss them"__John Green

I love you, i knew you knew it. You said that i should go, because you should leave. We can remember each other even we both lying in the machine time, because it was my amazing journey, your amazing journey, our amazing journey. Did you promise me that you won't forget my name? i keep thinking about that last conversation.

We are collide, and something has collide should be separate sometimes. How could i accept to have a thought like that, my brain shout out 'over' to the mirror while my heart calling out your name. How is the brain and heart become difference in same me? which one i supposed to trust between heart and brain while you walk away?

You said i deserve to be loved constantly with hungry hearts and hands out there, but why those people not you? 

i'm not trying to be dramatic drowning in you, because let me clear something here, i never plan to love you but my heart did.I hope you can understand which one i trust now.


be happy love.


always.




                          somewhere you used to know.




THE INTERN REVIEW; EXPERIENCE NEVER GETTING OLD

Photo originally from alphacoders.com Experience never getting old, quote sempurna dari film The Intern yang melekat dengan baik di dalam ke...

POpular Post