Film selanjutnya yang dibintangi Asa Butterfield. Film
yang rilis tahun 2008 ini menceritakan Bruno (Asa Butterfield) yang merupakan
seorang anak dari tentara SS Jerman yang menjalin hubunga pertemenan dengan
seorang anak Yahudi bernama Shmuel yang merupakan tahanan tentara SS. Melalui mata
seorang Bruno kita dapat melihat ketulusan hati seorang anak manusia
sebenarnya.
Film ini berlatarkan ketika perang dunia ke-dua. Bruno
yang seorang anak dari komandan tentara SS harus berpindah rumah karena sang
ayah dipindah tugaskan. Pada waktu yang telah ditetapkan, pindahlah Ayah, Ibu,
Bruno, dan kakak perempuannya ke tempat penugasan ayahnya yang baru. Mereka diberi sbeuah rumah yang besar yang jauh dari
penduduk lainnya namun dekat dengan camp penyekapan orang – orang Yahudi yang
di tahan dan di paksa untuk bekerja.
Kehidupan
para tahanan
jauh dari kata normal. Mereka kelaparan namun tetap dipaksa untuk bekerja. Rasa
penasaran Bruno muncul ketika pertama kali ia mengintip dari jendela kamarnya.
Dari kejauhan tampak orang
– orang yang berada di sebuah camp, memkai seragam garis – garis berbentuk
seperti piyama. Rasa pensaran itu semakin membuncah ketika di rumah yang mereka
tinggali terdapat seorang pekerja laki – laki tua yang memakai seragam yang
sama.
Bruno
memang anak dari seorang
tentara SS, namun sifatnya tidak
menunjukkan kekejian seperi tentra SS sesungguhnya. Rasa penasaran, dan
bersahabatnya membuat dia ingin mengetahui banyak hal. Tidak seperti kakaknya
yang mampu terdoktrin oleh seorang tentara muda yang tampan dan seorang guru homeschooling mereka yang
terus – terus mengajarkan
bahwa Yahudi harus dimusnahkan dan tersu berjayalah Hitler.
Ibu
bruno selalu malarang anaknya untuk pergi ke halaman belakang rumah. Namun,
rasa penasaran yang begitu besar mampu mengalahkan peraturan sang ibu. Untuk
pertama kalinya Bruno berjelajah dan mendapati sebuah gudang yang mampu
membawanya ke dunia lepas di belakang rumahnya. Bersama teman – temannya dulu
Bruno sering berlari – lari menjadi pesawat terbang atau pesawat tempur. Pindah
ketempat yang baru membuatnya menbutuhkan tempat yang luas untuk menghibur
dirinya sendiri bermain pesawat terbang.
Inilah
kali pertama dia berjelajah memasuki hutan yang terbentang luas di balik tembok
rumah dinas sang ayah yang begitu tinggi. Bruno terhenti ketika mendapati
sebuah camp yang dikelilingi kawat listrik dan seorang anak seuisnya yang duduk
sendirian dengan wajah murung. Memakai baju piyama garis – garis seperti yang
dikenakan pembantu laki – laki yang bekerja di rumahnya, kepalanya botak, dan
keadaannya sangat lusuh. Momen ini membuat keduanya terkejut sekaligus awal
dari pertemanan mereka.
Singkatnya
Bruno dan Shmuel menjadi dua anak manusia usia delapan tahun dengan derajat
kemanusian yang berbeda yang menjalin hubungan terlarang dengan resiko paling
berbahaya. Pertemanan mereka terus berlanjut, Brunoe sering mengendap – ngendap
kabur dari rumah untuk menemui Shmuel, membawakannya makanan, bermain catur,
membawakannya bola.
Dan
jujur saja, setiap menonton film yang latarnya cerita Nazi aku selalu benar –
benar bergidik ngeri. Sekejam itu ternyata Hitler. Para tawanan camp disuru
kerja paksa, kurang makan, dan kesehatan mereka yang benar – benar
memprihatinkan. Parahnya lagi, untuk memusnahkan para Yahudi, setiap minggunya
ada pembakaran manusia yang dimasukkan kedalam tungku besar. Ehmm... tempatnya
tu kaya bunker besar yang pintunya besi tanpa ventilasi. Jadi orang – orang di
suru masuk kesitu dengan terlebih dahulu melucuti pakaian mereka, kemudian mereka
dipanggang sampek tinggal asap yang kelaur dari cerobong asap.
Dua
sahabat ini tahu persis bahwa hubungan mereka benar – benar hubungan terlarang,
keduanya tahu siapa diri mereka masing – masing, namun perteman tetaplah
pertemanan. Bruno tidak begitu paham mengapa ayahnya menjadi sosok yang
bertangung jawab atas memusnahkan orang – orang seperti Shmuel. Setiap manusia
berhak hidup, dan setiap orang bisa menjadi temannya.
Bruno
pernah mengingkari janjinya pada Shmuel suatu hari. Ketika Shmuel di pekerjaakan
di rumah Bruno untuk bantu – bantu mencuci piring. Saat itu mereka berada di
ruang makan. Bruno yang begitu sennag dengan kehadiran temannya dengan serta –
merta memasuki ruang makan dan menawari sang teman makanan. Shmuel makan dengan
lahap sampai ketika seorang tentra SS yang menyadari kejadian itu. Tentara muda
itu bertanya apakah Shmuel mencurinya, Shmuel mengatakan bahwa ini pemberian
Bruno karena mereka berteman. Karena terlalu ketakutan, Bruno berdalih tidak
mengenalnya, alhasil Shmuel di babak belur di hajar.
Demi
menebus dosanya, berhari – hari Bruno pergi ke hutan dan duduk di pembatas
pagar seperti biasa yang mereka lakukan, namun Shmuel tak muncul. Sampai ketika
suatu hari Shmuel muncul dengan duduk tertunduk menyembunyikan wajahnya yang
memar. Brunod meminta maaf dan mengatakan “Kita tetap berteman kan? aku mint
maaf, aku terlalu takut dengan anak buah ayahku, sebagai antinya aku akan
melakukan apapun permintaanmu.”
Shmuel
menjawab “Bantu aku menemukan ayahku, dia sudah tidak pulang kebarak kami sudah
berapa hari.” Tanpa pikir panjang Bruno menyetujuinya. Mereka mengatur siasa
bagaimana caranya Bruno bisa lolos ke daerah seberang tanpa ketawan para
tentara dan tanpa tersengat listrik. Namun Bruno tidak peranh tahu bahwa niat
baiknya harus ditukar dengan nyawa.
Ini
seperti cinta yang dibawa sampe mati cuyyy *eyakkk*. Rekomendasi untuk ditonton
untuk menambah Edukasi kemanusiaannya, biar jangan milih – milih manusia buat
dijadikan teman. Yang terpenting itu bukan gimana warnanya tapi gimana rasanya,
yang penting gimana arti pertemanannya, bukan anak siapa dia baru dijadikan
teman.
Cobalah
ditonton, siapa tau kita bisa tukar cerita.