Minggu, 01 Juli 2018

REVIEW MURDER ON THE ORIENT EXPRESS (2017)



“What people saying there is right there is wrong, there is nothing in between.”
Selama 24 tahun menjalani hidup yang luar biasa(?) satu – satunya detektif  yang lahir dari dunia fiksi yang benar – benar mengesanku adalah Sherlock Holmes. Holmes merupakan seorang detektif yang dengan tepat memprediksi kelemahan lawan atau mencari tersangka dalam sebuah kasus. Karakternya yang agak sedikit cuek dan sembrono membuat sosok Holmes benar – benar  menjadi tokoh detekftif yang kupunay dalam kepalaku.
Tahun 2017 ketika The Murder Orient Express rilis dan tanyang di layar lebar, tokoh deetektif lain muncul dalam kepalaku  Hercule Poirot. Poirot merupakan salah satu detekftif yang begitu gampang menemukan tersangka hanya dari bukti – bukti kecil yang di lihat dan di seledikinya sendiri. Cara dia melihat sesuatu begitu berbeda dari penglihatan orang pada umumnuya, dan hal ini merupakan bakat yang diberikan Tuhan pada orang – orang tertentu.
Di mulai dari perjalananya ke Kota Jerussalem untuk memecahkan masalah tiga agama yang bercek – cok saat itu dikarenakan sebuah relik yang sangat berharga nilainya hilang, Tiga pembesar dari tiga agama yaitu Pendeta, Rabi, dan Imam menjadi tersangka utama yang ditetapkan oleh masyarakat. Namun dengan kelebihan yang dimiliki Pairot dia mampu menemukan tersangka sebenarnya yang merupakan seorang petugas kepolisian yang mennangani masalah cek – cok antar agama ini.

Pairot percaya bahwa dia melihat dunia sebagiaman semertinya, dia percaya bahwa keadilan selalu dapat di hitung. Hingga suatu hari dia terlibat dalam sebuah kasus pembunuhan di sebuah kereta api Expres yang hendak membawanya ke London. Kematian seorang penumpang memaksa Pairot untuk ikut andil didalam kasus ini. Rachett adalah seorang pengusaha yang banyak melakukan bisnis haram dengan menjual barang – barang palsu melalui gangster, tidak heran jika hidupnya di hantui dengan ketakutan akan dibunuh. Sampai hari itu tiba, Racheet mati dengan luka tusukan tak berpola di dalam kamar tidurnya di kereta Orient Express.


Awalnya Pirot tidak ingin ikut campur ke dalam masalah yang bukan menjadi haknya, namun untuk menjaga nama baik Orient Express, Bouc yang merupakan teman dekatnya memintanya untuk menggunakan keahliannya untuk menemukan pelaku pembunuhan Rachett.
Diangkat dari Novel seorang novelis terkenal Agata Christie, Murder On The Orient Express menjadi film bergenre crime yang sangat apik. Novel ini di rilis pertama sekali pada tahun 1934 oleh penerbit Collins Crime Club di Inggris. Menceritakan seorang detektif  Belgian yang tidak pernah melesat menggunkan nalurinya untuk memecahkan sebuah masalah. Agatha Christie dikenala sebagai penulis novel bergenre crime dunia yang tidak ada tandingannya, hingga kisah kehidupannya sempat di rundung misteri ketika dia sempat menghilang beberapa minggu tanpa jejak.
Tokoh yang begitu banyak dengan karakter dan latar belakang sosial yang beberada – beda membuat poenonton akan menerka – nerka siapa yang pantas untuk dijadikan tersangka. Ketika pada akhirnya kita menentukan satu orang yang akan kita acungkan sebagai tersangka. Kemudian pada akhir cerita kita menemukan bahwa semua dari mereka berhubungan, memiliki luka yang sama, dan bersama – sama menjadi pembunuh Rachett. Di dasari dengan dendam yang sama atas kehilangan Daisy Amstrong yang begitu berharga, mereka kemudian memutuskan menyusun scenario pembunuhan yang begitu rapi terhadap Rachett.
Lagi, yang aku suka dari film yang melesat dari tebakanku adalah membuat imajinasi menjadi semakin tajam hehehehe. Meskipun belum pernah membaca Novel Agatha, namun menurutku adapatasi filmnya tidak mengecewakan. Pairot yang melekat dengan gaya detektif yang nyentrik dan cenderung berkebiasaan aneh menjadikan film ini keluar sebagai rekomendasi dariku.
Pelajaran yang kuambil dari seorang Pairot akhirnya adalah bahwa luka dapat mengubah manusia yang diyakininya sebagai makhluk yang beradab dan rasional, dan tidak semua hal dapat kau adili dengan akal, karna terkadang sebagai manusia kita tidak selamanya harus emlihat dunia menggunakan akal pikiran namun juga harus menggunakan perasaan. Meski tidak pernah terlibat dalam perkelahian seperti Holmes, Pairot berhasil menjadi seorang detektif yang mengadili dengan pikiran dan perasaan.

“ There is no killer here, only people who deserved chance to heal. I have understood in this case that justice can’t be evenly weight”—Hercule Pairot

Jumat, 29 Juni 2018

REVIEW RAMPAGE; 램페이지



Setelah sukses dengan Jumanji:Welcome To The Jungle  Dawyne Johnson kembali beraksi sebagai mantan pasukan khusus yang telah bebas tugas dan melanjutkan hidupnya sebagai Primatologist di Rampage. Film yang rilis pada tahun 2018 ini kembali memukau penonton denga kehadiran Davis Okoye (Dawyne Johnson) yang selalu tampak gagah dengan posturnya yang luar biasa.
Davis merupakan Primatologist yang bersahabat dengan se-ekor gorilla albino bernama George. Geroge bukanlah hanya sekedar gorilla yang tinggal dan besar dalam penangkaran, namun juga memiliki kemampuan berkomunukasi dengan manusia melalui bahasa isyarat. Davis merupakan pelatih sekaligus sosok yang telah menyelematkan hidupnya dari pemburuan ilegal. Sampai suatu hari hasil eksperimen luar angkasa yang gagal dan jatuh mengenai beberapa kelompok binatang, sehingga merubah bentuk mereka ke dalam bentuk yang tidak dapat dihentikan. Salah satunya George.

Perubahan beberapa binatang ini menumbuhkan PR baru bagi pihak – pihak berwenang untuk kembali mengamankan kondisi. Setelah Geroge positif terkontaminasi virus yang merupakan hasil eksperimen Calire Wyden (Malin Akerman). Kemunculan Dr. Kate Caldwell memberi jalan yang jelas untuk Davis memecahkan masalah besar ini. Dr. Kate merupakan mantan kepala Lab penelitian Claire yang kemudian di pecat dengan tuduhan mencuri data – data mereka. Kate kemudian mencari cara untuk kembali masuk ke dalam Lab Claire untuk mencari penawar.
Sedang di luar sana tiga binatang dari spesies berbeda terus – terusan menggila mencari sinyal yang mengganggu fikiran mereka.
Hal yang tidak bisa dipungkiri lagi kehebatannya dalam sebuah film fiksi ilmiah Amerika adalah efek yang mereka hasilkan. Gedung yang berhancuran, helikopter yang jatuh tanpa korban jiwa, atau binatang – binatang berukuran besar, dan Brad Peyton berhasil menyihir filmnya menjadi film yang menarik 91% penonton tidak lama setelah di rilis. Tidak dipungkiri juga dukungan bintang – bintang besar seperti Dawyne yang juga pernah bermain dalam film fiksi San Andreas yang menceritakan tentang gempa bumi dasyat yang membuat permukaan bumi hancur lebur.
Walaupun kurang setuju dengan segala ‘super hero’ yang digambarkan dalam film ini, aku setuju bahwa efeknya patut di acungi jempol. Dengan peran yang sama Dawyne kembali muncul sebagai seorang mantan militer yang memutuskan bepisah dengan istrinya. Di hari gempa terjadi Dawyne di tuntut untuk bejuang mencari anak perempuannya di dalam puing – puing permukaan bumi yang luluh lantak.
So..well done for Rampage. Ini menjadi rekomendasi selanjutnya dari Azhari Kingdom. Bisa kamu tonton sebelum tidur dan kemudian mengkritik atau memuji film ini bersama temanmu sebelum tidur. Semoga harimu menyenangkan..

Kamis, 21 Juni 2018

REVIEW DRAMA EULACHACHA WAKIKI



Kembali lagi di segmen movie review. Sebelumnya aku ingin mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri untuk semua pembaca yang merayakannya. Well, after long weekend we comeback again to reality, work and get money hahahaha. Aku akui kalau aku sering sekali absen dari blog ini selama puasa, di karenakan kondisi yang tidak fit di bulan Ramadhan ini dan ditambah denga beberapa kerjaan yang belum di susun jadwalnya dengan baik dan benar. Absen dari menulis membuatku merasa bersalah dan dosa besar hahahaha. Untuk itu, hari ini aku kembali dengan beberapa judul Drama / Film yang patut untuk kita perbincangkan.
Jadi, drama yang lagi – lagi akan aku bicarakan di sini adalah salah satu drama Korea Selatan. Siapa sih yang tidak terkontaminasi dengan drama Korea dewasa ini. Entertainment mereka yang terus – terusan mengepak sayap selebar mungkin membuat banyak produksi drama mereka di cari oleh warga net di seluruh dunia.
Eulachacha Wakiki  merupakan salah satu drama yang aku tonton belakangan ini, aku tahu aku mungkin telat banget dari beberapa orang yang update sekali dengan perkembangan drama Korea. Drama ini juga rekomendasi dari kakakku, makanya aku coba nonton. Belakangan karena waktu yang susah di atur, aku jadi kurang mengikuti perkembangan drama.  Dengan Genre Romatic, Komedi Eulachacha Wakiki merupakan rekomendasi yang bagus untuk kamu habiskan di akhir pekan, atau tepat untuk menjadi hiburan setelah stress bekerja seharian.
Wakiki merupakan sebuah guesthouse yang menerima banyak tamu turis yang berkeliaran di Korea. Guesthouse ini sendiri di urus oleh tiga orang lelaki dan satu orang perempuan yang merupakan adik kandung dari salah – satu laki – laki tersebut. Kang Dong gu (Kim Jung Hyun), Lee Junki (Lee Yi Kyung), Bong Doo Shik (Son Seung Won) datang ke Seoul dengan mimpi membuat sebuah film. Dong gu yang yang ahli dalam cinematografi, Doo shik yang ahli dalam menulis naska, dan Junki yang merupakan pemeran artis figuran yang merupakan anak dari seorang artis terkenal. Sembari mengujudkan mimpi mereka mendirikan rumah singgah untuk para turis dan mengumpulkan uang.
Cerita berawal dari penemuan seorang bayi perempuan di dalam kamar mereka ketika keadaan  guesthouse sangat kacau karena tagihan air dan listrik yang nunggak dan di ancam untuk di putuskan segera. Awalnya mereka mengira bayi tersbut adalah anak dari salah satu tamu yang akan menginap, tapi sejauh yang mereka ingat sebelum mabuk berat semalaman mereka tidak menerima tamu dan sudah lama pula mereka tidak menerima tamu.
Permasalahn bayi kemudian berlanjut pada kemunculan seorang wanita yang mengaku ibu dari si bayi, awalnya si ibu merebut anak bayi tersebut dengan cara menculik anak bayi tersebut dari tangan mereka. Singkat cerita si ibu dan anak bayi tersebut kemudian di putuskan untuk menetap di guesthouse tersebut setelah mereka mulai kembali mendapatkan tamu untuk menginap.
Sejauh aku menikmati drama Korea selama, baru kali ini aku menemukan story line yang mengocok perut dan sukses menjadi obat stress. Tanpa membuang cirri khas kocak orang koreanya drama ini dibungkus dengan sangat baik bersamaan dengan kekeluargaan dan cerita romantic di dalamnya. Lelucon khas webtoon Korea, keluar dalam bentuk real action dalam drama ini. Dan tidak ketinggalan, yang aku suka dari menonton drama Korea adalah setting. Tata ruang, pemilihan warna dan perabotan yang muncul di dalam layar sangat penuh warna. Ini yang aku suka dari sebuah drama Korea desain interior mereka yang begitu penuh warna.
Di dukung dengan pemain – pemain yang menurutku memiliki kualitas akting yang luar biasa (karna mampu begitu menempel dengan karakter mereka masing – masing) membuat drama series yang tayang di channle JTBC ini menjadi rekomendasi tertinggiku untuk kalian semu dariku kali ini.  


Kamis, 31 Mei 2018

LOVE MOVIE



Belakangan terlalu banyak yang dikerjakan untuk menyambung hidup dan meninggalkan blog pribadi sendiri hehehe, maklum mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan perut juga perlu, bukan?  Jadi setelah tidak se-produktif beberpaa saat lalu dalam merekomendasikan film, aku terfikir untuk membongkar file film yang terkumpul di dalam laptopku dan kemudian nonton ulang kembali sehingga muncul lah ide untuk menulis kumpulan film Romantis dalam di segmen movie review yang seharusnya aku terbitkan setiap hari senin di blog ini. Ya sudah lah, masalah jadwal tidak terlalu penting. Tulis saja bagar track review meningkat hehehehe..

Siapa yang tidak membutuhkan Romance Story untuk memberi asupan nutrisi bagi jiwa – jiwa yang sepi. Kebanyakan dari penikmat romance adalah wanita, dikarenakan tingkat ke-sensitifannya lebih tinggi dari pada lelaki. Wanita memiliki sisi peka yang mana dapat melihat film romantis tidak hanya sebagai hibuaran tapi juga sebagai pembelajaran. Maka kali ini aku akan mencoba meuliskan beberapa film romantis yang tidak hanya menjadi hiburan tapi juga pembelajaran;
1.      Letter To Juliet

Claire Smith kembali menemukan cinta sejatinya yang tertinggal di kota penuh cinta Itali setelah suratnya yang disematkan di antara bebatuan tembok cinta Juliet ditemukan 50 tahun kemudian. Tembok cinta meruapakan salah satu tempat wisata yang sering di kunjungi orang dari seluruh dunia. Beberapa pengunjung wanita akan menyelipkan surat reasah – gelisah mereka tentang kehidupan percintaan mereka kepada Juliet. Sophie yang saat itu sedang berlibur bersama Tunangannya saat itu tidak sengaja mendapati Sekretaris Juliet yang merupakan sekumpulan orang yang membalas semua keluah – kesah surat – surat yang ditempelkan di tembok tersebut. Mulai dari peremuan ini Sophie ikut campur dalam pertuman kembali Claire dengan cinta pertanya di Itali. Tidak hanya Claire, Sophie pun kemudian bertemua dengan cinta terakhirnya.

2.      My Love My Bride

Film asal Korea Selatan ini menjadi salah satu film favorit yang masih bertahan dalam fileku sampai hari ini. Kisah sepasang kekasih yang bertemu karna sebuah salah paham dan kemudian berakhir dengan menikah. Film ini merupakan remake dari film asli dengan judul yang sama dari tahun 1990. Young – Min( Jo Jung – Suk) dan Min – Young (Shin Min –Ah) meruapakan pasangan suami istri yang baru saja menikah setelah menjalani hubungahun pacaran cukup lama. Saling memiliki selamanya memanglah hal yang tidak ada bandingannya, namun pernikahan tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, keduanya sering di terpa cek – cok kecil hingga kembali tersandung dengan orang – orang di masa lalu yang hampir membuat pernikahan se – umur jagung mereka berakhir.
3.      Safe Heaven

Film yang rilis pada tahun 2013 ini merupakan salah satu dari bebrapa film romatis lainnya yang diangkat dari novelis terkenal Nicholas Sparks. Siapa yang tidak mengenal penulis dunia yang sangat mumpuni dalam menulis novel romantis. Safe Heaven menceritakan tenatang perjalanan seorang wanita Katie (Julianne Hough) dari suami yang sering sekali melakukan kekeran rumah tangga hingga Katie hidup dalam ketakutan selama bertahun – tahun. Katie yang berlari tanpa arah kemudian terdampar di sebuah kota kecil di North Carolina Coast,  Katie memutuskan untuk membangun kembali hidupnya sendiri hingga dia bertemu dengan Alex (Josh Duhmel) yang membuka sebuah toko di pinggir sungai. Alex seorang duda yang memiliki sepasang anak. Pertemuannya dengan Katie membuat ereka terjalindalam hubungan yang tidak biasa, namun apakah masa lalu Katie membiarkannya membangun hidup yang baru?
4.      The Confession Of  Shopahollic

Lagi – lagi film yang diangkat dari sebuah novel best seller dunia karya Sophie Kinsella yang menceritakan tentang seorang wanita pecinta belanja yang di lilit hutang dan terpaksa bekerja di bidang yang sama sekali tidak di minatinya demi menadapatkan pundi – pundi dolar dan batu loncatan bagi impian terbesarnya menjadi Fashionist di sebuah majalah Fashion bergengsi. Hutang yang didapatnya dari tagihan kartu kredit yang kemudian membuatnya bertemu dengan Luke Bradon (Hugh Dancy) seorang editor majalah ekonomi yang pekerja keras dan kehidupannya cukup sederhana. Namun sesuatu kemudian terjadi, ketika Luke sudah mulai membuka kehidupannya yang sepi dengan membiarkan Rebecca masuk ke dalamnya.

Ini rekomendasi untuk saat ini, semoga aku dapat kembali dengan rekomendasi lain – lainnya dalam keadaan padat dan kisruh dalam kepala seperti ini. Menulis memang jalan paling aman untuk kabur dari kehidupan yang keruh dan melelahkan, tapi jika kepala terlalu keruh menulis akan menjadi pekerjaan yang paling melelahkan di dunia.

Senin, 21 Mei 2018

REVIEW DRAMA MOTHER




Siapakah ibu sebenarnya? Yang melahirkan atau yang membesarkan?
Pertanyaan ini yang menjadi inti dari perjalanan menontonku bersama drama Mother. Drama yang diadaptasi dari drama Jepang ini rilis pada tahun 2018. Ini bukan kali pertama Korea mengangkat tema ibu baik pada drama atau film. Seperti The beautiful Goodbye in the world misalnya yang menceritakan kisah seorang ibu yang mencurahkan hidupnya untuk keluarga bahkan orang lain.
Mother (마더) berangkat dari seorang wanita bernama Kang Soo Jin yang merupakan anak angkat dari artis senior terkenal yang menghabiskan waktunya menjadi seorang peneliti burung. Soo Jin merupakan seorang wanita 38 tahun yang pendiam dan lebih suka hidup sendiri. Tidak menikah karna tidak ingin menjadi seorang ibu. Keputusannya untuk tidak menjadi ibu disebabkan ingatan masa kecilnya yang menyakitkan dan membuatnya sulit menjalani hidup dengan baik meski di asuh oleh seorang artis terkenal dan hidup serba berkecukupan. Hal terakhir yang diingatnya adalah ibu yang meninggalkannya di bawah sebuah pohon panti asuhan dengan mengaitkan bajunya dengan kuci sepeda, sang ibu berjanji untuk kembali namun hal itu tidak kunjung terjadi hingga Soo Jin menjadi anak angkat.
Namun, prinsip hidupnya untuk tidak pernah menjadi seorang ibu hancur begitu saja ketika dia menemukan Kim Hyena anak sekolah dasar tempat dia bekerja sebagai guru pengganti yang ditemukannya dibungkus dalam plasti sampah dan dibuang keluar di hari bersalju oleh ibu kandungnya sendiri. Hal itu membuat Soo Jin tidak bisa diam, dia bahkan tidak berfikri dua kali untuk langsung membawa Hyena yang babak belur untuk pulang kerumahnya.
Drama yang berhasil masuk ke dalam nominasi Fetival Cannes beberapa waktu lalu ini berhasil mencuri banyak pujian dari berbagai kalangan. Dengan jumlah episode yang tergolong tidak terlalu banyak, 16 episod respon yang didapatkan Drama Mother amat sangat baik. Drama ini diangkat dari drama Jepang dengan judul yang sama yang di rilis pada tahun 2010. Konon katanya Drama yang satu ini sudah banyak di adaptasi oleh beberpa Negara salah satunya Turki. Mother versi Turki juga mengundang banyak pujian – pujian pofitif. Aku sebagai penikmat Drama Korea yang terbilang pemilih dan kurang update hehehe sangat merekomendasikan Drama ini. Plot yang jauh dari kisah percintaan kaula muda, dan menghadirkan kisah cinta antara hubungan anak dan ibu. Plot yang begitu mengusik emosional dan sensitifitas wanita ini mampu membuat kamu terisak – isak sampai tersedak ingusmu sendiri hehe.
Kang Soo Jin kemudian memutuskan untuk membawa Hyena pergi jauh dari orang tua kandungnya, tidak melaporkan kekrasan anak yang dialami Hyena kepada pihak berwajib Karena Soo Jin berasumsi jika Hyena di serahkan ke polisi maka kemungkinan besar dia akan di kembalikan ke ibu kandung yang bahkan tidak pernah berharap kehadirannya di dunia. Tetapi keputusan yang diambilnya adalah bukan hal yang benar menurut hukum, meski Hyena mencintai Soo Jin bak ibu kandungnya sendiri, tuntutan penculikan tidak dapat di elakkan oleh peneliti burung senior ini. Alhasil keduanya menjalani perjalanan penuh emosi saling mencintai dan menjaga satu sama lain bersamaan dengan tuduhan hukum yang terus mendesak Soo Jin untuk menyerahkan diri.
Drama ini menceritakan kisah 3 orang ibu menemukan arti dari eksistensi mereka dalam kehidupan seorang anak. Siapakah ibu sebenarnya? Yang melahirkan? Atau yang membesarkan?


Senin, 14 Mei 2018

12 STRONG REVIEW; 12 솔져스 리뷰


And.. I come back again after being hiatus for almost 2 weeks. I know I shouldn’t absence on blog when the only wish I pray about traffic every day and night, but my condition lately not in agood state for sure. So I can’t do anything but lying down and take rest as much as its takes.

Dan pada postinganku setelah hampir 2 minggu lebih libur menulis lagi – lagi Film yang menurutku worth to watch and share. 12 Strong berangkat dari real event yang menceritakan tentang 12 anggota khusus tentara Amerika  yang di tugaskan untuk melumpuhkan perkumpulan Taliban usai kejadian besar 9/11 yang membuat Amerika begitu merasa kehilang, Hancurnya gedung WTC yang dikarenakan  ulah para terorris brutal Taliban. Film yang mengambil setting pada tahun 2001 ini diperankan oleh banyak bintang – bintang terkenal seperti Michael Pena dan God Of  Thunder Thor Chris Hemsworth, Chris bahkan sempat beradu acting dengan istri sahnya Elsa Patky yang berperan sebagai istri dari Mitch Nelson.
Selain suka dengan film bergenre patriotisme alasan lain yang mendukung niatku untuk merekomendasikan film ini karena diangkat dari kisah nyata, walaupun film pastilah ditambahi bumbum penyedap namun real event movie always make drown into the script, at least I know that kind of scene was real somewhere in the past.
Pasukan khusus ODA 595 yang di pimpin oleh Micth Nelson kemudian di kirim ke Afghanistan bertujuan membantu rakyat Afghanistan kembali mendapatkan kedamain di tanah airnya sendiri. Bak di lempar ke dalam sarang semut, pasukan yang hanya berjumlah 12 orang di harapkan dapat bertempur langsung di medan perang melawan ribuan Taliban yang teru memperkuat pertahanan. Nelson kemudian di bantu oleh pasukan Dostum yang merupakan pasukan perang Afghanistan yang melwan para Taliban dengan senjata seadanya.
Kedatangan Amerika memberi banyak dampak baik terhadap perlawan yang Dostum dan teman – temannya lakukan selama ini. Amerika membantu mereka dengan serangan udara bertubi – tubi tepat di jantung perkumpulan Taliban. Namun perang tetaplah tidak semudah yang dapat diceritakan novel – novel fiksi, demi menjemput kemenangan mereka harus kehilangan banyak nyawa yang bertempur bersama mereka.



Dengan hanya bermodalkan Kuda pasukan khusus ini berhasil merebut kembali Mazar I-Sharif yang merupakan pusat pemerintahan Afghanistan dan juga termasuk pusat pemerintahan Afghanistan pada saat itu. Taliband sangat terkenal dengan tindak – tanduk kebrutalannya yang di luar ajara Islam, tidak hanya menghancurkan bangsa lain saudara sendiri pun tidak segan di musnahkannya. Dengan dana yang terus di berikan oleh Bin Laden, Taliban merupakan otot dari perkumpulan terorris besar yang sudah berhasil merenggut kemenangan mereka dengan menghancurkan gedung WTC tahun 2001 silam.

12 Strong diga,barkan sebagai 12 pasukan berkuda yang melawan  ribuan Taliban dan membebaskan Afghanistan dari ikatan Taliban pada saat itu. Sampai saat ini untuk mengenang keberanian mereka semua sebuah monument dibangun di area gedung World Trade Center di Amerika Serikat.
Ini salah satu film yang kurekomendasikan untuk di tonton di akhir minggu.
Errrrr.. tidak bisa menulis lebih banyak, hari ini buntu sekali hehe. Sampai jumpa di postingan selanjutnya.



Jumat, 13 April 2018

Review The Outlaws; 범죄도시 리뷰


Ketika kau mendedikasikan blog pribadimu untuk tempat rekomendasi film, maka kau harus bersedia untuk mengambil segala jenis genre film untuk di perbincangkan, yah… walaupun ada film – film yang memang harus di seleksi juga hehehe. Sebagai penikmat film, aku termasuk salah satu yang—errrr—bisa dikatakan cukup pemilih. Sebisa mungkin aku akan menjauhi film – film yang terlalu banyak scene perang, perkelahian brutal, bunuh – bunuhan dengan senajta tajam, penyiksaan, pertumbahan banyak darah, dan semacamnya. Darah salah satu item yang sering aku jauhi. Tetapi atas nama ‘Ingin menjadi penulis blog yang baik dan berkualitas’ aku tidak bisa terus – terusan berada di Zona Aman. Crime juga merupakan salah satu genre dalam dunia perfilman, jadi mau tidak mau aku harus  mencoba melompat dari zona amanku dan  mengambil genre crime untuk di tulis di dalam blog.
And… Today we gonna talking about….. The Outlaw…






This movie talking about gangster, and again gangster genre always linked to blood, war, and brutal. Menurut salah seorang sumber terpercaya hehehe film ini cukup banyak menuai pujian. Cukup sukses dengan akting para aktor yang patut di acungi jempol. The Outlaw merupakan film Korea ber-genre Crime pertama yang pernah aku tonton. Meskipun Rilis pada 2017 silam, namun masih menjadi film yang asik di tonton di tahun ini.
Menceritakan tentang sekelompok polisi devisi kejahatan yang harus memberantas para gangster yang merajalela dan meresahkan rakyat pasar karena upeti yang mereka kutip sesuka hati. Tiba – tiba saja tiga orang gangster berkebangsaan China masuk ke Korea dan membuat keributan yang besar. Tiga orang yang entah dari mana asalnya, entah dari mana mereka berangkat, tiga berandal yang membuat kekacauan di Negara orang lain.
Jang Chen( 계상), warga China yang menerima hukuman gantung karena ulah gangsternya yang meresahkan. Menjadi buonan setelah berhasil kabur dan menyelusup ke Korea. Dengan dibantu oleh dua orang anak buahnya, Jang Chen merampas lapak – lapak perjudian, karaoke, ataupun pasar yang dulunya di pimpin oleh gangster lokal. Permainannya yang kasar untuk mendapatkan banyak uang yang membuat pertempuran antar gengsterpun terjadi.
Berawal dari penemuan potongan tubuh manusia di dalam sebuah karung yang di duga tubuh dari salah satu gengster yang menjalani usaha perjudian. Menarik Ma Seok Do (   동석  ), seorang polisi dari defiis kejahatan untuk kelaur dari markas dan mengejar para pembuat onar. Perngearan polisi terus saja berjalan bersamaan dengan kasus – kasus pembunuhuan oleh sekelompok pembuat onar beraksen China.
Harus akui film ini memilki scene yang bukan main menegangkan jika kau mencoba merealisasikannya sebagai real event di dalam imajinasimu. Potongan mutilasi yang seperti badan sungguhan, perkelahian yang main tusuk – tusukan, atau pada adegan  ketika salah seorang gengster yang memotong tangan seorang staff tempat karaoke dengan pisau daging.
Selain bercermin dari kisah sebenarnya; penangkapan 30 ganster besar oleh kepolisisn Korea Selatan pada tahun 2004, menurutku pribadi film ini sukses membawa genre crime ke permukaan. Di dukung dengan akting – akting para pemain yang begitu menjiwai peran mereka masing – masing. Jang Chen yang dingin dan tidak manusiawi, muncul dengan sempurna membwa sisi keseraman yang tidak di milikinya didepan layar. Sukses membuatku penasaran pada lelaki 38 tahun ini dan mengobrak – abrik Naver mencari profilenya hahaha.
Ma Seok Do, polisi rasa preman yang aktingnya tidak kalah keren. Didukung dengan pemeran – pemeran polisi lainnya, mereka suskses membawaku untuk mengenal lebih dalam dunia kerja para polisi devisi krimininal. Setiap langkah adalah hidup atau mati. Akting Ma Dong Seok sudah pernah muncul beberapa kali dalam list film yang pernah ku tonton, seperti The Flu atau Train To Busan. Jujur saja, Ajeossi ini memang memberi kesan seram yang begitu nyata dari mimik wajahnya tidak peduli tokoh apa yang diperankannya heheheh.

Dengan bercermin pada real event yang pernah terjadi di tahun 2004 film seperti The Outlaw bisa dikatakan sebagai sentilan atau pengingat baik pada masyarakat ataupun pemerintah bahwa kejahatan seperti ini pernah terjadi dan bukan hanya orang – orang jahat saja berada di dalamnya. Tidak hanya gangster yang membutuhkan gengster lainnya, tapi beberapa pejabat atau konglomerat menggantungkan hidup mereka pada gangster. Unruk berbisnis; menjatuhkan usaha lawan, merebut lahan orang lain dan banyak hal lain yang di percayakan konglemerat kepada orang – orang (yang sering kita anggap) rendah moral.
Pada kenyataanya kita bekerja sama dengan kekerasan untuk membangun kehidupan. Jadi, tidak heran jika kriminalitas tidak pernah akan berhenti dari lingkaran setannya. Sampai saat ini kita masih mempercayai hukum rimba lebih kuat dari pada hukum yang lahir dari akal sehat manusia. Film ini juga menyampaikan, nyaman dan amannya hidup sebuah bangsa tergantung dari bangsa itu sendiri. Akankah kau mebiarkan tamu masuk ke rumahmu dengan se-enaknya ?


THE INTERN REVIEW; EXPERIENCE NEVER GETTING OLD

Photo originally from alphacoders.com Experience never getting old, quote sempurna dari film The Intern yang melekat dengan baik di dalam ke...

POpular Post