Sabtu, 04 Desember 2021

REVIEW FILM FURRY (2014)


 

“ sergeant Collier!”

“Yes son”

“I’m scared “

“I’m scared too.”


Film ini mengantarkan aku ke masa kecil yang sudah jauh tertinggal dibelakang. Aku lahir dan tumbuh di dalam zona DAERAH OPERASI MILITER. Jika kalian lahir dan besar di indonesia kalian pasti tahu persis daerah mana yang kumaksud. Aku memang bukan korban kekejaman Nazi, tapi agak – agaknya aku bisa menangkap ketakutan dan atmosfer yang ingin disampaikan setiap film peperangan di layar kaca.

Sabtu, 20 November 2021

THE BLIND SIDE REVIEW



Saat kecil ibuku memiliki Uwak (kakak dari ibu) yang cukup dekat dengannya. Ibuku kehilangan sosok ibu kandung saat dia berusia 8 tahun dengan meninggalkan 3 orang adik yang masih usia kanak dan balita. Ibu kemudian tumbuh bersama ayah yang penyayang dan  keluarga dari pihak ibunya. Hampir setiap sore ibuku menghabiskan waktunya di rumah nenek pihak ibunya. Sampai usianya cukup besar ibuku masih betah menghabiskan separuh harinya di rumah nenek.

Kamis, 07 Oktober 2021

REVIEW I FELL IN LOVE LIKE A FLOWER

 


Setelah sekian abad rasanya hiatus, aku kembali membawa kabar – kabar baru dari kerajaan kami yang sederhana. Bagaimana keadaan kalian semua? semoga kalian tidak tersesat untuk kembali mampir ke kerajaan sederhana kami.

Sejak beberapa minggu lalu keinginan nonton film dalam jiwaku menggebu – gebu dan tidak bisa terkendalikan. Berhubung aku terjebak di kampung halamanku yang kecil dan tidak ada bioskop maka aku bergantung pada website gratis yang sedia menemani setiap malam. Tunggu, jangan marah padaku, aku tidak bermaksud menyakiti perasaan orang – orang yang menentang keras download film ilegal di internet, aku hanya tidak mampu memberi semua fim dalam bentuk kaset asli. Jadi, kumohon dengarkan cerita seruku kali ini.

Rabu, 25 Desember 2019

REVIEW FILM THE HOWS OF US



“Aku akan menjadi wanita bodoh jika mengikuti hatiku, dan aku tidak akan pernah bahagia jika mengikuti kepalaku.”

Film Romantis asal Filipina ini di buka dengan narasi kedua pemeran utama yang mengatur rumah impian mereka bersama. George (Kathryn Bernardo) dan Primo (Daniel Padilla) merupakan sepasang kekasih yang memulai kisah cinta mereka dari pertemuan mereka didebat sekolah tentang sebagaiman pentingnya peran lelaki dan wanita. Pertemuan mereka dibuka dengan adu argument hebat yang saling membela martabat gendernya masing – masing, tanpa disadari banyak hal yang mereka sukai satu – sama lain.

Minggu, 10 Februari 2019

DUMPLIN (2018)


“Every woman needs to hear”
And  I come back again with another Netflix amazing movie. I just feel amazed watching movie with full of meaning on it. Movie is not born just to please my miserable life, they are born to teach me wise stuff.

Dumplin diangkat dari nover Young New York time best selling Young Adult karya Julie Murphy. Menceritakan seorang anak remaja yang bernama Willi yang ingin mengubah stereotype orang – orang terhadap standar kecantikan wanita. Bahwa setiap orang mendapatkan pengakuan sosial sesuai dengan ukuran badan, warna kulit, bentuk rambut, atau segala macam elemen yang masuk kedalam ukuran ‘Cantik’ secara umum.
Tidak adil ketika menstandarisasi ‘Cantik’ dalam sosial, sedang kita terus – terus menjunjung tinggi kalimat; Cantik itu relatif. Jika kecantikan memang relatif mengapa kita harus menstandarisasi Look seseorang sehingga mereka dapat di terima di dalam masyarakat?
Melalu film ini  mengatakan bahwa semua wanita cantik and every suit is fit in every budy. Willowdean atau yang sering dipanggil Willi merupakan anak perempuan tunggal dari Rosie, Miss kecantikan Texas tahun 1989. Menjadi seorang pemenang Miss kecantikan membuat Rosie  mendapatkan begitu banyak reputasi dari seluruh Texas. Siapa yang tidak mengenalnya? Kesibukannya terhadap dunia Miss kecantikan membuatnya harus memangkas waktu bersama anak perempuannya sendiri. Willi kecil hidup dan tumbuh menjadi seorang anak perempuan berdasarkan didikan saudara perempuan Rosie bernama Lucy. Bagi Willi Lucy adalah buku pertama yang mengajarkannya bagaimana cara hidup dan berinteraksi dengan orang – orang sekitar.
Willi tumbuh menjadi anak perempuan yang begitu berbeda dari embel – embel miss kecantikan. Tubuhnya yang gempal, rambutnya yang blonde, keriting, dan sedikit berantakan membuatnya sangat jauh berbeda dari sang ibu. Setelah kepergian Lucy, will merasa hidupnya hampa. Rosie hanya secara teknis adalah wanita yang melahirkannya tanpa ada hal memori di antara mereka berdua.  Sampai suatu hari dia menemukan sesuatu di tumpukan barang – barang Lucy yang hendak di sumbangkan. Sebuah formulir Miss kecantikan milik Lucy yang tidak pernah dikembalikan kepada panitia penyelenggara kontes kecantikan. Lucy merasa wanita gemuk sepertinya tidak pantas bersaing dengan sang adik Rosie yang saat itu juga mengikuti kontes yang sama. 
Will menunjukkan kepada semua orang bahwa ukuran tidak mendiskripsikan siapa dirimu atau bagaimana sosial harus menerimamu. Bersama beberapa orang teman sekolahnya Will membentuk sebuah revolusi.


It’s worth to watch karena mengandung pesan sosial untuk semua yang menganggap cantik memiliki standar tertentu, bahwa tidak semua manusia berhak menganggap dirinya smepurna dan cantik. Ini Juga menjadi remainder bagi semua wanita untuk mencintai dirinya terlebih dahulu sebelum mencintai seseorang yang lain.  

Rabu, 06 Februari 2019

NAPPILY EVER AFTER (2018)

My next thing from Netflix. I know  I never can make myself to stop loving Netflix.

Satu lagi dari Netflix yang tidak bisa menahanku untuk menulis rekomendasi di sini. Yah, walaupun tidak banyak yang mampir ke Kingdomku setidaknya aku harus meninggalkan bacaan untuk suatu hari dimana orang – orang mulai banyak berkunjung hehehe. This is not abandoned Kingdom, just—you know—little far to find.
Nappily Ever After, another movie which talked about woman again. Violet Jones adalah anak perempuan tunggal dari pasangan Paulette Jones dan Richard Jones. Berasal dari Black Family membuat Violet telahir dengan rambut kriting khas African yang begitu sulit untuk diluruskan. Sejak kecil sang ibu terus mendidiknya menjadi sempurna, mendandaninya agar terlihat menjadi anak gadis kulit hitam yang manis yang berbeda dari anak lainnya. Hal yang paling mencolok dari penampilan Violet adalah Rambut. Sejak kecil sang ibu selalu meluruskan rambut Violet setiap hari, hal itu membuatnya harus rela duduk berjam – jam menungui sang ibu meluruskan rambutnya. Violet memang tumbuh menjadi anak yang berpenampilan sempurna, tapi dia tumbuh diatas sepatu orang lain, bukan sepatunya sendiri.
Well, ini menjadi masalah besar bagi para orang tua yang terlalu banyak memendam obsesi dan kemudian menjadikan anak mereka sapi perahan yang akan mengujudkan semua mimpi – mimpi merka kelak. Sama seperti para orang tua, anak juga terlahir dengan fikiran dan  mimpi – mimpi mereka sendiri. Apa yang terjadi dalam hidup Violet bukan suatu cerita rekayasa yang tumbuh di balik layar film atau di dalam lebaran buku. Banyak di praktik kehidupan yang sebenarnya orang tua yang memaksa anak – anak mereka tumbuh diatas sepatu mereka.
Tumbuh besar menjadi Violet yang dibentuk oleh ibunya membuat kehidupan Vi tampak begitu sempurna secara kasat mata; rambut indah, penampilan menarik, pekerjaan yang menjanjikan, dan pacar seorang dokter muda yang berbakat. Namun, apa semua itu benar – benar membuat hidupnya bahagia?
Mimpinya untuk hidup bersama Clint membangun keluarga kecil hancur ketika Clint tidak melamarnya di hari ulang tahunnya, Clint beranggapan 2 tahun bersama tidak cukup untuk mengenal Violet dan menjadikannya seorang penamping hidup. kehidupan Violetyang terlalu kaku dan serba perfect membuat Clint ragu untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius.
Kegagalan yang terjadi pada keinginan besarnya kemudian membuat Violet keluar jalur dan mencoba hidup di luar rumus yang selama ini dia anut. Tanpa di sengaja kehidupan barunya kemudian mengantarnya untuk mengenal penata rambut bernama Will. Mengenal Will dan anak semata wayangnya mengenalkan Vi bagaimana cara hidup diatas sepatunya sendiri.
it’s tal about your decision in life is totally in your ownhand. Nor your parents or somebody else. You need to decide what you wanna be and what you wanna do in life. Menjalani hidup yang normal dan teratur memang menyenangkan, tapi hidup akan hambar tanpa rasa jika tidak pernah merasakan pertualangan. Film ini mengingatkanku pada Little Prince, film animasi yang di angkat dari kisah klasik anak – anak yang menceritakan betapa orang dewasa begitu kaku, monoton, dan terlalu memaksa. Mereka lupa bahwa mereka pernah kecil.

Selasa, 08 Januari 2019

22 JULY (2018)



Resentment never set you free; for all the victims I put my deep condolence here today. For all young people who had participated in Utoya island camp, you always be remembered.
Film Netflix selanjutnya yang diambil dari kisah nyata yang terjadi pada tanggal 22 July tahun 2011 di Norwegia. Penyerangan terrorist di kota Oslo di ikuti dengan pembantaian para remaja pada Summer Camp yang di laksanakan di pulau Utoya. Setidaknya 77 orang meninggal dunia pada kejadian pemeberontakan terhadap pemerintah paling besar setelah perang dunia ke II di Norwegia. Lebih dari 300 anak muda yang mengalami trauma psikologi berat akibat pembantaian tersebut.

Film ini dibuat tahun 2018 lalu dengan mengadaptasi kejadian sebenarnya yang terjadi di tahun 2011. Bersamaan dengan Netflix, film versi Norwegianya juga dirilis di tahun yang sama. Untuk dapat mengerti penuh dengan tragedy tersebut aku memutuskan untuk menonton kedua versi film yang sudah dibuat, dan juga membaca beberapa artikel yang menceritakan kejadian sesuangguhnya.
Paul Greengrass dalam filmnya lebih menonjolkan dua orang yang berperan aktif; Viljar sebagai korban yang mengalami cidera serius bertaruh nyawa dalam proses pengobatannya di rumah sakit, dan Andres Behring Bevrik yang merupakan pelaku pembantaian masal ini. Keduanya tampak sama menonjolnya hingga beberapa orang menganggap dia malah menggeser para victim yang seharusnya mejadi pelaku utama.
Sedang di sisi lain seorang Director berkebangsaan Norwegia beranama Erik Poppe membungkus tragedy ini dalam film bertajuk U-July 22 dengan bentuk seperti film dokumenter yang hanya mengambil scene di Pulau Utoya saja selama 72 menit tanpa berpindah kepada set lainnya atau menonjolkan Andres sebagai pelaku keji tersebut.
Bagiku pribadi kedua film memiliki sisi menegangkan dan keunggulannya masing – masin. Kedua produser berhasil membawa rasa mencekam yang menakutkan pada 22 July. Namun Poppe dengan ide film dokumenternya lebih menunjukkan suasana dan perasaan para korban yang sangat jelas dengan mengambil shoot tempat dan waktu yang sama persis seperti pada saat kejadian tersebut terjadi.
Setidaknya para remaja Summer Camp yang diselenggarakan oleh pemerintah bertahan selama 72 menit dalam penembakan yang terjadi di Utoya sebelum akhirnya polisi datang dan mengamankan tempat terebut.
Secara keseluruhan film ini Worth-to-watch. Selain mengenang para korban, film yang diangkat dari kisah asli lebih sering memberikan pelajaran moral dan membiasakan kita untuk tidak lupa sejarah. Insiden 22 July menjadi insiden yang tidak dapat terlupakan di Norwegia, walaupun sudah berlalu kurang lebih 7 tahun, Trauma, kehilangan, dan luka yang membekas pada tiap – tiap individu tidak mungkin bisa lekang begitu saja. Sampai hari ini masih banyak dari remaja korban penembakan di Utoya menjalani pengobatan psikologi.

For me personally, this movie just like reflection for what had happened to me back back back in time. Aceh insurgency held between 1975-2005 with the goal of making Province of Aceh independent from Indonesia. it effected military offensive.
people shooting each other, massacre, every place feels like hell. Billion of youngsters dealing with mental issues, psychologically suffering from their scary experiences. people who lose their family, kids, parent, keep fighting to continue their life today but none of them back into complete pieces, they partially died inside.
I don't think I'm entitled to compare any kind of human being suffering from a shotgun attack, I just feel i can relate to how the Utoya massacre incident affected victims future life. Honestly saying, I'm still suffering from trauma.


THE INTERN REVIEW; EXPERIENCE NEVER GETTING OLD

Photo originally from alphacoders.com Experience never getting old, quote sempurna dari film The Intern yang melekat dengan baik di dalam ke...

POpular Post