I thoroughly enjoy all movie that Asa butterfield been
played. He always fit in Genius character’s kid. Pertama sekali melihat
kebolehan akting Asa di film Enders Game. Film yang diangkat dari sebuah novel
yang menceritakan tentang serangan alien dibumi, dan bumi menyiapkan pasukan
tentara yang terdiri dari anak – anak pintar terpilih dari seluruh Negeri. Dan
Asa terpilih sebagaia kapten yang akan memimpin perang bersama alien nantinya.
Sama halnya seperti Enders Game, Space Between Us juga
bercerita tentang the other space, Mars. Asa terlahir dari seorang Astronot
Nasa yang saat itu menjadi pemimpin dari misi membangun kehidupan di Mars.
Namun sayangnya Sarah Elliot membuat sebuah kesalahan yang seharusnya tidak
terjadi pada seorang Astronot sepertinya. Ia sampai di Mars dalam keadaan
Hamil.
Sarah melahirkan sang bayi di Mars namun sayangnya dia
tidak dapat bertahan setelah persalinan. Gardner (Asa Butterfield) merupakan
anak manusia pertama yang lahir di Mars dan untuk pertama kalinya turun ke bumi
untuk mencari keberadaan sang ayah berbekal barang – barang peninggalan ibunya.
Tumbuh di Mars membuat Gardner buta akan bumi,
kemudina ia bertemu Tusla seorang gadis bumi yang ia kenal lewat internet
membantunya mengenal bumi hingga dia menemukan sosok ayah yang dicari –
carinya.
I enjoy this movie because all movie that contained
NASA on it always pick my interest better. Kebetulan imajinasi film ini
diterima oleh kepalaku. Karna terkadang otakmu tidak mengapresiasikan segala
jenis Fiction. It will be worst fiction and good fiction, right?
Selain itu juga banyak quote bijak didalamnya. Nah,
ini nih yang sering aku kutip kalau nonton film, kata – kata bijak yang keluar
dari mulut pemainnya. Seperti di film ini ketika Gardner berkata pada Tusla
yang tidak percaya bahwa dia lahir dan besar di Mars “ Just because people lie to you before it doesn’t mean I’m lying now.
Just because something sounds crazy doesn’t mean is no true.”
Gardner berperan sebagai orang yang paling tidak
manusiwi—maksudnya—paling tidak seperti manusia lainnya. Terlalu polos, persis
kaya robot yang belum terinstal program. Dengan perannya yang tidak mengerti
bagaiaman manusia harus bersikap sehrausnya membuat kutipan diatas bergitu
berisi dengan ketulusan.
Ya, terkadang kita—manusia—suka sekali memukul ratakan
sesuatu. Semua persepsi diterapkan kepada semua orang. Padahal belum tentu
orang yang sekrang dihadapan kita adalah persis seperti seseorang yang sudah
tertanam dalam persepsi kita. Kata – kata polos sederhana seperti diatas bisa
mengembalikan akal sehat kita dalam melihat sesuatu.