“Percayalah, pernah ada Pennywise dalam hidupku juga
dimasa kanak – kanak”
Film yag paling menyebalkan sekaligus mengagumkan
adalah film yang mampu mengaduk – ngaduk imajinasiku sampai aku ketakutan
setengah mati. Film Horror menakutkan tapi tidak berhasil mengaduk imajiansi
dengan sempurna, mereka hanya memberikan rasa takut yang bergulung – gulung
diperutmu, dan hilang ketika Film habis dan kau keluar dari ruangan bioskop.
IT berangkat dari suatu tempat dalam dunia imajinasi
masa kecil dimana ada balon, perayaan, dan badut menjadi mimpi buruk yang
memakan ilusiku habis tak bersisa semalaman diatas tempat tidur tanpa berani
memejamkan mata. Menurutku IT merupakan salah satu film supranatural yang
menceritakan ketakutan yang kita miliki dimasa kecil, ketakutan anak – anak dan
bagaimana cara mereka melawannya.
Dalam film yang diangkat dari novel penulis kondang
dunia Stephen King menceritakan 4 orang anak lelaki yang saling berteman dengan
latar belakang keluarga berbeda – beda dan ketakutan yang berbeda juga. Bill(Jaeden Lieberher) kehilangan seorang adik yang tidak dapat ditemukan dan kedua orang tua yang seakan
Move on dari sang adik tanpa menacari penjelasan atas kematiannya. Kecemasan
tumbuh dalam diri Billi yang kemudian menjadi pusat kesedihan dan ketakutannya.
Richie(Finn Wolfarhard) anak lelaki berkacamata yang betah sekali berceloteh memiliki ketakutan
pada Badut, Stanley(Wyatt oleff) anak Yahudi yang belum bisa membaca Torah, dan ketakutan
terbesarnya adalah lukisa wanita dengan wajah berantakan di runang kerja ayahnya, dan Eddie (Jack Dylan Gnazer) seorang anak
lelaki yang punya kebiasaan minum obat ini – itu tanpa tahu jelas apa
penyakitnya, ibu menjadi alasan yang
tidak bisa dibantah Eddie.
Mereka pemeran utama yang kemudian bertemu dengan
Mike(Chosen Jacobs), Baverly(Sophia Lilis), dan Ben(Jeremy Ray Taylor) dengan ketakutan mereka masing – masing. Dalam film ini
digambarkan teror badut yang setiap 27 tahun sekali muncul dan menculik anak –
anak. Kota Derry dianggap seperti mendapatkan kutukan. Tapi setiap kabar
kehilangan hanya berakhir dengan foto – foto orang hilang yang ditempel dimana
– mana tanpa hasil sama sekali.
Pennywise (Bill Skansgard) begitu nama badut penari yang menyeranga
anak – anak ini satu – persatu. I can tell you Pennywise sukses sekali
berakting se-psikopat – psikopatnya. Tanpa Dia
aku tidak pernah tahu bahwa
Pennywise punya wajah menawan nan tampan di kehidupan aslinya hehehe..
Misi inti mereka adalah mencari dimana Jasad Georgie
adik Bill yang menghilang setahun yang lalu. Bill hanya ingin menemui kenyataan
pasti terhadap apa yang terjadi pada adik semata wayangnya. Pencarian itu tidak
gampang, mereka mulai ditakuti oleh ketakutan mereka masing – masing. Diujung
ketakutan tersebut selalu saja muncul seorang badut dengan balon merah. Masuk
kedalam gorong – gorong, menulusuri sumur, dan kemudian berada di titik inti
tempat dimana Pennywise bersembunyi dan
membawa anak – anak yang telah diculiknya melayang di udara.
Menurutku pribadi, film ini menggambarkan ketakutan masa
kanak – kanak kita yang harus kita lalui untuk mencapai tahap selanjutnya dalam
kehidupan. Errr—ini hanya bagaimana caraku melihat dan mengartikan IT dari
kacamataku, kau boleh tidak setuju jika kau mau. Pennywise merupakan suatu
tahap dalam kehidupan yang harus kau lampaui. Cara melampauinya kau harus
berani melangkah dengan segala hal yang ada dibawah sol sepatumu saat ini;
orang tua yang over protective, pembulian, kenangan masa lalu atas kehilangan
seseorang, gosip buruk yang membuat wajahmu terlihat sangat kotor, atau
peraturan – peraturan tertentu yang ditetapkan orang dewasa tanpa mendengar pendapatmu.
Hal – hal tersebut sebenarnya yang akan membuatmu ketakutan, depresi, dan tidak
memapu mengangkat sepatumu untuk melangkah lebih jauh lagi. Untuk menulis
sebuah kehidupan yang lebih besar dari saat ini.
Pennywise adalah poin utama yang harus kau lampaui
untuk mencapai kedewasaan. Kau dipenuhi ketakutan dan Pennywise merupakan
perasaan antagonis yang selalu merasuki pikiranmu dan mengatakan “Menyerahlah,
karna terlalu menakutkan untuk melewati masa – masa ini.” kata – kata yang paling sering disebutkan
Pennywise adalah “Float”—melayang. Ya,
pikiran antagonis sering sekali membuatmu ingin melayang dari cita – cita masa
depan yang sudah kau atur, sedang untuk menuju masa depan kau harus menjadi
dewasa, untuk menjadi dewasa kau umurm harus bertambah dan kau harus melewati
segala rintangan yang kau temui di usia saat ini; seperti pembulian yang
terjadi pada Ben misalnya.
Tidak semua orang mampu menekan perasaan anatagonisnya
dan bangkit dari keakutan, ketakutan bisa merubahmu menjadi makhluk lain.
Seperti Henry yang merupakan pembuli paling menyebalkan namun memiliki ketakuan
terhadap ayahnya sendiri. Henry tidak memilih untuk melawan ketakutan itu
dengan cara yang baik; menjadi anak yang diharapkan orang tuanya. Dia
membiarkan perasaan antagonis merasuki pikirannya dengan membunuh ayahnya
sendiri. Sejak saat itu Henry sudah berhasil memilih masa depannnya. Menjadi
seorang trouble makker.
Apa pilihan enam sekawan yang kemudian berperang
dengan Pennywise? Mereka memilih untuk membung jauh – jauh rasa takut mereka
dan bangkit melawan Pennywise. Di bagian ini semua dari mereka masing – masing
dipertemukan dengan ketakutannya. Seperti beverly yang dipertemukan dengan
wajah sang ayah yang sangat dibencinya, atau Bill yang menemukan jaket hujan
Georgie dan menemukan pertanyaan besarnya selama ini bahwa Georgie benar telah
mati. Ketika semua dari mereka mampu melawan ketakuannya Pennywise mulai
melemah, ketakutan malah berbalik menyerangnya. Pennywise masuk kedalam sumur
dan menghilang menjadi keping – keping.
Stephen King tidak pernah mengecewakan, bukan? dan aku
suka film ini walaupun dia mengaduk – ngaduk imajinasiku dengan sangat kejam
hahahaha. Ini visualisasi dari masa kanak – kanak kita menuju kedewasaan. Hanya
pemenang yang mampu menyusun mimpi – mimpi dan kemudian mengujudkannya.