Jumat, 13 April 2018

Review The Outlaws; 범죄도시 리뷰


Ketika kau mendedikasikan blog pribadimu untuk tempat rekomendasi film, maka kau harus bersedia untuk mengambil segala jenis genre film untuk di perbincangkan, yah… walaupun ada film – film yang memang harus di seleksi juga hehehe. Sebagai penikmat film, aku termasuk salah satu yang—errrr—bisa dikatakan cukup pemilih. Sebisa mungkin aku akan menjauhi film – film yang terlalu banyak scene perang, perkelahian brutal, bunuh – bunuhan dengan senajta tajam, penyiksaan, pertumbahan banyak darah, dan semacamnya. Darah salah satu item yang sering aku jauhi. Tetapi atas nama ‘Ingin menjadi penulis blog yang baik dan berkualitas’ aku tidak bisa terus – terusan berada di Zona Aman. Crime juga merupakan salah satu genre dalam dunia perfilman, jadi mau tidak mau aku harus  mencoba melompat dari zona amanku dan  mengambil genre crime untuk di tulis di dalam blog.
And… Today we gonna talking about….. The Outlaw…






This movie talking about gangster, and again gangster genre always linked to blood, war, and brutal. Menurut salah seorang sumber terpercaya hehehe film ini cukup banyak menuai pujian. Cukup sukses dengan akting para aktor yang patut di acungi jempol. The Outlaw merupakan film Korea ber-genre Crime pertama yang pernah aku tonton. Meskipun Rilis pada 2017 silam, namun masih menjadi film yang asik di tonton di tahun ini.
Menceritakan tentang sekelompok polisi devisi kejahatan yang harus memberantas para gangster yang merajalela dan meresahkan rakyat pasar karena upeti yang mereka kutip sesuka hati. Tiba – tiba saja tiga orang gangster berkebangsaan China masuk ke Korea dan membuat keributan yang besar. Tiga orang yang entah dari mana asalnya, entah dari mana mereka berangkat, tiga berandal yang membuat kekacauan di Negara orang lain.
Jang Chen( 계상), warga China yang menerima hukuman gantung karena ulah gangsternya yang meresahkan. Menjadi buonan setelah berhasil kabur dan menyelusup ke Korea. Dengan dibantu oleh dua orang anak buahnya, Jang Chen merampas lapak – lapak perjudian, karaoke, ataupun pasar yang dulunya di pimpin oleh gangster lokal. Permainannya yang kasar untuk mendapatkan banyak uang yang membuat pertempuran antar gengsterpun terjadi.
Berawal dari penemuan potongan tubuh manusia di dalam sebuah karung yang di duga tubuh dari salah satu gengster yang menjalani usaha perjudian. Menarik Ma Seok Do (   동석  ), seorang polisi dari defiis kejahatan untuk kelaur dari markas dan mengejar para pembuat onar. Perngearan polisi terus saja berjalan bersamaan dengan kasus – kasus pembunuhuan oleh sekelompok pembuat onar beraksen China.
Harus akui film ini memilki scene yang bukan main menegangkan jika kau mencoba merealisasikannya sebagai real event di dalam imajinasimu. Potongan mutilasi yang seperti badan sungguhan, perkelahian yang main tusuk – tusukan, atau pada adegan  ketika salah seorang gengster yang memotong tangan seorang staff tempat karaoke dengan pisau daging.
Selain bercermin dari kisah sebenarnya; penangkapan 30 ganster besar oleh kepolisisn Korea Selatan pada tahun 2004, menurutku pribadi film ini sukses membawa genre crime ke permukaan. Di dukung dengan akting – akting para pemain yang begitu menjiwai peran mereka masing – masing. Jang Chen yang dingin dan tidak manusiawi, muncul dengan sempurna membwa sisi keseraman yang tidak di milikinya didepan layar. Sukses membuatku penasaran pada lelaki 38 tahun ini dan mengobrak – abrik Naver mencari profilenya hahaha.
Ma Seok Do, polisi rasa preman yang aktingnya tidak kalah keren. Didukung dengan pemeran – pemeran polisi lainnya, mereka suskses membawaku untuk mengenal lebih dalam dunia kerja para polisi devisi krimininal. Setiap langkah adalah hidup atau mati. Akting Ma Dong Seok sudah pernah muncul beberapa kali dalam list film yang pernah ku tonton, seperti The Flu atau Train To Busan. Jujur saja, Ajeossi ini memang memberi kesan seram yang begitu nyata dari mimik wajahnya tidak peduli tokoh apa yang diperankannya heheheh.

Dengan bercermin pada real event yang pernah terjadi di tahun 2004 film seperti The Outlaw bisa dikatakan sebagai sentilan atau pengingat baik pada masyarakat ataupun pemerintah bahwa kejahatan seperti ini pernah terjadi dan bukan hanya orang – orang jahat saja berada di dalamnya. Tidak hanya gangster yang membutuhkan gengster lainnya, tapi beberapa pejabat atau konglomerat menggantungkan hidup mereka pada gangster. Unruk berbisnis; menjatuhkan usaha lawan, merebut lahan orang lain dan banyak hal lain yang di percayakan konglemerat kepada orang – orang (yang sering kita anggap) rendah moral.
Pada kenyataanya kita bekerja sama dengan kekerasan untuk membangun kehidupan. Jadi, tidak heran jika kriminalitas tidak pernah akan berhenti dari lingkaran setannya. Sampai saat ini kita masih mempercayai hukum rimba lebih kuat dari pada hukum yang lahir dari akal sehat manusia. Film ini juga menyampaikan, nyaman dan amannya hidup sebuah bangsa tergantung dari bangsa itu sendiri. Akankah kau mebiarkan tamu masuk ke rumahmu dengan se-enaknya ?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

THE INTERN REVIEW; EXPERIENCE NEVER GETTING OLD

Photo originally from alphacoders.com Experience never getting old, quote sempurna dari film The Intern yang melekat dengan baik di dalam ke...

POpular Post