Kamis, 07 Oktober 2021

REVIEW I FELL IN LOVE LIKE A FLOWER

 


Setelah sekian abad rasanya hiatus, aku kembali membawa kabar – kabar baru dari kerajaan kami yang sederhana. Bagaimana keadaan kalian semua? semoga kalian tidak tersesat untuk kembali mampir ke kerajaan sederhana kami.

Sejak beberapa minggu lalu keinginan nonton film dalam jiwaku menggebu – gebu dan tidak bisa terkendalikan. Berhubung aku terjebak di kampung halamanku yang kecil dan tidak ada bioskop maka aku bergantung pada website gratis yang sedia menemani setiap malam. Tunggu, jangan marah padaku, aku tidak bermaksud menyakiti perasaan orang – orang yang menentang keras download film ilegal di internet, aku hanya tidak mampu memberi semua fim dalam bentuk kaset asli. Jadi, kumohon dengarkan cerita seruku kali ini.


Film romance memang identik dengan wanita, begitu kata banyak orang, padahal romantisme bukan hanya konsumsi kaum hawa saja kaum adam pun membutuhkan bumbu – bumbu romantis dalam kehidupannya.

I Fall In Love Like A Bouquet Of Flower (Hanataba Mitai Na Koi Wo Shita) adalah film romantisme Jepang yang rilis pada tahun 2021. Dibintangi oleh Suda Masuki (Yamane Mugi) dan Hachiya Kinu (Arimura Kasumi) ke duanya menjadi tokoh utama yang mengawali kisah romantis mereka si stasiun kereta kota Tokyo yang padat dan selalu tepat waktu. Yamane dan Hachiya yang saat itu sama – sama berusia 22 tahun ketinggalan kereta terakhir yang beroperasi malam itu. Secara kebetulan mereka terjebak pada situasi yang sama bersama dua orang asing lainnya. Sampai akhirnya 4 orang asing ini memutuskan untuk menghabiskan waktu di sebuah Cafe untuk melewati waktu hingga kereta selanjutnya beroperasi.

Tidak ada interakasi dari keduanya sebelum akhirnya Hachiya mengetahui bahwa Yamane juga menyukai Produser film yang sama yang kebetulan pada saat itu berada di tempat minum yang sama dengan mereka. Di sinilah pertemuan antara kedua manusia ini terjadi. Ketika 4 orang asing ini memutuskan untuk saling berpisah, Hachiya menggerakkan hatinya untuk mengatakan sesuatu kepada Yamane perihal Produser hebat yang mereka lihat di dalam cafe tadi. Yamane yang tampak agak bingung juga merasa terjekut mendapati seorang wanita yang memiliki selera seni yang sama dengannya. Kebetulan itu benar – benar begitu indah.

Hubungan keduanya terus tumbuh seiring dengan pertemuan mereka yang terus terjalin. Mereka memiliki selera musik yang sama, selera buku yang sama, selera film yang sama, memakai sepatu convers yang sama, bagiku mereka berdua seperti anak kembar yang terjebak di dua jasad yang cukup jauh berbeda. Selera seni yang sama ini lah yang semakin mendorong perasaan keduanya semakin kuat. Memang tidak bisa di pungkiri, kadang kita akan bertemu dengan orang – orang yang kemudian menjadi pasangan kita melalui hobi yang sama, atau selera musik yang sama, atau cita – cita yang sama. Alot in common would help you tied in eachother.

Kisah cinta ini kemudian berlayar sesuai dengan ekspektasi keduanya, Yamane menyatakan cintanya di pertemuan ke tiga mereka yang—tentu sajanya—disambut dengan jawaban “Ya” oleh Hachiya. Hachiya mulai sering menghabiskan waktunya di kediaman Yamane, menghabiskan akhir pekan bersama, menghaiskan waktu berhari – hari bercinta dengan hati yang penuh mereka berdua saja tanpa orang lain.

Mereka dua anak muda yang percaya bahwa dengan bersama kita dapat menakhlukkan kesulitan dalam hidup ini. Cukup kita berdua. Yamane yang menata hidupnya dengan bekerja sebagai ilustrator selalu optimis bahwa hobinya akan di apresiasi dengan layak oleh orang – orang, namun kenyataanya hasil karyanya selalu saja dihargai murah. Sedang Hachiya yang kemudian berubah pikiran untuk mencari pekerjaan seperti orang – orang pada umumnya. Mengikuti banyak interview yang kemudian gagal dan meninggalkan rasa lelah dan kesal yang besar dalam hatinya. Kisah cinta Yamane dan Hachiya sama seperti kisah cinta pada umumnya, hal – hal manis dan pahit terukir menjadi alasan untuk selalu bersama. Sepreti kata Yamane “Musim panas ini untuk pertama kali aku melihatnya menangis.” Ketika kau jatuh cinta maka hal – hal kecil seperti ini akan menjadi momentum besar yang akan menempel dalam kepalamu selamanya.

Tidak ingin hanya sekedar sepasang kekasih yang menghabiskan akhir pekan di ranjang yang sama dan kemudian kembali pulang ke rumah masing – masing, Yamane kemudian mengusulkan untuk tinggal bersama, menata hidup bersama, semakin dekat dan semakin memperkuat hubungan mereka.

Benar, mereka semakin kuat, namun pelan – pelan kisah indah manis itu terentur dengan realita, terbentur dengan kehidupan yang memaksa mereka menjadi lebih realistis. Hachiya diterima bekerja setelah lulus tes dan mendapatkan sertifikat akuntansi, Yamane yang menyerah akan impian menjadi ilustrator dan kemudian setuju bergabung menjadi budak korporat.

Kesibukan mereka semakin realistis, seperti orang kebanyakan, padahal mereka bukan orang pada umumnya yang memiliki ketertarikan seni yang dangkal, namun kehidupan kadang – kadang menyeretmu jauh dari apa yang kau harapkan. Mereka tidak lagi menikmati pameran seni, tidak lagi baca komik, tidak lagi membahas buku – buku karangan penulis kesukaan mereka. Hubungan mereka menjadi tawar, namun tetap bersama.

Menurutku priadi, Hachiya memiliki posisi dimana dia berkorban terlalu banyak, walaupun benar memang dalam sebuah huungan harus ada tarik – ulur, harus ada yang mengalah tapi bukan berarti kalah. Tapi, menurutku pribadi Hachiya mengalah dan kalah. Huungan mereka menjadi dingin, tidak bisa lagi mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.

Konflik yang disajikan benar – benar konflik yang sering kita temui dalam kehidupan nyata. Pertengkaran dalam diri; ketika sebuah pekerjaan membunuh diri kita yang dulu, kenyataan bahwa rasa cinta tidak akan selalu terasa manis selamanya, bertahan pada sebuah hubungan dengan alasan “kita sudah bersama cukup lama, jika berpisah akan sia – sia. Film ini bisa membuatmu terserap dalam dua kisah tokoh di dalamnya.

Yamane dan Hachiya semakin jenuh, Hachiya yang punya tekat untuk membahagiakan dirinya dengan kembali bekerja sesuai dengan passionnya mulai memiliki ideologi yang bertentangan, hubungan keduanya semakin tawar, hingga suatu hari setelah menghadiri pernikahan salah satu kerabat mereka memutuskan untuk berpisah.

Memang tidak ada yang harus dipertahankan jika hubungan sudah benar – benar tidak ada rasa, memaksakan hanya menjadi penyakit untuk satu sama – lain. Meski ingin putus, dalam lubuh hati terdalam Yamane ingin membangun keluarga bersama Hachiya. Tapi semuanya terlalu hambar, walaupun keduanya tidak memungkiri bahwa 5 tahun yang mereka lalui bersama – sama tidak akan pernah bisa di hapus oleh kenangan indah manapun juga. Hubungan mereka tetap berakhir setelah 5 tahun bersama.

Sebagian mengatakan bahwa suatu hubungan harus dipertahankan, jangan cepat menyerah, karna ujian dalam setiap hubungan pasti ada, tapi Yamane dan Hachiya hanya akan menjadi benalu untuk sama lain, menurutku cocok atau tidaknya sebuah hubungan tidak dilihat dari seberapa lama mereka sudah menjalaninya, bisa saja ketidak coockan itu terungkap setelah bertahun – tahun bersama. Ideologi mereka berdua sudah berbeda, dan sulit jika terus berjalan dengan alasan “kita pernah saling jatuh cinta”, pernah punya rasa bukan alasan yang cukup untuk membangun sebuah hubungan. Kau harus memiliki motivasi dan visi yang sama.

Menurutku film ini happy ending, karna mereka berpisah dalam membawa kenangan yang sama indahnya. Mereka saling melekat dalam ingatan satu – sama lain. Keduanya juga kemudian bertemu dengan orang baru dan melanjutkan kehidupannya kembali. Happy ending untuk masing – masing dari mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

THE INTERN REVIEW; EXPERIENCE NEVER GETTING OLD

Photo originally from alphacoders.com Experience never getting old, quote sempurna dari film The Intern yang melekat dengan baik di dalam ke...

POpular Post