Setelah
sekian abad rasanya hiatus, aku kembali membawa kabar – kabar baru dari
kerajaan kami yang sederhana. Bagaimana keadaan kalian semua? semoga kalian
tidak tersesat untuk kembali mampir ke kerajaan sederhana kami.
Sejak
beberapa minggu lalu keinginan nonton
film dalam jiwaku menggebu – gebu dan tidak bisa terkendalikan. Berhubung aku
terjebak di kampung halamanku yang kecil dan tidak ada bioskop maka aku
bergantung pada website gratis yang sedia menemani setiap malam. Tunggu, jangan
marah padaku, aku tidak bermaksud menyakiti perasaan orang – orang yang
menentang keras download film ilegal di internet, aku hanya tidak mampu memberi semua fim dalam
bentuk kaset asli. Jadi, kumohon dengarkan cerita seruku kali ini.
Film
romance memang identik dengan wanita, begitu kata banyak orang, padahal
romantisme bukan hanya konsumsi kaum hawa saja kaum adam pun membutuhkan bumbu
– bumbu romantis dalam kehidupannya.
I
Fall In Love Like A Bouquet Of Flower (Hanataba Mitai Na Koi Wo Shita) adalah
film romantisme Jepang yang rilis pada tahun 2021. Dibintangi oleh Suda Masuki
(Yamane Mugi) dan Hachiya Kinu (Arimura Kasumi) ke duanya menjadi tokoh utama
yang mengawali kisah romantis mereka si stasiun kereta kota Tokyo yang padat
dan selalu tepat waktu. Yamane dan Hachiya yang saat itu sama – sama berusia 22
tahun ketinggalan kereta terakhir yang beroperasi malam itu. Secara kebetulan
mereka terjebak pada situasi yang sama bersama dua orang asing lainnya. Sampai
akhirnya 4 orang asing ini memutuskan untuk menghabiskan waktu di sebuah Cafe
untuk melewati waktu hingga kereta selanjutnya beroperasi.
Tidak
ada interakasi dari keduanya sebelum akhirnya Hachiya mengetahui bahwa Yamane
juga menyukai Produser film yang sama yang kebetulan pada saat itu berada di
tempat minum yang sama dengan mereka. Di sinilah pertemuan antara kedua manusia
ini terjadi. Ketika 4 orang asing ini memutuskan untuk saling berpisah, Hachiya
menggerakkan hatinya untuk mengatakan sesuatu kepada Yamane perihal Produser
hebat yang mereka lihat di dalam cafe tadi. Yamane yang tampak agak bingung
juga merasa terjekut mendapati seorang wanita yang memiliki selera seni yang
sama dengannya. Kebetulan itu benar –
benar begitu indah.
Hubungan
keduanya terus tumbuh seiring dengan pertemuan mereka yang terus terjalin.
Mereka memiliki selera musik yang sama, selera buku yang sama, selera film yang
sama, memakai sepatu convers yang sama, bagiku mereka berdua seperti anak
kembar yang terjebak di dua jasad yang cukup jauh berbeda. Selera seni yang
sama ini lah yang semakin mendorong perasaan keduanya semakin kuat. Memang
tidak bisa di pungkiri, kadang kita akan bertemu dengan orang – orang yang
kemudian menjadi pasangan kita melalui hobi yang sama, atau selera musik yang
sama, atau cita – cita yang sama. Alot in common would help you tied in
eachother.
Kisah
cinta ini kemudian berlayar sesuai dengan ekspektasi keduanya, Yamane
menyatakan cintanya di pertemuan ke tiga mereka yang—tentu sajanya—disambut
dengan jawaban “Ya” oleh Hachiya. Hachiya mulai sering menghabiskan waktunya di
kediaman Yamane, menghabiskan akhir pekan bersama, menghaiskan waktu berhari –
hari bercinta dengan hati yang penuh mereka berdua saja tanpa orang lain.
Mereka
dua anak muda yang percaya bahwa dengan bersama kita dapat menakhlukkan kesulitan
dalam hidup ini. Cukup kita berdua. Yamane yang menata hidupnya dengan bekerja
sebagai ilustrator selalu optimis bahwa hobinya akan di apresiasi dengan layak
oleh orang – orang, namun kenyataanya hasil karyanya selalu saja dihargai
murah. Sedang Hachiya yang kemudian berubah pikiran untuk mencari pekerjaan
seperti orang – orang pada umumnya. Mengikuti banyak interview yang kemudian
gagal dan meninggalkan rasa lelah dan kesal yang besar dalam hatinya. Kisah
cinta Yamane dan Hachiya sama seperti kisah cinta pada umumnya, hal – hal manis
dan pahit terukir menjadi alasan untuk selalu bersama. Sepreti kata Yamane
“Musim panas ini untuk pertama kali aku melihatnya menangis.” Ketika kau jatuh
cinta maka hal – hal kecil seperti ini akan menjadi momentum besar yang akan
menempel dalam kepalamu selamanya.
Tidak
ingin hanya sekedar sepasang kekasih yang menghabiskan akhir pekan di ranjang
yang sama dan kemudian kembali pulang ke rumah masing – masing, Yamane kemudian
mengusulkan untuk tinggal bersama, menata hidup bersama, semakin dekat dan
semakin memperkuat hubungan mereka.
Benar,
mereka semakin kuat, namun pelan – pelan kisah indah manis itu terentur dengan
realita, terbentur dengan kehidupan yang memaksa mereka menjadi lebih
realistis. Hachiya diterima bekerja setelah lulus tes dan mendapatkan
sertifikat akuntansi, Yamane yang menyerah akan impian menjadi ilustrator dan
kemudian setuju bergabung menjadi budak korporat.
Kesibukan
mereka semakin realistis, seperti orang kebanyakan, padahal mereka bukan orang
pada umumnya yang memiliki ketertarikan seni yang dangkal, namun kehidupan
kadang – kadang menyeretmu jauh dari apa yang kau harapkan. Mereka tidak lagi
menikmati pameran seni, tidak lagi baca komik, tidak lagi membahas buku – buku
karangan penulis kesukaan mereka. Hubungan mereka menjadi tawar, namun tetap
bersama.
Menurutku
priadi, Hachiya memiliki posisi dimana dia berkorban terlalu banyak, walaupun
benar memang dalam sebuah huungan harus ada tarik – ulur, harus ada yang
mengalah tapi bukan berarti kalah. Tapi, menurutku pribadi Hachiya mengalah dan
kalah. Huungan mereka menjadi dingin, tidak bisa lagi mengungkapkan perasaan
yang sebenarnya.
Konflik
yang disajikan benar – benar konflik yang sering kita temui dalam kehidupan
nyata. Pertengkaran dalam diri; ketika sebuah pekerjaan membunuh diri kita yang
dulu, kenyataan bahwa rasa cinta tidak akan selalu terasa manis selamanya,
bertahan pada sebuah hubungan dengan alasan “kita sudah bersama cukup lama,
jika berpisah akan sia – sia”.
Film ini bisa membuatmu terserap dalam dua kisah tokoh di dalamnya.
Yamane
dan Hachiya semakin jenuh, Hachiya yang punya tekat untuk membahagiakan dirinya
dengan kembali bekerja sesuai dengan passionnya mulai memiliki ideologi yang
bertentangan, hubungan keduanya semakin tawar, hingga suatu hari setelah
menghadiri pernikahan salah satu kerabat mereka memutuskan untuk berpisah.
Memang
tidak ada yang harus dipertahankan jika hubungan sudah benar – benar tidak ada
rasa, memaksakan hanya menjadi penyakit untuk satu sama – lain. Meski ingin
putus, dalam lubuh hati
terdalam Yamane ingin membangun keluarga bersama Hachiya. Tapi semuanya terlalu
hambar, walaupun keduanya tidak memungkiri bahwa 5 tahun yang mereka lalui
bersama – sama tidak akan pernah bisa di hapus oleh kenangan indah manapun
juga. Hubungan mereka tetap berakhir setelah 5 tahun bersama.
Sebagian
mengatakan bahwa suatu hubungan harus dipertahankan, jangan cepat menyerah,
karna ujian dalam setiap hubungan pasti ada, tapi Yamane dan Hachiya hanya akan
menjadi benalu untuk sama lain, menurutku cocok atau tidaknya sebuah hubungan
tidak dilihat dari seberapa lama mereka sudah menjalaninya, bisa saja ketidak
coockan itu terungkap setelah bertahun – tahun bersama. Ideologi mereka berdua
sudah berbeda, dan sulit jika terus berjalan dengan alasan “kita pernah saling
jatuh cinta”, pernah punya rasa bukan alasan yang cukup untuk membangun sebuah
hubungan. Kau harus memiliki motivasi dan visi yang sama.
Menurutku
film ini happy ending, karna mereka berpisah dalam membawa kenangan yang sama
indahnya. Mereka saling melekat dalam ingatan satu – sama lain. Keduanya juga
kemudian bertemu dengan orang baru dan melanjutkan kehidupannya kembali. Happy
ending untuk masing – masing dari mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar