Tampilkan postingan dengan label 액션. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label 액션. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 Juli 2018

REVIEW MURDER ON THE ORIENT EXPRESS (2017)



“What people saying there is right there is wrong, there is nothing in between.”
Selama 24 tahun menjalani hidup yang luar biasa(?) satu – satunya detektif  yang lahir dari dunia fiksi yang benar – benar mengesanku adalah Sherlock Holmes. Holmes merupakan seorang detektif yang dengan tepat memprediksi kelemahan lawan atau mencari tersangka dalam sebuah kasus. Karakternya yang agak sedikit cuek dan sembrono membuat sosok Holmes benar – benar  menjadi tokoh detekftif yang kupunay dalam kepalaku.
Tahun 2017 ketika The Murder Orient Express rilis dan tanyang di layar lebar, tokoh deetektif lain muncul dalam kepalaku  Hercule Poirot. Poirot merupakan salah satu detekftif yang begitu gampang menemukan tersangka hanya dari bukti – bukti kecil yang di lihat dan di seledikinya sendiri. Cara dia melihat sesuatu begitu berbeda dari penglihatan orang pada umumnuya, dan hal ini merupakan bakat yang diberikan Tuhan pada orang – orang tertentu.
Di mulai dari perjalananya ke Kota Jerussalem untuk memecahkan masalah tiga agama yang bercek – cok saat itu dikarenakan sebuah relik yang sangat berharga nilainya hilang, Tiga pembesar dari tiga agama yaitu Pendeta, Rabi, dan Imam menjadi tersangka utama yang ditetapkan oleh masyarakat. Namun dengan kelebihan yang dimiliki Pairot dia mampu menemukan tersangka sebenarnya yang merupakan seorang petugas kepolisian yang mennangani masalah cek – cok antar agama ini.

Pairot percaya bahwa dia melihat dunia sebagiaman semertinya, dia percaya bahwa keadilan selalu dapat di hitung. Hingga suatu hari dia terlibat dalam sebuah kasus pembunuhan di sebuah kereta api Expres yang hendak membawanya ke London. Kematian seorang penumpang memaksa Pairot untuk ikut andil didalam kasus ini. Rachett adalah seorang pengusaha yang banyak melakukan bisnis haram dengan menjual barang – barang palsu melalui gangster, tidak heran jika hidupnya di hantui dengan ketakutan akan dibunuh. Sampai hari itu tiba, Racheet mati dengan luka tusukan tak berpola di dalam kamar tidurnya di kereta Orient Express.


Awalnya Pirot tidak ingin ikut campur ke dalam masalah yang bukan menjadi haknya, namun untuk menjaga nama baik Orient Express, Bouc yang merupakan teman dekatnya memintanya untuk menggunakan keahliannya untuk menemukan pelaku pembunuhan Rachett.
Diangkat dari Novel seorang novelis terkenal Agata Christie, Murder On The Orient Express menjadi film bergenre crime yang sangat apik. Novel ini di rilis pertama sekali pada tahun 1934 oleh penerbit Collins Crime Club di Inggris. Menceritakan seorang detektif  Belgian yang tidak pernah melesat menggunkan nalurinya untuk memecahkan sebuah masalah. Agatha Christie dikenala sebagai penulis novel bergenre crime dunia yang tidak ada tandingannya, hingga kisah kehidupannya sempat di rundung misteri ketika dia sempat menghilang beberapa minggu tanpa jejak.
Tokoh yang begitu banyak dengan karakter dan latar belakang sosial yang beberada – beda membuat poenonton akan menerka – nerka siapa yang pantas untuk dijadikan tersangka. Ketika pada akhirnya kita menentukan satu orang yang akan kita acungkan sebagai tersangka. Kemudian pada akhir cerita kita menemukan bahwa semua dari mereka berhubungan, memiliki luka yang sama, dan bersama – sama menjadi pembunuh Rachett. Di dasari dengan dendam yang sama atas kehilangan Daisy Amstrong yang begitu berharga, mereka kemudian memutuskan menyusun scenario pembunuhan yang begitu rapi terhadap Rachett.
Lagi, yang aku suka dari film yang melesat dari tebakanku adalah membuat imajinasi menjadi semakin tajam hehehehe. Meskipun belum pernah membaca Novel Agatha, namun menurutku adapatasi filmnya tidak mengecewakan. Pairot yang melekat dengan gaya detektif yang nyentrik dan cenderung berkebiasaan aneh menjadikan film ini keluar sebagai rekomendasi dariku.
Pelajaran yang kuambil dari seorang Pairot akhirnya adalah bahwa luka dapat mengubah manusia yang diyakininya sebagai makhluk yang beradab dan rasional, dan tidak semua hal dapat kau adili dengan akal, karna terkadang sebagai manusia kita tidak selamanya harus emlihat dunia menggunakan akal pikiran namun juga harus menggunakan perasaan. Meski tidak pernah terlibat dalam perkelahian seperti Holmes, Pairot berhasil menjadi seorang detektif yang mengadili dengan pikiran dan perasaan.

“ There is no killer here, only people who deserved chance to heal. I have understood in this case that justice can’t be evenly weight”—Hercule Pairot

Jumat, 29 Juni 2018

REVIEW RAMPAGE; 램페이지



Setelah sukses dengan Jumanji:Welcome To The Jungle  Dawyne Johnson kembali beraksi sebagai mantan pasukan khusus yang telah bebas tugas dan melanjutkan hidupnya sebagai Primatologist di Rampage. Film yang rilis pada tahun 2018 ini kembali memukau penonton denga kehadiran Davis Okoye (Dawyne Johnson) yang selalu tampak gagah dengan posturnya yang luar biasa.
Davis merupakan Primatologist yang bersahabat dengan se-ekor gorilla albino bernama George. Geroge bukanlah hanya sekedar gorilla yang tinggal dan besar dalam penangkaran, namun juga memiliki kemampuan berkomunukasi dengan manusia melalui bahasa isyarat. Davis merupakan pelatih sekaligus sosok yang telah menyelematkan hidupnya dari pemburuan ilegal. Sampai suatu hari hasil eksperimen luar angkasa yang gagal dan jatuh mengenai beberapa kelompok binatang, sehingga merubah bentuk mereka ke dalam bentuk yang tidak dapat dihentikan. Salah satunya George.

Perubahan beberapa binatang ini menumbuhkan PR baru bagi pihak – pihak berwenang untuk kembali mengamankan kondisi. Setelah Geroge positif terkontaminasi virus yang merupakan hasil eksperimen Calire Wyden (Malin Akerman). Kemunculan Dr. Kate Caldwell memberi jalan yang jelas untuk Davis memecahkan masalah besar ini. Dr. Kate merupakan mantan kepala Lab penelitian Claire yang kemudian di pecat dengan tuduhan mencuri data – data mereka. Kate kemudian mencari cara untuk kembali masuk ke dalam Lab Claire untuk mencari penawar.
Sedang di luar sana tiga binatang dari spesies berbeda terus – terusan menggila mencari sinyal yang mengganggu fikiran mereka.
Hal yang tidak bisa dipungkiri lagi kehebatannya dalam sebuah film fiksi ilmiah Amerika adalah efek yang mereka hasilkan. Gedung yang berhancuran, helikopter yang jatuh tanpa korban jiwa, atau binatang – binatang berukuran besar, dan Brad Peyton berhasil menyihir filmnya menjadi film yang menarik 91% penonton tidak lama setelah di rilis. Tidak dipungkiri juga dukungan bintang – bintang besar seperti Dawyne yang juga pernah bermain dalam film fiksi San Andreas yang menceritakan tentang gempa bumi dasyat yang membuat permukaan bumi hancur lebur.
Walaupun kurang setuju dengan segala ‘super hero’ yang digambarkan dalam film ini, aku setuju bahwa efeknya patut di acungi jempol. Dengan peran yang sama Dawyne kembali muncul sebagai seorang mantan militer yang memutuskan bepisah dengan istrinya. Di hari gempa terjadi Dawyne di tuntut untuk bejuang mencari anak perempuannya di dalam puing – puing permukaan bumi yang luluh lantak.
So..well done for Rampage. Ini menjadi rekomendasi selanjutnya dari Azhari Kingdom. Bisa kamu tonton sebelum tidur dan kemudian mengkritik atau memuji film ini bersama temanmu sebelum tidur. Semoga harimu menyenangkan..

Senin, 14 Mei 2018

12 STRONG REVIEW; 12 솔져스 리뷰


And.. I come back again after being hiatus for almost 2 weeks. I know I shouldn’t absence on blog when the only wish I pray about traffic every day and night, but my condition lately not in agood state for sure. So I can’t do anything but lying down and take rest as much as its takes.

Dan pada postinganku setelah hampir 2 minggu lebih libur menulis lagi – lagi Film yang menurutku worth to watch and share. 12 Strong berangkat dari real event yang menceritakan tentang 12 anggota khusus tentara Amerika  yang di tugaskan untuk melumpuhkan perkumpulan Taliban usai kejadian besar 9/11 yang membuat Amerika begitu merasa kehilang, Hancurnya gedung WTC yang dikarenakan  ulah para terorris brutal Taliban. Film yang mengambil setting pada tahun 2001 ini diperankan oleh banyak bintang – bintang terkenal seperti Michael Pena dan God Of  Thunder Thor Chris Hemsworth, Chris bahkan sempat beradu acting dengan istri sahnya Elsa Patky yang berperan sebagai istri dari Mitch Nelson.
Selain suka dengan film bergenre patriotisme alasan lain yang mendukung niatku untuk merekomendasikan film ini karena diangkat dari kisah nyata, walaupun film pastilah ditambahi bumbum penyedap namun real event movie always make drown into the script, at least I know that kind of scene was real somewhere in the past.
Pasukan khusus ODA 595 yang di pimpin oleh Micth Nelson kemudian di kirim ke Afghanistan bertujuan membantu rakyat Afghanistan kembali mendapatkan kedamain di tanah airnya sendiri. Bak di lempar ke dalam sarang semut, pasukan yang hanya berjumlah 12 orang di harapkan dapat bertempur langsung di medan perang melawan ribuan Taliban yang teru memperkuat pertahanan. Nelson kemudian di bantu oleh pasukan Dostum yang merupakan pasukan perang Afghanistan yang melwan para Taliban dengan senjata seadanya.
Kedatangan Amerika memberi banyak dampak baik terhadap perlawan yang Dostum dan teman – temannya lakukan selama ini. Amerika membantu mereka dengan serangan udara bertubi – tubi tepat di jantung perkumpulan Taliban. Namun perang tetaplah tidak semudah yang dapat diceritakan novel – novel fiksi, demi menjemput kemenangan mereka harus kehilangan banyak nyawa yang bertempur bersama mereka.



Dengan hanya bermodalkan Kuda pasukan khusus ini berhasil merebut kembali Mazar I-Sharif yang merupakan pusat pemerintahan Afghanistan dan juga termasuk pusat pemerintahan Afghanistan pada saat itu. Taliband sangat terkenal dengan tindak – tanduk kebrutalannya yang di luar ajara Islam, tidak hanya menghancurkan bangsa lain saudara sendiri pun tidak segan di musnahkannya. Dengan dana yang terus di berikan oleh Bin Laden, Taliban merupakan otot dari perkumpulan terorris besar yang sudah berhasil merenggut kemenangan mereka dengan menghancurkan gedung WTC tahun 2001 silam.

12 Strong diga,barkan sebagai 12 pasukan berkuda yang melawan  ribuan Taliban dan membebaskan Afghanistan dari ikatan Taliban pada saat itu. Sampai saat ini untuk mengenang keberanian mereka semua sebuah monument dibangun di area gedung World Trade Center di Amerika Serikat.
Ini salah satu film yang kurekomendasikan untuk di tonton di akhir minggu.
Errrrr.. tidak bisa menulis lebih banyak, hari ini buntu sekali hehe. Sampai jumpa di postingan selanjutnya.



THE INTERN REVIEW; EXPERIENCE NEVER GETTING OLD

Photo originally from alphacoders.com Experience never getting old, quote sempurna dari film The Intern yang melekat dengan baik di dalam ke...

POpular Post