“He hits near you, before he hits you.”
Alex Russel (Margaret Qualley)
adalah wanita 25 tahun yang merupakan penyintas kekerasan dalam rumah tangga. Alex bertahan di
dalam rumah yang memberinya mimpi buruk siang – malam bersama anak perempuannya
yang berusia 2,5 tahun bernama Mady Boyd (Rylea Nevaeh Whittet) dan pasangannya Sean
Boyd (Nick Robinson).
Kisah Alex dimulai dari malam pertama
dia memutuskan untuk angkat kaki dari kekerasan yang dia dapatkan setelah pertengkarannya
bersama Sean, Sean melempar sebuah gelas
kaca ke dinding dan hampir melukai wajahnya, kepingan kaca berserakan di
sekelilingnya dan rambut Mady. Alex angkat kaki tanpa uang, tanpa rumah untuk
tinggal, tanpa skill, tanpa rencana masa depan yang jelas. Alex meminta
pertolongan kepada pemerintah dan kemudian ditempatkan di barak penyintas KDRT
(kekerasan dalam rumah tangga) dari jalur yang sama dia kemudian mendapatkan
pekerjaan sebagai Maid tukang bersih – bersih dengan bayaran yang sangat
rendah.
Hidupnya berpindah – pindah, dari satu
tempat ke tempat lainnya. Luntang – lantung tanpa skill dan financial yang
sangat – amat buruk. Alex bisa saja meminta pertolongan sang ibu, Paula.
Sayangnya Paula mengidap penyakit mental tidak terdiagnosa dan menolak
mendapatkan perawatan medis seumur hidupnya, paula mampu berkomunikasi tapi
tidak mampu berkompromi, ayahnya sudah menikah lagi dan tidak banyak hadir
dalam hidup Alex.
Bagiku, Alex adalah tokoh wanita yang
paling kuat dan hebat yang pernah aku temui selama menonton banyak film/drama.
Mengikuti perjalanan Alex itu akan banyak diliputi berbagai macam emosi; panik,
hancur, sedih, marah, geram dan sebagainya. Mentalku hancur untuk pertama kali ketika Alex meminta
pertolongan pada pemerintah namun kekerasan emotional tidak termasuk kriminal
menurut hukum, hal itu yang sempat mempersulit dirinya untuk mendapat hak asuh
Maddy anak semata wayangnya. Hanya karna tidak ada memar pada tubuh maka
kekerasan itu tidak pernah ada? Unbelievable.
Kemudian untuk menghidupi dia dan
anaknya Alex bekerja penuh waktu sebagai tukang bersih – bersih yang
membersihkan segalanya untuk tetap bertahan hidup. Ya, segalanya! Mulai
dari rumah kalangan elit sampai rumah yang sudah tidak ditempati bertahun –
tahun. Aku mengikuti Alex dari episod 1, dan seketika segala bebannya juga
bergantung dipundakku, bayangkan ketika kau harus membersihkan toilet yang sangat
busuk demi meyakinkan pengadilan bahwa kau mampu mengasuh anakmu dengan penghasilan
tetap setiap bulannya. Sampai akhirnya Sean setuju untuk berbagi hak asuh bagi
anak mereka.
BACA JUGA: REVIEW FILM FURRY (2014)
Sean, laki – laki yang berhasil mencuri
hati Alex saat dia awal 20-an. Tinggal bersama di barak sederhananya adalah hal
yang pernah membuatnya bahagia. Tapi berhadapan dengan Sean tidak semudah berhadapan
dengan beruang (menurutku), beruang akan mengunyahmu sekaligus tapi Sean akan
mengunyahmu sedikit – demi sedikit. Menurutku Sean (mungkin) memang
menginginkan Alex sepanjang hidupnya, karna dia berhasil menjadi yang cukup
special dalam hidupnya. Tapi Sean punya penyakit kronis patriaki yang merasa
dia pantas mengontrol hidup Alex. Sejak awal dia mengambil alih keungan Alex
hingga dia tidak bisa mengakses keuangannya sendiri, Sean yang memutuskan
mereka makan apa, memakai baju apa. Sean terlalu dominan, Sean ingin semuanya
sesuai aturannya, Sean melihat Alex dan anaknya sebagai properti. Sean
bisa jadi mencintai Alex tapi dia racun bagi Alex yaang jika ditelan
akan menghasilkan reaksi mematikan.
Aku hampir membanting laptopku saat Alex
kembali masuk ke dalam rumah Sean dan membiarkan dia terkungkung lagi dalam
kandangnya. Tapi, jika dilihat usaha Alex untuk menghidupi anaknya aku paham
mengapa dia memilih untuk kembali saat itu, setidaknya bersama Sean mereka
dapat tidur di atas ranjang yang hangat dan perut kenyang. Tapi siksaan
psikologi itu tidak pernah ada buntutnya,
tidak peduli seberapa keras usaha Sean mengklaim bahwa dia sudah
berubah, sisi buas itu selalu muncul. Dihadapan Alex dan Maddy.
Kau tahu apa yang terus kupertanyakan sepanjang menonton series ini?
Adilkah tuhan memberinya hidup seperti ini? Atau ini
bentuk dari dosa yang harus dibayar Alex sebagai manusia di dunia?
Rasanya tidak pernah ada satu manusia
pun yang setuju untuk ambil peran dalam kisah hidup yang rumit. Tidak adil untuk Alex yang harus lahir dari seorang ibu
yang sakit mental tak terdiagnosa, Alex harus bertanggung jawab atas ibunya
sejak usia 6 dan terus – menerus memahami cara berfikir ibunya sampai dia
dewasa. Dia tidak menangis dalam pelukan ibunya ketika berada di titik nol
(karna sang ibu tidak punya kapasitas itu) Tapi satu hal yang menamparku keras,
Alex tidak pernah berhenti mencintai Paula.
Ayahnya? Ya tuhan..... Pria ini sudah
tidak hadir dalam hidup Alex malah meminta Alex untuk memahami keadaan Sean
yang berjuang untuk berhenti dari candu alkoholnya. Patriaki! Lagi – lagi
wanita dituntut untuk bersabar dan mengubah laki – laki rongsok untuk jadi baru
kembali.
Banyak hal yang kemudian kupetik dari
film yang benar – benar berbicara banyak perihal wanita;
1. Kekerasan
dalam rumah tangga tidak selalu berbentuk kekerasan fisik. Emotional abuse
adalah bentuk kekerasan rumah tangga yang tidak ada satu orang wanitapun di
dunia ini yang berhak mendapatkannya. Jangan pernah bertahan atas nama anak
atau pernikahan yang dianggap sangat sakral. Kau harus adil pada diri sendiri
sebelum adil atas orang lain. Seorang anak dapat hidup sehat jika ibunya juga
sehat jasmani dan rohani. Kesehatan mental adalah yang utama.
2. Mengejar
mimpi adalah hak yang hakiki bagi setiap manusia. Meski sudah menjadi seorang
ibu kau tetap memiliki hak individu. Ini yang kemudian diraih Alex,
kecintaannya terhadap menulis kemudian mendorong Alex untuk kembali mendafatr beasiswa
masuk universitas. Alex seorang kemudian pindah ke Montana untuk melanjutkan
studi creative writing.
3. Berdamailah
dengan masa lalumu. Alex memiliki luka mendalam masa kecil yang tertanam dalam
di alam bawah sadarnya. Hal tersebut terus menghantui kehidupannya saat dewasa.
Ini disadarinya ketika dia membersihkan sebuah rumah ibu dari seorang perampok
remaja yang dikenal sebagai Billy Barefoot (billy si telanjang kaki) yang mana
dia menemukan banyak kunci disetiap kamar, lemari, hingga tempat penyimpaanan
makanan. Sekelabat ingatan masa kecilnya muncul dan hal itu yang membuat
hubungan love – hate antara dia dan ayahnya.
4. Mengalah
bukanlah hal yang buruk; Sean setuju untuk memberi seluruh hak asuh putri
mereka sepenuhnya kepada Alex setelah Sean mendapati dirinya sendiri tidak mampu menahan amarah ketika Mady tidak
mau turun dari ayunan. Sean sadar bahwa dia belum siap untuk menjadi Ayah untuk
Mady dan pasangan yang normal untuk Alex.
5. Don’t
give up as long as you still wake up next morning with heartbeat and clear
breathe.
Maid adalah serial NETFLIX yaang rilis tahun
2021. Series ini diangkat dari sebuah
buku berjudul Maid (hard work, low
pay, and mother's will to survive) karangan stephanie land. Kisah ini
berangkat dari kisah asli dari sang penulis.
Terimakasih sudah mampir di kerjaanku. Salam
hangat dari kerjaan yang jauh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar