Penulis: Jennifer A. Neilsen
Tahun Terbit: 2013
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 392
ISBN: 978-979-22-9832-1
Penerjemah: Cindy Kristanto
Carthya
mulai gonjang – ganjing setelah kematian Raja Eckbert beserta istri dan anak
pertamanya yang dicanangkan sebagai penerus kerajaan. Kematian mereka
menimbulkan kecemasan dan kegembiraan yang tak terbendung bagi banyak orang.
Para Ragen serakah mulai mengatur rencana untuk mengambil alih tahta Carthya.
Termasuk Conner yang menyiapkan misi terbaiknya untuk merebut tahta Carthya
dengan mencari anak – anak yatim yang akan diubahnya menjadi Raja Jaron, anak
kedua Eckbert.
Jaron
dikabarkan sudah meninggal semenjak kapalnya dibajak oleh perompak, namun tidak
ada bukti jasad Jaron yang ditemukan setelah penyerangan tersebut. Conner
melihat ini sebagai titik terang untuk memulai drama yang menguntungkan. Dia
berkelana dari satu daerah ke daerah lain untuk mengumpulkan anak – anak yatim
piatu gelandangan untuk diajarkan dan dijadikan Jaron palsu.
Dalam
pencariannya Conner memilih 4 orang anak; Latamer, Roden, Tobias, dan Sage
sebagai kandidat yang cukup mirip dengan Jaron si pangeran pembangkang. Sage
memenuhi karakter membangkang yang dimiilki Jaron, tapi Conner butuh boneka
untuk diberi tahta kerajaan, dia butuh sosok yang patuh akan semua rencananya.
BACA JUGA: REVIEW NOVEL DIA KARYA NONIER
Mereka
bertiga diberi tempat tinggal, makanan, pakaian, hingga pendidikan yang layak.
Conner merasa yakin dengan rencana besarnya. Dia yakin bahwa dia akan
mengejutkan seluruh Ragen dengan membawa Jaron yang sudah lama mati tanpa
ditemukan jasadnya. Dia terlalu buta dengan segala renacana sempurna yang
disusun matang, hingga dia lupa untuk melihat lebih dalam siapa 3 (setelah
membunuh Latamer) orang anak
yatim yang dibawanya pulang ke dalam istana megahnya.
Ini
karya pertama Jennifer A. Neilsen yang pernah kubaca, kubeli tahun 2014 saat
masih aktif kuliah. Sage adalah crush pertamaku dalam karakter fiksi
(sebelumnya aku tidak pernah jatuh cinta pada karakter manapun wkwkwkwk). Sage
itu benar – benar badung dan susah diatur, tapi keinginannya untuk bertahan
hidup sangat tinggi, hanya karna tinggal di panti asuhan lantas tidak
membuatnya harus lapar dengan menunggu roti setengah apak, Sage berani mencuri
untuk mencoba peruntungan. Tidak, aku tidak bilang mencuri itu bagus sih, tapi
Sage itu tipikal manusia yang tidak menangisi kehidupan yang kurang beruntung,
dia mencuri agar bisa makan – makanan sehat dan dibagi untuk anak – anak panti
asuhan lainnya, ini membuktikan bahwa daripada meratapi nasib Sage lebih
mending jalan maju kedepan tanpa overthinking
akhirnya akan seperti apa.
Dari
awal cerita kau akan disuguhi Sage si badung yang lambenya licin sekali wkwkwk.
Memang tidak gampang untuk percaya anak 15 tahun bisa punya mulut setajam Sage,
jiwa pambangkangnya itu yang sebenarnya membuat Conner diam – diam mencanangkan
Sage sebagai pangeran palsunya. Bagiku Sage itu pribadi yang kuat dengan prinsipnya;
coba saja dulu masalah berhasil atau tidak urusan belakang. Yang hanya dia
percaya ya dirinya sendiri. Untukku
yang sudah 27 masih sulit percaya penuh akan diriku sendiri.
Sage
dikutip dari panti asuhan untuk diubah menjadi seorang raja, konsep Raja itupun hanya Conner seorang yang
merancang. Conner ingin 3 anak yang dia pungut nurut pada aturan main yang
sudah dia tetapkan; mereka harus belajar sopan santun, belajar makan yang
elegan, berpakaian bagus, belajar berpedang, belajar untuk rajin mandi dan
sebagainya. Singkatnya mereka ingin sukses ya harus pakai kiat sukses Conner.
Tobias
dan Roden adalah kaum yang mengikuti apa saja yang dikatakan Conner demi
memenangkan tahta Raja palsu. Selain memang mereka tidak punya tujuan lain
mereka juga memanfaatkan ilmu gratis dan kehidupan mewah yang sudah diberikan
Conner dengan sebaik – baiknya. Tapi berbeda lagi dengan Sage, anak ini pada
dasarnya tidak mau diatur sih, tapi satu hal yang buat aku setuju dengannya;
Sage tidak mau suksesnya menggunakan prinsip hidup orang lain, karna ini
hidupnya maka dia akan mengikuti caranya sendiri. Hal itu terbukti dari tidak
tertarikna Sage untuk masuk kelas dan belaja apa saja yang di sodorkan guu
pivate mereka. Diam – diam Sage membaca buku – buku yang dicuri dai ruangan
Conner untuk mendapatkan informasi. Sage tidak suka makan apapun yang disuap
kedalam mulutnya, dia akan memilih makanan apa yang berguna masuk kedalam
mulutnya.
Awalnya
kufikir sifat membangkang Sage itu lambang dari kepasrahannya yang sudah
pesimis duluan sebelum Raja palsu diumumkan oleh Conner, tapi nyatanya hanya
dia yang berfikir kritis akan jadi apa 2 anak yang tidak terpilih menjadi Raja
nantinya?
Jadi
Sage itu hanya tidak ingin ikut cara main orang lain, karena disisi lain dia
tau bahwa permainan ini taruhannya nyawa, dia tidak sepenuhnya memuaskan Conner
dengan nurut akan semua aturannya. Diam – diam dia juga nyusun rencana masa
depan sendiri. Hanya ikan mati yang ikut kemana arus mengalir, ikan hidup pasti
menentukan jalannya sendiri.
Sebentar
lagi libur akhir tahun, coba kau baca Sage dan pertualangannya.
Salam
hangat dari kerajaan yang jauh (bukan Carthya xixixixixi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar