Minggu, 19 Desember 2021

THE FALSE PRINCE REVIEW (ASCENDANCE #1)

 


 


Penulis: Jennifer A. Neilsen

Tahun Terbit: 2013

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Jumlah Halaman: 392

ISBN: 978-979-22-9832-1

Penerjemah: Cindy Kristanto


Carthya mulai gonjang – ganjing setelah kematian Raja Eckbert beserta istri dan anak pertamanya yang dicanangkan sebagai penerus kerajaan. Kematian mereka menimbulkan kecemasan dan kegembiraan yang tak terbendung bagi banyak orang. Para Ragen serakah mulai mengatur rencana untuk mengambil alih tahta Carthya. Termasuk Conner yang menyiapkan misi terbaiknya untuk merebut tahta Carthya dengan mencari anak – anak yatim yang akan diubahnya menjadi Raja Jaron, anak kedua Eckbert.

Jaron dikabarkan sudah meninggal semenjak kapalnya dibajak oleh perompak, namun tidak ada bukti jasad Jaron yang ditemukan setelah penyerangan tersebut. Conner melihat ini sebagai titik terang untuk memulai drama yang menguntungkan. Dia berkelana dari satu daerah ke daerah lain untuk mengumpulkan anak – anak yatim piatu gelandangan untuk diajarkan dan dijadikan Jaron palsu.


Dalam pencariannya Conner memilih 4 orang anak; Latamer, Roden, Tobias, dan Sage sebagai kandidat yang cukup mirip dengan Jaron si pangeran pembangkang. Sage memenuhi karakter membangkang yang dimiilki Jaron, tapi Conner butuh boneka untuk diberi tahta kerajaan, dia butuh sosok yang patuh akan semua rencananya.

BACA JUGA: REVIEW NOVEL DIA KARYA NONIER

Mereka bertiga diberi tempat tinggal, makanan, pakaian, hingga pendidikan yang layak. Conner merasa yakin dengan rencana besarnya. Dia yakin bahwa dia akan mengejutkan seluruh Ragen dengan membawa Jaron yang sudah lama mati tanpa ditemukan jasadnya. Dia terlalu buta dengan segala renacana sempurna yang disusun matang, hingga dia lupa untuk melihat lebih dalam siapa 3 (setelah membunuh Latamer) orang anak yatim yang dibawanya pulang ke dalam istana megahnya.

 

Ini karya pertama Jennifer A. Neilsen yang pernah kubaca, kubeli tahun 2014 saat masih aktif kuliah. Sage adalah crush pertamaku dalam karakter fiksi (sebelumnya aku tidak pernah jatuh cinta pada karakter manapun wkwkwkwk). Sage itu benar – benar badung dan susah diatur, tapi keinginannya untuk bertahan hidup sangat tinggi, hanya karna tinggal di panti asuhan lantas tidak membuatnya harus lapar dengan menunggu roti setengah apak, Sage berani mencuri untuk mencoba peruntungan. Tidak, aku tidak bilang mencuri itu bagus sih, tapi Sage itu tipikal manusia yang tidak menangisi kehidupan yang kurang beruntung, dia mencuri agar bisa makan – makanan sehat dan dibagi untuk anak – anak panti asuhan lainnya, ini membuktikan bahwa daripada meratapi nasib Sage lebih mending jalan maju kedepan tanpa overthinking akhirnya akan seperti apa.

Dari awal cerita kau akan disuguhi Sage si badung yang lambenya licin sekali wkwkwk. Memang tidak gampang untuk percaya anak 15 tahun bisa punya mulut setajam Sage, jiwa pambangkangnya itu yang sebenarnya membuat Conner diam – diam mencanangkan Sage sebagai pangeran palsunya. Bagiku Sage itu pribadi yang kuat dengan prinsipnya; coba saja dulu masalah berhasil atau tidak urusan belakang. Yang hanya dia percaya ya dirinya sendiri. Untukku yang sudah 27 masih sulit percaya penuh akan diriku sendiri.

Sage dikutip dari panti asuhan untuk diubah menjadi seorang raja, konsep Raja itupun hanya Conner seorang yang merancang. Conner ingin 3 anak yang dia pungut nurut pada aturan main yang sudah dia tetapkan; mereka harus belajar sopan santun, belajar makan yang elegan, berpakaian bagus, belajar berpedang, belajar untuk rajin mandi dan sebagainya. Singkatnya mereka ingin sukses ya harus pakai kiat sukses Conner.

Tobias dan Roden adalah kaum yang mengikuti apa saja yang dikatakan Conner demi memenangkan tahta Raja palsu. Selain memang mereka tidak punya tujuan lain mereka juga memanfaatkan ilmu gratis dan kehidupan mewah yang sudah diberikan Conner dengan sebaik – baiknya. Tapi berbeda lagi dengan Sage, anak ini pada dasarnya tidak mau diatur sih, tapi satu hal yang buat aku setuju dengannya; Sage tidak mau suksesnya menggunakan prinsip hidup orang lain, karna ini hidupnya maka dia akan mengikuti caranya sendiri. Hal itu terbukti dari tidak tertarikna Sage untuk masuk kelas dan belaja apa saja yang di sodorkan guu pivate mereka. Diam – diam Sage membaca buku – buku yang dicuri dai ruangan Conner untuk mendapatkan informasi. Sage tidak suka makan apapun yang disuap kedalam mulutnya, dia akan memilih makanan apa yang berguna masuk kedalam mulutnya.

Awalnya kufikir sifat membangkang Sage itu lambang dari kepasrahannya yang sudah pesimis duluan sebelum Raja palsu diumumkan oleh Conner, tapi nyatanya hanya dia yang berfikir kritis akan jadi apa 2 anak yang tidak terpilih menjadi Raja nantinya?

Jadi Sage itu hanya tidak ingin ikut cara main orang lain, karena disisi lain dia tau bahwa permainan ini taruhannya nyawa, dia tidak sepenuhnya memuaskan Conner dengan nurut akan semua aturannya. Diam – diam dia juga nyusun rencana masa depan sendiri. Hanya ikan mati yang ikut kemana arus mengalir, ikan hidup pasti menentukan jalannya sendiri.

Sebentar lagi libur akhir tahun, coba kau baca Sage dan pertualangannya.

 

Salam hangat dari kerajaan yang jauh (bukan Carthya xixixixixi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

THE INTERN REVIEW; EXPERIENCE NEVER GETTING OLD

Photo originally from alphacoders.com Experience never getting old, quote sempurna dari film The Intern yang melekat dengan baik di dalam ke...

POpular Post