Tampilkan postingan dengan label heritage. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label heritage. Tampilkan semua postingan

Rabu, 19 April 2017

MAIMUN PALACE IN MEDAN - INDONESIA

We are part of  history, it will be rude when we are not aware about the story that has made our day today.
I have been staying in Medan for about 5 years and I can say that I never been in Maimon Palace before. It’s not because I don’t want to, it’s just my lazy habit that shut me down a lot at home spending time sleeping and reading than walking around the city. Last week my Mom and Sist come and visit me for few days, so In the middle of the day when we scheduling our family(minus dad and big bro)-spending-time-together my mom just spontaneously saying ‘Why we are not visiting Maimon Palace?’ and without saying anything I and my sister agreed with it.
So here we are then,  the fornt gate welcoming me with park area on left and souvenir sell spot in next to the parking area. This is the first time for us and I can feel the euphoria of the history. They got many visitors on that day including local and international society. I’m about to taking a front look of the palace but I’m stuck in the middle of the crowd, so instead taking a picture with crowd on it I put my sister as an object hahahha.
pardon her face LOL,  I taken th epicture by myself hehehe
Moving forward, if you want to take alook the inside, you will go trhough the upstair, buy a ticket  price Rp. 5.000/ person. You will found chandelier, the King and Queen chair, paint of the first King and the following. The interior definitely give you a feeling like traveling time. 






My pictures quality maybe not good, because I can’t take a picture properly on that time because of so many folks running around taking a selfie in every corner, so there aren’t much spot left for my lens to capturing stuff.
You  can come and make your eyes witnessing of the heritage they still keep with. There is a lot fun when you learn the history, kinda like increasing your intelligence about the past so you can know what the history bring you today, how you could be grateful because if it wasn’t  the history it woldn’t be today. Through heritage we found our address; who we are, what kind of culture we have. Visiting the historical place make you met your decent, so you can learn how you should be responsible as the new generation to keep culture like it shoud be.


Ps; pardon (again) if you irritated with my broken english, I will keep practicing writing english for improving my writing english, I need to pass the test this year, whish me luck maybe ? hehehe





Senin, 12 Desember 2016

Ma'nene Ritual; Indonesian Heritage

Kebudayaan merupakan harta berharga suatu bangsa yang didapat dari perjalanan hidup mereka, didapat dari pengalaman – pengalaman dalam hidup bersama kelompok masyarakat. Budaya kemudian diterapkan dan menjadi sebuah identitas dasar masyarakat itu sendiri.
Indonesia, merupakan negara Asia tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa yang memiliki ragam suku, bahasa, adat, dan budaya. Indonesia sendiri terdiri dari 34 provinsi dengan lebih dari 1.000 suku/etnis. Tidak heran jika adat yang dimiliki beragam macamnya. Dan kali ini saya tertarik untuk meenulis sedikit tentang kebudayaan dari suku Toraja. Toraja merupakan suku yang menetap di pegunungan bagian utara sulawesi selatan, indonesia. Populasinya diperkirakan mencapai 1 juta jiwa, yang mana 500ribu diantaranya masih menetap di kabupaten tana toraja, kabupaten toraja utara, dan kabupaten mamasa. Mayoritas dari masyarakatnya memeluk kriten dan sebagain lagi memeluk islam dan animisme yang dikenal sebagai Aluk To dolo.
Kata toraja berasal dari bahasa bugis, ro riaja, yang berarti “orang yang berdiam di negeri atas”. Pada tahun 1909 pemerintah kolonial Belanda yang saat itu menjajah indonesia menamai suku ini dengan sebutan Toraja. Suku Toraja terkenal dengan ritual pemakaman, rumah adat tongtokan, dan ukiran kayunya.
Pada kesempatan ini saya akan membahas tentang ritual pemakaman suku toraja. Sejak duduk dibangku sekolah dasar, setiap kali mebaca buku dan menemukan penjelasan tentang suku toraja, saya sangat terkesima, akan ritual dan kebudayaannya. Kemudian terbersit di dalam hati betapa indonesia ini sangat kaya sebenarnya.
Ritual pemakana suku toraja merupakan peristiwa sosial yang sangat penting, biasanya di hadiri oleh ratusan orang dan berlangsung sampai beberapa hari. Disebut dengan ritual Ma’nene, yaitu ritual mengganti baju mayat dari leluhur mereka yang sudah diawetkan ratusan tahun di dalam pemakaman yang disebut petane. Ritual ini dilakukan untuk menghormati leluhur mereka, bisanya dilakukan setelah masa panen dibulan agustus.
Ritual dimulai dengan mengunjungi pemakaman para leluhur, sebelum membuka kuburan para tokoh adat dengan sebuatan Ne’ tomina terlebih dahulu membacakan doa dalam bahasa Toraja kuno. Doa tersebut dimaksudkan untuk memohon izin kepada leluhur agar masyarakat mendapat rahmat keberkahan setiap musim tanam dan panen berlimpah. Kemudian jasad para leluhur dikeluarkan dan dibersihkan dengan kuas oleh pihak keluarga, kemudian baju mayat dilepas dan digantikan dengan baju yang baru. mayat pria akan dipakaikan setelan jas lengkap, dari dasi hinggga kaca mata.
 picture taken from : http://blog.8share.com/id/menyeramkan-tradisi-manene-di-tana-toraja/



Ritual Ma’nene ini diyakini bermula dari kisah seorang pemburu zaman dahulu bernama Pong Rumasek. Berdasarkan kisahnya Pong Rumasek yang merupakan warga Toraja menemukan jasad manusia yang sudah meninggal ketika dia berburu. Jasad yang tinggal tulang – belulang tersebut kemudian menggugah hati Pong Rumasek untuk mengambil dan merawat jasad tersebut. Kemudian ia membungkus jasad tersebut dengan pakaian yang dikenakannya sebelum kembali berburu.
Setelah kejadian itu Pong Rumasek mendapat keberuntungan dalam setiap buruannya. dia selalu mendapat binatang buruannya dengan mudah dan keajaibanpun terjadi pada hasil panennya yang berlimpah. Pong juga mengakui bahwa dia sering bertemu dengan arwah dari jasad yang dipungutnya, dan sering mengajak arwah tersbeu untuk berbubru bersama. Sejak itu Pong Ramasek menyimpulkan bahwa jasad dari seorang yang sudah meninggal harus tetap dimuliakan walaupun tinggal tulang belulang.

Oleh sebab itu, sampai saat ini ritual memuliakan jasad yang sudah meninggal tetap diselenggarakan oleh warga toraja.

THE INTERN REVIEW; EXPERIENCE NEVER GETTING OLD

Photo originally from alphacoders.com Experience never getting old, quote sempurna dari film The Intern yang melekat dengan baik di dalam ke...

POpular Post