Jumat, 25 Agustus 2017

THE BOY IN THE STRIPED PAJAMAS


Film selanjutnya yang dibintangi Asa Butterfield. Film yang rilis tahun 2008 ini menceritakan Bruno (Asa Butterfield) yang merupakan seorang anak dari tentara SS Jerman yang menjalin hubunga pertemenan dengan seorang anak Yahudi bernama Shmuel yang merupakan tahanan tentara SS. Melalui mata seorang Bruno kita dapat melihat ketulusan hati seorang anak manusia sebenarnya.
Film ini berlatarkan ketika perang dunia ke-dua. Bruno yang seorang anak dari komandan tentara SS harus berpindah rumah karena sang ayah dipindah tugaskan. Pada waktu yang telah ditetapkan, pindahlah Ayah, Ibu, Bruno, dan kakak perempuannya ke tempat penugasan ayahnya yang baru. Mereka diberi sbeuah rumah yang besar yang jauh dari penduduk lainnya namun dekat dengan camp penyekapan orang – orang Yahudi yang di tahan dan di paksa untuk bekerja.
Kehidupan para tahanan jauh dari kata normal. Mereka kelaparan namun tetap dipaksa untuk bekerja. Rasa penasaran Bruno muncul ketika pertama kali ia mengintip dari jendela kamarnya. Dari kejauhan tampak orang – orang yang berada di sebuah camp, memkai seragam garis – garis berbentuk seperti piyama. Rasa pensaran itu semakin membuncah ketika di rumah yang mereka tinggali terdapat seorang pekerja laki – laki tua yang memakai seragam yang sama.
Bruno memang anak dari seorang tentara SS, namun  sifatnya tidak menunjukkan kekejian seperi tentra SS sesungguhnya. Rasa penasaran, dan bersahabatnya membuat dia ingin mengetahui banyak hal. Tidak seperti kakaknya yang mampu terdoktrin oleh seorang tentara muda yang tampan dan seorang guru homeschooling mereka yang terus – terus mengajarkan bahwa Yahudi harus dimusnahkan dan tersu berjayalah Hitler.
Ibu bruno selalu malarang anaknya untuk pergi ke halaman belakang rumah. Namun, rasa penasaran yang begitu besar mampu mengalahkan peraturan sang ibu. Untuk pertama kalinya Bruno berjelajah dan mendapati sebuah gudang yang mampu membawanya ke dunia lepas di belakang rumahnya. Bersama teman – temannya dulu Bruno sering berlari – lari menjadi pesawat terbang atau pesawat tempur. Pindah ketempat yang baru membuatnya menbutuhkan tempat yang luas untuk menghibur dirinya sendiri bermain pesawat terbang.
Inilah kali pertama dia berjelajah memasuki hutan yang terbentang luas di balik tembok rumah dinas sang ayah yang begitu tinggi. Bruno terhenti ketika mendapati sebuah camp yang dikelilingi kawat listrik dan seorang anak seuisnya yang duduk sendirian dengan wajah murung. Memakai baju piyama garis – garis seperti yang dikenakan pembantu laki – laki yang bekerja di rumahnya, kepalanya botak, dan keadaannya sangat lusuh. Momen ini membuat keduanya terkejut sekaligus awal dari pertemanan mereka.
Singkatnya Bruno dan Shmuel menjadi dua anak manusia usia delapan tahun dengan derajat kemanusian yang berbeda yang menjalin hubungan terlarang dengan resiko paling berbahaya. Pertemanan mereka terus berlanjut, Brunoe sering mengendap – ngendap kabur dari rumah untuk menemui Shmuel, membawakannya makanan, bermain catur, membawakannya bola.
Dan jujur saja, setiap menonton film yang latarnya cerita Nazi aku selalu benar – benar bergidik ngeri. Sekejam itu ternyata Hitler. Para tawanan camp disuru kerja paksa, kurang makan, dan kesehatan mereka yang benar – benar memprihatinkan. Parahnya lagi, untuk memusnahkan para Yahudi, setiap minggunya ada pembakaran manusia yang dimasukkan kedalam tungku besar. Ehmm... tempatnya tu kaya bunker besar yang pintunya besi tanpa ventilasi. Jadi orang – orang di suru masuk kesitu dengan terlebih dahulu melucuti pakaian mereka, kemudian mereka dipanggang sampek tinggal asap yang kelaur dari cerobong asap.
Dua sahabat ini tahu persis bahwa hubungan mereka benar – benar hubungan terlarang, keduanya tahu siapa diri mereka masing – masing, namun perteman tetaplah pertemanan. Bruno tidak begitu paham mengapa ayahnya menjadi sosok yang bertangung jawab atas memusnahkan orang – orang seperti Shmuel. Setiap manusia berhak hidup, dan setiap orang bisa menjadi temannya.
Bruno pernah mengingkari janjinya pada Shmuel suatu hari. Ketika Shmuel di pekerjaakan di rumah Bruno untuk bantu – bantu mencuci piring. Saat itu mereka berada di ruang makan. Bruno yang begitu sennag dengan kehadiran temannya dengan serta – merta memasuki ruang makan dan menawari sang teman makanan. Shmuel makan dengan lahap sampai ketika seorang tentra SS yang menyadari kejadian itu. Tentara muda itu bertanya apakah Shmuel mencurinya, Shmuel mengatakan bahwa ini pemberian Bruno karena mereka berteman. Karena terlalu ketakutan, Bruno berdalih tidak mengenalnya, alhasil Shmuel di babak belur di hajar.
Demi menebus dosanya, berhari – hari Bruno pergi ke hutan dan duduk di pembatas pagar seperti biasa yang mereka lakukan, namun Shmuel tak muncul. Sampai ketika suatu hari Shmuel muncul dengan duduk tertunduk menyembunyikan wajahnya yang memar. Brunod meminta maaf dan mengatakan “Kita tetap berteman kan? aku mint maaf, aku terlalu takut dengan anak buah ayahku, sebagai antinya aku akan melakukan apapun permintaanmu.”
Shmuel menjawab “Bantu aku menemukan ayahku, dia sudah tidak pulang kebarak kami sudah berapa hari.” Tanpa pikir panjang Bruno menyetujuinya. Mereka mengatur siasa bagaimana caranya Bruno bisa lolos ke daerah seberang tanpa ketawan para tentara dan tanpa tersengat listrik. Namun Bruno tidak peranh tahu bahwa niat baiknya harus ditukar dengan nyawa.

Ini seperti cinta yang dibawa sampe mati cuyyy *eyakkk*. Rekomendasi untuk ditonton untuk menambah Edukasi kemanusiaannya, biar jangan milih – milih manusia buat dijadikan teman. Yang terpenting itu bukan gimana warnanya tapi gimana rasanya, yang penting gimana arti pertemanannya, bukan anak siapa dia baru dijadikan teman.

Cobalah ditonton, siapa tau kita bisa tukar cerita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

THE INTERN REVIEW; EXPERIENCE NEVER GETTING OLD

Photo originally from alphacoders.com Experience never getting old, quote sempurna dari film The Intern yang melekat dengan baik di dalam ke...

POpular Post