Kamis, 09 Juli 2015

Dia

Kadang-kadang aku suka berfikir sendiri, andai saja aku bisa menemui waktunya didepanku atau aku mungkin saja bisa membuat waktu itu sendiri, aku ingin mengatakan banyak hal pada Laki-laki itu.
Seperti ini;
“Aku minta maaf . Setelah kupikir-pikir aku lucu sekali saat bicara denganmu dulu. Aku aneh, lucu sekaligus memalukan deh kalau dipikir-pikir. Pembicaraanku suka berbelok dari pembicaraan yang kau mulai. Tetapi kau selalu saja membuat semua kedaan menjadi aset sempurna yang kumiliki sampai saat ini.
Benar seperti katamu, aku tak lebih seperti boneka yang disimpan dalam lemari kaca dengan maksud baik malah kemudian menendang-nendang, menabrak sana-sini pemiliknya sendiri. Membuat sipemilik jengah ataupun ragu untuk merawat kembali boneka kesayangannya, dan kemudian aku harus disumbangkan kesuatu tempat dengan berat hati.
Setelah kupikir-pikir mungkin kau ada benarnya juga, aku mungkin boneka gagal atau rusak atau setengah jadi. Untuk itu terimakasih sudah pernah menyimpanku dalam lemari kacamu. Aku percaya, kita tidak pernah saling melupakan satu sama lain.
Kalau ingat-ingat semua yang sudah berlalu aku jadi tersenyum dan malu sendiri, aku bodoh sekali di depanmu, ya?`
Tapi, yah bagus begitu, dengan begitu aku sudah menyerahkan hal buruk dari diriku diawal pertemuan padamu, dan kau menerimanya walau kemudian kita harus…. Berhenti.
Kau tahu, aku selalu membayangkan hari yang sering kita bicarakan. Hari ke-empat dalam bulan September. Kau pasti ingat, kan? 
Entahlah, aku selalu ingin hari itu benar-benar terjadi, jadi aku selalu duduk di suatu tempat yang memungkinkan kita untuk bertemu di hari ke-empat dalam bulan September menunggumu, menunggu waktu yang selalu kita bicarakan.
Aku  sering memikirkan perumpaman untuk diriku sendiri, tapi setiap kali memikirkan kata-katanya, kosa kata dalam otakku malah menghilang tertelan sesuatu. Alhasil aku hanya kembali terduduk dan menatapi sarang laba-laba di sudut-sudut kamar.
Mungkin benar aku seperti boneka itu. boneka yang sudah lama sekali diproduksi dan duduk dalam lemari kaca. Tersenyum selebar mungkin menarik perhatian anak-anak agar mengambilku. Tapi hari dimana aku akan diadopsi oleh seorang anak tak kunjung datang, membuat mesin-mesin penyokongku berkarat dan agak susah untuk dihidupkan.
Ketika suatu hari seorang anak dengan berbaik hati melirikku dan kemudian mengadopsiku, aku kegirangan bukan kepalang. Bentuk bahagia yang tidak pernah bisa kudapat kata-kata untuk mendeskripsikannya. Jadi ketika mesinku mulai dihidupkan untuk pertama kalinya, aku jadi malah salah kaprah. Mengingat ini pertama kali aku berhasil menjadi boneka setelah dihidupkan aku malah bingung harus bersikap bagaimana selayaknya boneka. Dalam perihal mencari jati diri dari sosok yang akan menjadi boneka dan diadopsi programku malah salah menjalankan misi sampai akhirnya aku gagal. Untuk pertama kalinya dalam penantian panjang ……aku gagal. “
Mungkin begitu yang akan aku katakan pada  Laki-laki itu. Sekarang, tidak banyak yang ingin aku lakukan selain mewujudkan hari ke-empat dalam bulan September. Yah, setidaknya sekali saja dalam hitungan detikpun tidak apa-apa, lebih baik daripada tidak sama-sekali.
Aku hanya tidak ingin melakukan hal-hal lain dengan orang-orang lain. Entah bagaimana, percaya atau tidak, laki-laki itu membuatku menjadi sesuatu.
Omong-omong aku jumpa laki-laki itu 24 Maret lalu di sebuah pusat perbelanjaan. Setelah hampir dua tahun, dia masih terlihat sama seperti yang ada dalam ingatanku. Aku tidak menyapanya, dan memilih mengikutinya dari belakang seperti yang sering aku lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

THE INTERN REVIEW; EXPERIENCE NEVER GETTING OLD

Photo originally from alphacoders.com Experience never getting old, quote sempurna dari film The Intern yang melekat dengan baik di dalam ke...

POpular Post