Sabtu, 07 Januari 2017

The Great Gilly Hopkins (Review)

At least home is the only thing you will go for and family are the most you will miss a lot.
The Great Gilly Hopkins cerita bergenre Comedy- Drama ini bercerita tentang seorang anak gadis usia 12 tahun yang begitu ingin hidup bersama ibu kandungnya. Gilly tinggal berpindah – pindah dari satu rumah asuh ke rumah lainnya. Sikap nya yang urakan dan keras kepala sebagai bentuk penolakannya terhadap kehidupan yang dihadapi dan keinginannya yang begitu keras untuk dapat hidup bersama ibu kandungnya.
Hingga Gilly sampai pada sebuah ruamh Maime Troter, seorang wanita paruh baya yang begitu mencintai anak – anak angkatnya. Selain Gilly, Troter memelhara seorang anak laki – laki yang bernama William Ernest atau W.E. Gilly yang mempunyai sifat pemberonak begitu berlawanan dengan saudara angkatnya yang sangat pengecut.
Ulah Gilly mulai dari berkelahi dengan anak  laki – laki di sekolah di hari pertama sekolahnya, menghina guru matematikanya, sampai mencuri uang Mr.Randolph tetangganya yang buta demi membeli tiket untuk tebang ke Sanfransisco utuk menemui ibu biologisnya. Perawakan Gilly yang trouble maker sempat membuat lembaga asuhnya ingin menariknya kembali dari rumah Mrs. Troter karna menilai sifat Gilly tidak bisa di toleransi dan dapat berdampak buruk bagi lembaga dan keluarga yang mengadopdikannya. Tetapi Mrs. Troter mempertahankannya. Mrs. Troter mulai mengajarinya dengan memberinya hukuman unttuk mengurus rumah dengan upah yang sedikit. kedekatanpun mulai terjadi. Gilly mulai menjadi anak yang mengerti akan tanggung jawab dan mulai menemukan sosok keluarga di sana.
Namun kemudian, masalah pun muncul ketika lembaga tempat penampungannya dulu kembali kerumah Mrs. Troter dan membawa surat yang pernah ditulis Gilly beberapa waktu lalu yang berisi hal – hal buruk tentang rumah asuhnya. Gilly tak pernah berfikir surat itu menjadi bomerang ketika dia mulai merasakan kenyaman dalam keluarga tersebut. Sampai akhirnya Gilly bertemu dengan Nenek kandungnya untuk pertama kali dan hak asuh kemudian jatuh ketangan nenek kandungnya. Dalam kesehariannya bersama sang nenek dia rajin menulis surat kepada keluarga Troter dan menyampaikan rasa rindunya yang teramat sangat. Dia juga menulis surat kepada seorang guru yang pernah di hinanya dulu.
Kehidupanny mulai terasa membaik ketika dia mengetahui ibu kandungnya yang sudah 13 tahun tidak bicara dengan neneknya kembali pulang ke rumah orang tuanya. Gilly begitu menantikan moment yang dari dulu dia impikan, namun sebuah kenyataan pahit dia dapatkan keika dia tahu bahwa ibunya kembali bukan karena menginginkannya tetapi karena menginginkan uang yang dijanjikan neneknya.
Gilly kemudian kembali kerumah Mrs. Troter dengan perasaan hancur namun Mrs. Troter memberi pengertian bahwa dia akan selalu menjadi bagian dari dirinya dan dia tidak harus meninggalkan nenek kandungnya.
Film ini mengatakan bahwa terkadang kemarahan merupakan cara yang dapat membuat kita semakin dekat. Kemarahan dapat menjadi sebuah emosi kita semakin dekat pada suatu hal yang kita inginkan. Gilly begitu ingin bertemu denga ibu kandungnya dan merasakan hidup memiliki sebuah keluarga. melalui perjalanan emosinya dia menemukan banyak arti kehidupan yang dapat membentuknya sebuah keluarga dan arti dari sebuah hubungan.
Film ini diadaptasi dari sebuah novel anak yang berjudul sama karangan Katherine Peterson pada tahun 1978.


p.s.: maaf jika kemampuan menulisku masih jelek hehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

THE INTERN REVIEW; EXPERIENCE NEVER GETTING OLD

Photo originally from alphacoders.com Experience never getting old, quote sempurna dari film The Intern yang melekat dengan baik di dalam ke...

POpular Post