Tampilkan postingan dengan label lovestory. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label lovestory. Tampilkan semua postingan

Jumat, 28 Desember 2018

FATHER AND DAUGHTER (2015)


“You always be my potato chips”
Kehilangan dapat memberikan seseorang luka mendalam pada emosi mereka. Kehilangan orang – orang tercina adalah pertempuran yang paling bagi setiap manusia di muka bumi. Karna bagiku kitatidak pernah dilatih untuk memiliki dan kemudian kehilangan.
Jake Davis (Russell Crowe) adalah seorang penulis sukses yang mengalami banyak pasang  surut dalam karirnya. Setelah kepergian istri tercinta Jake mengalami penyakit yang menyerang sarafnya diakibatkan kesedihan yang meninpanya setelah kematian istrinya dalam kecelakan mobil. Kecelakan terjadi karna Jake tidak bisa menghentikan percekcokan kecil mereka hingga tidak sengaja menabrak kendaraan yang melintas dari arah kanan mereka.  Kepergian Patricia meninggalkan luka mendalam baginya dan juga Katie (Amanda Seyfried).

Having Eachother

Keduanya sudah kehilangan separuh cinta dan separuh harpaan, namun Katie dan Jake adalah anak dan ayah yang hidup bersama dan menggabungkan kepingan – kepingan hati mereka untuk bangkit dari kehilangan mendalam. Mereka adalah se-paruh yang diguabungkan dan menjadi satu. Tidak ada yang dapat memisahkan rasa cinta Kate kepada ayahnya, meski Katie pernah di titipkan di rumah tantenya ketika ayahnya dalam masa pengobatan di rumah sakit jiwa. Hal ini kemudian menjadi peluru yang menembakinya membabi buta. Adik Patricia mengingankan hak asuh Katie jatuh ketangannya, keluarga Patricia beranggapan bahwa Patricia mati karena Jake.
Jake berusaha keras untuk memperjuangkan hak asuh anaknya. Tidak hanya itu, Jake juga harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Penyakit yang menyerang sarafnya tidak sepenuhnya sembuh, hal itu membuatnya kehilangan kehidupan normalnya.  Tekanan dari pihak keluarga Patricia semakin menekan posisinya. Jake memperjuangkan hak asuh anak perempuannya hingga akhir hayatnya.
Losing

Kematian sang ayah karena kecelakan tunggal yang terjadi dirumah mereka membuat Katie kemudian di asuh oleh adik perempuan Patricia yang sejak dulu begitu menginginkan hak asuh terhadap dirinya. Kepergian sang ayah membuat harapan dan cinta hilang secara utuh dalam dirinya. Katie tumbuh menjadi anak perempuan cantik yang sukses sebagai psikolog anak – anak bermasalah, namun tidak mampu menolong dirinya sendiri. Kehilangan kedua orang yang sangat dicintainya membuat dia tidak dapat merasakan apapun, tidak dapat mereasakana jatuh cinta, takut untuk bersama seseorang yang benar – benar mencintainya.
Katie menjalani kehidupan yang penuh rasa kesendirian, melakukan hubungan initim dengan siapa saja yang menginginkan hal ‘Itu’ dari dirinya, menjalani kehidupan yang tidak sehat menjadi kebiasaannya sampai ketika dia bertemu dengan Cameron (Aaron Paul). Cameron tidak seperti Pria yang sudah sering di jumpainya di klub, Cameron tidak mengajaknya bicara dan lima menit kemudian melakukan hubungan seks tanpa status apapun, Cameron adalah Pria yang dapat mengisi sumur kering dalam diri Katie.

Finding Love Back

Cameron adalah seorang pria yang mengagumi buku terakhir Jake Davis yang ditulisnya untuk anak perempuan yang paling dicintainya. Father and Daughter adalah buku terlaris hingga memhadiahkan penghargaan terakhir bagi Jake Davis, siapa yang menyangka bahwa buku yang ditulis ayahnya membuat Katie bertemu dengan Pria yang bisa kembali mengisi sumur hatinya yang sudah kering. Cameron tidak hanya mengagumi sang ayah sebagai penulis tapi juga sudah jatuh cinta pada sosok “Potato Chips” sejak pertama kali dia membaca buku tersebut.
Bersama Cameron Katie menjalani hubungan sehat yang tidak hanya menginginkan tubuhnya. Cameron Pria yang benar – benar mencintainya, yang terus mencoba untuk mengerti ketakutan yang membendung dalam diri Katie. Katie mencintai Cameron di satu sisi dia tidak dapat mengalahkan ketakutan yang begitu besar dan sudah berakar dalam dirinya.


Touching and Emotionally hurt. Father and Daughter adalah wadah yang menghadirkan cerita – cerita kegelisahan sesoerang terhadap kehilangan dan cinta selalu dapat mengembalikan kita pada jalan yang lurus. Tanpa cinta manusia adalah binatang yang hanya mampu berfikir tanpa mampu merasa. Membuktikan bahwa semua manusia membutuhkan manusia yang lainnya untuk merasakan ‘Hidup’ yang sebenarnya.

Senin, 08 Oktober 2018

8 YEARS OF ENGAGEMENT (2017)



“Aku yakin semuanya dapat diperbaiki selama kita terus mencintai dan tak pernah menyerah, hal yang paling penting adalah untuk percaya bahwa kita pasti bisa memperbaikinya”
Film yang diangkat dari cerita asli ini memang suskses membuat hati  bertanya – tanya, mungkinkah seorang lelaki mampu menunggu sampai 8 tahun kesembuhan kekasih yang sudah di lamarnya? Seyogyanya kisah cinta semacam ini hanya ada di dalam novel dan film – film karangan sutradara ternama. Siapa yang pernah menyangka bahwa kisah cinta sejati ini datang dari negeri sakura, kisah cinta sejati yang tulus dan murni. Diangkat dari kisah Hisashi Nishizawa dan Mai Nakahara film ini kemudian di bintangi oleh Takeru Sato dan Tao Tsuchiya.
Hisashi adalah seorang mekanik yang bekerja di sebuah bengkel mobil yang cukup besar di Okayama, melalui seorang teman dia kemudian bertemu dengan Mai di sebuah pesta di rumah makan. Namun ini bukanlah cinta pandangan pertama yang sama seperti yang terjadi di novel. Awal perjumpaan mereka Mai malah marah – marah mengeluhkan sikap Hisashi yang dianggapnya tidak sopan kerena murung, tidak minu ataupun makan saat mereka berkumpul di salah satu rumah makan Koera. Mai yang saat itu marah – marah langsung di sambut dengan kata maaf oleh Hisashi tanpa ingin menjelaskan apapun. Namun Mai yang saat itu masih merasa tidak terima dengan sikapnya dirumah makan tadi masih menuntut jawaban selain kata maaf, sampai akhirnya Hisashi menjelaskan bahwa belakangan ini perutnya sering terasa sakit jika minum  lakohol dan makan daging. Hubungan mereka di mulai dari sini.
Mai yang seorang Koki ternyata menemukan kecocokan satu sama lain, mereka merupakan pasangan yang serasi dan romantis, menghabiskan waktu bersama dalam berbagai kesempatan. Sampai pada suatu hari Hisashi melamar gadis yang dicintainya, pria itu inign cinta mereka di ikat dengan sebuah pernikahan, di ikat dengan hubungan yang lebih kuat. Tanpa pikir panjang Mai pun menyetujui pernikahan tersebut, sampai hal yang tidak pernah mereka bayangkan terjadi. Mai jatuh sakit tepat 3 bulan sebelum pernikahan mereka. Mai terserang tumor ovarium yang kemudian menyerang fungsi otak, hal itu membuat Mai harus tertidur cukup lama.
Hisashi tidak putus harapan. Setiap hari dia mengunjungi Mai, setiap tahun dia memperpanjang kontrak reservasi gedung pernikahan yang sudah mereka pesan dulu. Cinta Hisashi pada Mai tidka pernah berkurang sedikitpun, bahkan ketika orang tua Mai memintanya untuk pergi menjalani hidup yang lebih baik lagi Hisashi tegas mengakatan bahwa dia akan menunggu Mai.
Ya, seperti keteguhan Hisashi, Mai benar – benar terbangun kembali setelah beberapa tahun tertidur dalam koma. Namun, ini bukan akhir dari semua penantian. Mai terbangun dengan otak yang kosong, Mai kembali terlahir kembali seperti bayi, tidak bisa berjalan, tidak bisa berbicara, dan banyak hal yang hilang dalam ingatannya.
Baik Hisashi ataupun keluarganya tidak pernah menyerah mengusahakan kesembuhan untuk Mai. Sampai akhirnya ingatannya kembali sedikit – sedikit, hanya saja dia tidak mampu mengingat calon suaminya. Mengingat Hisashi yang terus berada di sampingnya, Mai berusaha keras untuk mengingat pria tersebut, Mai meaksakan diri pergi ke tempat – tempat yang sering mereka kunjungi, bahka mencoba mengingat apartemen Hisashi masa zaman mereka masih menjadi pasangan kekasih dulu. Tapi tidak satupun dari hal itu mampu di ingatnya.
Mai menghargai kesetian Hisashi karena terus berda di sisinya dan keluarga, tapi Hisashi tidak ingin hal tersebut menjadi beban bagi Mai. Hisashi tidak ingin kembali membuat wanita yang di cintainya itu sakit untuk kedua kalinya. Sampai akhirnya Hisashi untuk berhenti ikut campur dalma hidup Mai. Hisashi tidak ingin menjadi beban bagi Mai.
Setahun perpisahan mereka Hisashi pindah dari Okayama, bekerja di sebuah kota yang kecil. Menjauh dari kenangan tentang Mai setidaknya dapat membuatnya terus menjalani hidup, perasaannya kepada Mai tetap sama dan tidak pernah berubah.
Begitu juga dengan Mai yang terus fokus dengan kesembuhannya dan masih memikirkan calon suami yang tidak mampu diingat kenangannya sedikitpun. Sampai suatu hari Mai menemukan ratusan video yang diambil Hisashi ketika dia tertidur dalam koma dulu di dalam ponselnya. Video tersebut berisi penuh hari – hari Hisashi yang di lewatkan bersama Mai di rumah sakit. Seperti kata pepaatah kalau sudah jodoh tidak akan kemana, Mai memutuskan untuk mencari Hisashi dan memintanya untuk mengizinkan Mai jatuh cinta kepadanya sekali lagi.

Jumat, 28 September 2018

SPECTACULAR NOW (2013)



I never thought Miles Teller playing in romantic kind of movie, even I admitted among all of Divergent series characters he was picked my interest. Well, this movie is well done. Aku hanya tidak menyangka Beatrice dan Petter pernah menjadi sepasang kekasih hahahaha.

Spectacular Now menceritakan kehidupan anak SMA yang begitu epic dalam mencari jati diri mereka. Berkelut dengan pesta anak SMA, cinta monyet, miuman keras di bawah umur, masalah keluarga, dan kemudian masa depan. Sutter salah seoranga anak SMA yang tumbuh hanya bersama ibunya, Sutter bukan anak yang trouble maker, tetapi dia cukup punya reputasi ‘anak bandel’ di sekolah. Nilai sekolahnya yang tidak pernah bagus, kebiasaannya minum wiski, raja pesta, dan seorang pacar seksi yang benar – benar di cintainya.
Sebagai seorang anak yang cukum punya pamor di sekolahan Sutter memilih untuk memiliki seorang teman sejak kecil—Ricky—pria biasa yang kurang mendapatkan perhatian dari lawan jenis dan Sutter merupakan satu – satunya orang yang memberikannya pengalaman ‘mengenal’ wanita.
Bagi orang lain Sutter dalah lelucon yang tidak akan pernah ada artinya, tidak ada masa depan walaupun setiap malam diterus meneguk wiski sambil memandang lembar essay untuk masuk ke perguruan tinggi yang sudah di tulisnya. Tidak setelah dia bertemu dengan Aimee (Sheilyn Woodly) Siswa wanita yang tidak punya pamor di sekolahan. Aimee hanyalah anak 17 tahun yang serius belajar dan tidak pernah bersenang – senang ala anak SMA. Bagi Sutter Aimee wanita yang belum berpengalaman ‘bersenang – senang’, pintar , dan benar – benar cantik.
Setelah di campakkan Cassidy, wanita yang mebuat mereka menjadi jantung dari setiap pesta, Sutter memilih Aimee. Lagi – lagi Sutter hanya ingin menolong Aimee menikmati masa remaja yang dianggap Sutter hilang begitu saja, namun siapa yang menyangka Aimee membawa hal – hal lain dalam hidupnya.

Cassidy bukan gadis pendiam, pamornya semakin bagus ketika dia memilih untuk mengencari Marcus West seorang atlit sekolah yang atlit dalam grup kemanusian. Tidak seperti Sutter, Marcus adalah seorang pria yang memiliki visi masa depan yang jelas. Cassidy mengakui bahwa Sutter adalah pasangan yang paling membuat hidupnya berwarna, taetapi Cassidy memutuskan meninggalkannya karena Sutter tidak memiliki masa depan.
Ya, Sutter di tinggalkan oleh seorang wanita yang sangat dicintainya karna di nilai tidak memiliki masa depan. Di sisi yang lain, Aimee berada di suatu ruang dalam kepalanya, bersama Aimee dia bisa berbagi rahasia sang ayah yang tidak pernah di kenalnya dna betapa dia merindukan sang aya, bersama Aimee Sutter kemudian melakukan suatu hal yang besar dalam hidupnya yaitu pergi menemui ayahnya. Rasa penasarannya selama ini, hanya di tambali dengan cerita versi sang ibu yang terus – terusan mengatakan ayahnya seorang bejat yang tidak punya hati yang sudah lama sekali eninggalkan mereka. Ketika Aimee menguatkan keyakinannya untuk bertemu sang ayah Sutter menemukan puncak dari kekosongan dirinya selama ini.
Miles teller selalu berhasil menjadi ‘Jerk’ hehehe berperan sebagai anak SMA yang bermasalah benar – benar melekat di dirinya. Tetapi seorang Sutter bukan hanya anak SMA yang penuh dengan masalah, jauh didalam dirinya memiliki potensi yang dipendam karena amarah menumpuk yang membuatnya mati rasa. Kepergian sang ayah diam – diam membuatny berfikri bahwa dia  adalah seorang yang tidak layak di cintai dan tidak layak medapati masa depan.
“Your mother did’t kick me out. I left.”
Pertemuannya dengan sang ayah membuatnya benar – benar terpukul. Selama ini Sutter hanya mengira bahwa Ayah mereka di tendang dari rumah oleh ibu mereka, kenyataanya ibu mereka selalu benar, pria yang mereka sebut ayah memang ‘sampah’ yang sudah meninggalkan keluarga mereka.
Hingga pertengkaran yang terjadi berasamnya dan Aimee membuat hubungan mereka tampak berantakan. Seperti katanya Aimee itu memang benar – benar cantik, karna itulah Aimee bisa mencintai Sutter dengan cara yang berbeda. Tetapi Sutter hanyalah seorang anak yang terbentur dan kacau, ditinggalkan oleh dua orang yang beanr – benar dicintainya Cassidy dan ayahnya. Seperti permintaan essay perguruan tinggi yang selalu menuntutnya untuk menulis hardship yang sudah di laluinya, Hardship yang benar – benar nyata adalah dirinya sendiri. Mengendalikan dirinya sendiri adalah kesulitan yang paling bersar yang pernah di hadapinya selama ini.
Kesulitan itu yang kemudian membuatnya mentup diri dari orang – orang yang menganggapnya berarti, menutup diri dari potensi yang dia miliki. kehadiran Aimee mengubah semuanya.
Well, this is worth to watch anyway. Happy watching..



Selasa, 24 Juli 2018

MY SUMMER READING LIST



Belakangan aku sering dapat kabar dari beberapa orang teman Korea bahwa suhu panas di sana begitu luar biasa, bahkan hampir mencapai 40 derajat celcius. Tidak heran jika mereka yang merupakan bangsa kulit putih yang tidak sering terkena panas matahari mulai mengeluh kepanasan, kulit yang sakit, dan hal – hal lainnya. Tidak hanya di Korea, hal yang sama aku rasakan di negaraku sendiri, panas yang begitu menyengat. Aku yang merupakan anak pantai bahkan tidak tahan dengan suhu 33 derajat setiap harinya, jadilah hanya berdiam diri di dalam rumah sambil bekerja atau melanjutkan pelajaran.
Belakangan aku sering menulis karna beberapa pekerjaan lepas dan melanjutkan hobi, juga mengedit beberapa video untuk memenuhi niatku mengisi akun Youtube yang kosong melompong. Ide membuat Youtube bukan karena ingin ikutan tren sih, tapi karena ingin menggunakan ilmu yang sudah ada padaku saat ini, rasanya mubazir jika tidak di gunakan,dan juga skill ini bahasa harus di asah terus agar tidak kaku, kan?
Ok, kembali kepada topic. Beberapa buku yang masuk ke dalam riding listku di beberpa hari panas belakangan ini adalah beberpa buku jadul yang sudah jutaan kali kubaca di masa lampau dan kembali menjadi idaman di beberapa hari terakhir.
Heart Block

Menyukai buku ini seperti menyukai coklat yang mengandunng zat aditiv didalamnya, maka dari itu akan membuatmu ketagihan. Buku ini aku beli ketika masih duduk di bangku kuliah di Medan, aku beli di Gramedia dan berniat menjadi bahan bacaan pas liburan karena di kampungku tidak tersedia toko buku Gramedia hihihi.
Menceritakan seorang penulis terkenal yang kemudian menghilang bersama waktu karena karyanya yang terakhir tidak lahir sefantastis karya sebelumnya. Senja adalah penulis yang sukses namun entah bagaimana kehidupan yang berjalan di sampingnya menuntutnya begitu banyak hingga dia lupa bagaimana merasa bahagia. Senja yang kian tertekan karena orang – orang yang mulai menuntut segala hal dari kegagalan dan kekurangan yang begitu wajar terjadi pada manusia biasa.
Ditengah segala tekanan yang menimpa dia malah menemui ketakutan terbesar bagi paara penulis, Writers Block atau disebut juga kreatifitas buntu.  Melarikan diri untuk sementara waktu dari segala hal duniawi yang melilitnya hingga sesak, Senja memilih untuk menyepi, ditengah kesendiriannya dia bertemu dengan Genta, seorang pelukis muda yang tanpa dia sadari adalah gambar dari cinta yang sesungguhnya.

Eleanor And Park

Siapa yang tidak familiar dengan salah satu dari semua karya terbaik Rainbow Rowell. Menceritakan kisah cinta anak SMA yang begitu polos namun penuh dengan kemurnian didalamnya.  Park dan Eleanor yang bertemu dalam keadaan yang tidak pernah mereka rencanakan, memiliki latar belakang reputasi sosial yang sama; tidak begitu mencolok pada sosial namun memiliki latar belakang keluarga yang berbeda.
Eleanor yang tinggal bersama ayah tiri dan tidak pernah merasa benar – benar memiliki kehangatan keluarga yang sesungguhnya kemudian merasa takut menjalani perasaan jatuh cinta kepada Park yang memiliki orang tua yang intercultural marriage yang di selimuti cinta.

Infinity Yours

Buku karangan Orizuka yang mengambil setting di Korea ini adalah satu – satunya novel bertema Korea yang paling aku suka. Jingga yang bermaksud mengejar cintanya seorang tour guide berkebangsaan Korea yang fasih berbahasa Indonesia tidak pernah menyangka akan bertemu Rayan seorang Arsitektur yang kaku dan dingin yang datang jauh – jauh ke Korea untuk mengambil cintanya kembali, seorang gadis Indonesia yang memutuskan meninggalkannya demi seorang Pria Korea.
Perjalanan singkat mereka di negri gingseng benar – benar penuh warna. Aku suka setiap penggambaran yang diberikan Orizuka kepada pembacanya. Cerita Rayan dan Jingga adalah dua garis yang sengaja di tabrakkan tuhan untuk bertemu. Mereka menemukan cinta yang sebenarnya ketika mengejar cinta yang pernah ada di dalam hati masing – masing.

Dan berikut beberapa buku yang habis aku baca di hari panas beberapa hari belakangan ini. Jika kau punya reading list bagus jangan sungkan untuk meninggalkan alamat blogmu di kolom komentar aku pasti akan main dan mampir ke sana. Selamat menghabiskan hari – hari panas~~~

Kamis, 15 Desember 2016

Kebahagian Yang Tidak Bersama (ShortStory)

Karna seharusnya sebelum pergi kau harus meminta pada setiap orang yang kau tinggalkan untuk tetap berbahagia tanpa dirimu.

Sepasang kekasih di depan mataku membuat kepalaku rasanya ingin pecah dengan segala desakan kenangan dan emosi. Aku sudah menengak dua puluh kaleng Bir sambil mengenakan setelan termahal yang aku beli kemarin untuk menghadiri pernikahan ke dua mantan istriku. Kubeli dengan harga satu bulan gajiku bekerja di perusahaan periklanan tolol. Kubeli hanya untuk menghormati pestanya yang megah dan meriah.
Dia menemukanku kembali setelah dua tahun perceraian kami. Alasannya adalah untuk mengundangku pada pernikahannya dengan laki- laki brengsek yang pasti akan sangat kubenci. Aku tidak mengerti entah maksudnya hanya untuk menambah kepaharan ledakan yang terjadi pada diriku atau ada hal lain. Aku sempat berfikir wanita yang pernah kunikahi ini begitu brengsek ternyata. Tetapi kemudian aku teringat pada sesuatu yang pernah kukatakan padanya dulu. “Katakan padaku jika kau sudah bahagia suatu hari nanti.” dan dia menjawab tantanganku beberapa hari lalu dengan membawa undangan pernikahannya.
Kami bertemu di sebuah kedai kopi yag pernah kami datangi ketika masih bersama dulu. Dia memakai dress warna merah muda tanpa lengan, rambutnya tergerai dibalik bahunya. Melihatnya seperti melihat hantu yang jadi kenyataan.
“Susah sekali menemukanmu.” Katanya
“Aku sedang berhenti hidup belakangan ini.” aku tidak berkmaksud sinis. Tetapi kata- kataku malah terdengar seperti desingan parang yang sedang di asah. Mantan istriku mengulum senyum tipis. Entah dia merasa sakit hati atau tidak.
“Aku hanya ingin memberikanmu ini.” disodorkan selembar undangan dalam balutan plastik licin. “Undangan pernikahanku.”
“Jauh- jauh mencariku hanya untuk memberikan ini?”
“Iya.”
“Haha, kau tidak usah repot- repot lah. “
“Kau yang memintaku dulu.”  katanya . “Katakan padaku jika kau sudah bahagia suatu hari nanti. Seperti itu permintaanmu, kan?”
Dan dia ingin bilang bahwa dia begitu bahagia sekarang tanpa diriku?
Kuambil undangannya tanpa menjawab. Kumasukkan ke dalam tas kerja, berdesakan dengan berkas- berkas pekerjaanku yang tidak pernah habis.
“Terimakasih sudah memberitahuku bahwa kau sudah bahagia sekarang.” aku menyesap kopi, seolah ini percakapan santai yang bisa di selangi dengan sesapan kopi. “Tapi sebenarnya kau tidak perlu memenuhi permintaan itu.”
“Harus.”
“Mengapa?”
“Ini terjadi karna dirimu.”
Aku mengerutkan kening.
“Jika tidak gagal bersamamu aku tidak akan sampai pada tahap ini.”
Gagal? Aku mengulang kata- kata itu dalam kepalaku ratusan kali dengan kecepatan bintang. Mendapati kenyataan bahwa kau hanyalah sebuah kegagalan yang menuntun seseorang pada kebahagiannya adalah cara tercepat untuk bunuh diri.
Dia pernah mengatakan padaku bahwa perceraian harus terjadi karna cinta tidak cukup untuk menampung kami berdua. “ Yang kita miliki hanya ingatan bahwa kita pernah jatuh cinta dan itu tidak cukup untuk menjadi alasan mempertahankan ribuan ketidak cocokan yang kita miliki satu sama lain. Kita hanya selalu bertabrakan dan menyakiti diri masing- masing. Dan aku tidak ingin menjadi penyakit untuk siapapun terutama dirimu.” setelah itu kami bercerai. Sesingkat itu.
“Andai saja kita tidak gagal.” Kataku setengah tertawa.
“Terkadang ada yang harus kita ikhlaskan karna tidak semua hal bisa dipaksakan. Jatuh cinta juga harus realistis.”
Dan perasaanku yang jatuh pada dirinya bukanlah hal yang realistis?
Aku tidak bisa menjawab apapun. Yang kulakukan adalah menyelamatkan sisa- sisa kekuatan untuk menyambung kehidupan setelah keluar dari kedai kopi ini nanti. Aku tidak pernah membayangkan hari ini datang seperti ledakan bom bunuh diri yang disematkan di dalam sela- sela arteri atau jantungku.
“Aku tidak bermaksud memperparah ledakan yang terjadi padamu. Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku berusaha berbahagia seperti yang pernah kau minta, dan begitu juga yang kuinginkan darimu. Jika keduanya dari kita berhenti menjadi orang yang bahagia maka kita akan hanya menjadi penyakit untuk satu sama lain. Dan aku benci itu.” katanya sambil menggenggam tanganku erat sekali.
“Jika kita adalah dua orang yang tidak bahagia ketika bersama, setidaknya kita bisa menjadi dua orang yang bahagia ketika tidak bersama.”
“Berbahagialah, Murf…”


Senin, 14 September 2015

Perjalanan



“Cinta adalah bagian terbaik dari cerita apapun.” Aku pernah membaca kalimat ini di salah satu buku yang pernah kupinjam. Aku lupa yang mana, aku banyak meminjam buku. Membaca adalah salah satu perlindungan yang dari dulu kulakukan. Tidak punya banyak pilihan. Jika membaca kau bisa sembunyi dari Bumi dan membangun duniamu sendiri kan?  di bumi banyak alien, jadi kau harus punya dunia lain, kalau- kalau mereka menyerang kau bisa selamat dari penyerangan.
Aku mengalami tabrakan parah. Terbentur hingga bagian dalamku rusak parah. Tabrakannya terjadi ketika aku tengah dalam perjalanan yang cukup menyenangkan, tanpa sadar aku menabrak pembatas jalan. itu terjadi dua tahun lalu, tapi rasanya sudah terjadi puluhan juta tahun yang lalu dan kerusakan parahnya masih ada sampai sekarang. Bocor dimana- mana, retak, hancur, dan hal- hal mengerikan lainnya yang pernah dokter bilang di depan wajahku ketika aku tertidur.
Aku membawa kerusakan parah kemanapun; ke sekolah, toko buku, taman olah raga, pasar, super market, toko roti, rumah sakit, ke manapun. Aku tidak ingin orang lain tahu tentang kerusakan parahku. Karna mereka tidak akan mengerti bagian mana yang hancur atau bocor atau sudah copot, dan takutnya akan menambah kerusakan yang lebih parah jika kuceritakan pada mereka.
Jadi, aku tertawa sepanjang hari. Hanya pada beberapa kesempatan aku kalah dari kerusakan paraku, jadi aku menangis didalam kelas sendirian. Kalau aku nangis tidak ada yang akan menyadarinya. Orang- orang sulit menyadari apa yang sedang terjadi padaku. mereka sulit menerjemahkan kode morse yang kukirim dari satelitku, hanya beberapa orang yang memang punya hati mulia yang akan mengerti, mungkin. Lagipula, tidak masalah dengan orang- orang karna terkadang aku juga tidak ingin memahami mereka. Kajian mereka terlalu tinggi jadi sulit di mengerti olehku.
Jika kau tanya seberapa sakit kerusakan parah yang terjadi padaku, aku tidak bisa mengatakannya padamu, tidak bisa dibilang dengan skala 1-10 juga. Sakitnya berbentuk nyeri yang menjalar dengan kecepatan cahaya bintang. Sementara waktu, dokter menutup kerusakan parahku dengan gelembung tertawa yang tipis, suatu hari mungkin bisa pecah jika tidak di tolong.
Orang- orang melihatku dengan rasa kasihan yang setengah di buat- buat, atau mungkin dengan sepenuh hati, belakangan aku sulit membedakan hal- hal semacam itu. Beberapa waktu lalu, seseorang datang menemuiku ketika aku dan shoezy bermain. Katanya dia seorang Dokter, dia menawariku sebuah perbaikan atas semua kebocoran, keretakan, dan kehancuran yang terjadi bekas tabrakan. Dia dokter yang baik, setiap kali memeriksa kerusakanku dia selalu memberiku gula- gula. Jujur saja, itu hal yang menyenangkan untuk anak kecil yang habis tertabrak dan mengalami kecacatan, mungkin.
Suatu hari dia mengajukan suatu tawaran untuk mengoperasi seluruh kerusakanku. Sudah kubilang aku rusak parah, banyak onderdil yang harus diganti dan itu mungkin cukup mahal dan mungkin saja suku cadangnya sulit di dapat. Kemudian dia bilang ‘Kita bisa mengganti dengan suku cadang yang sudah ada, suku cadang sulitmu akan di ganti dengan suku cadang yang lebih mudah di dapat, yang lebih murah juga, asalkan kau bisa sama seperti anak lainnya’. Suku cadang yang murah? Yang tidak begitu berharga? Tentu. Itu saja yang mudah di dapat kan?
Kau tahu apa yang aku katakan ketika kami sampai di ruang operasi? Aku menolak mentah- mentah tawarannya. Dokter itu agak terkejut, belum ada yang menolak kemurahan hatinya selama ini. Baru aku. Dan mungkin hanya aku. Dengan kening berkerut dia berkata ‘Kenapa kau menolak kemurahan hatiku?’.
Kemudian aku menjawab ‘Ya, kau mungkin murah hati sekali. tapi aku tidak ingin di tukar dengan suku cadang yang lebih murah. Suku cadangku rusak tapi masi tetap berfungsi. Dan, satu hal, jika aku mengganti semua suku cadangku dengan suku cadang yang akan kau berikan, maka semua ingatan perjalananku yang cukup menyenangkan akan pecah, berantakan di udara, dan menghilang bersama hujan, dan aku tidak ingin itu terjadi. Anak- anak mana pun tidak akan pernah mendapati perjalanan semacam ini, bahkan mungkin kau. Karna ini perjalanan yang paling berharga.’


Sabtu, 22 Agustus 2015

Cerita Tanpa Titik



Prime memegang sekeping logam di tangan kirinya. Pria itu duduk tanpa melepas jaket kulitnya saat jam belajar. Aku bisa melihat ketidakpeduliannya pada apapun sejak pertama kali aku melihatnya. Penggunaan katanya yang hemat sekali, juga kontak fisiknya yang sangat terbatas, bahkan hampir tidak ada sama sekali.
Sejauh ini dia tidak pernah menunjukkan apapun tentangnya, keahliannya, kesukaannya, kebenciannya, dan kemurungannya. Semuanya terasa abu- abu dan dia terlihat begitu tenang seperti air danau. Bagi Prime, duduk di bangku paling belakang tidak pernah menjadi masalah. Duduk di mana pun tidak pernah dipermasalahkan olehnya. Kursinya selalu terlihat dingin dan berembun.
Kami tidak pernah bicara. Tetapi, sesekali jika ada kesempatan aku sering memperhatikannya. Memperhatikan bagaimana dia mengedipkan mata dan sesekali memejam dalam waktu yang lama. Jika sesekali aku mencuri pandang ke arahnya, Prime selalu berhasil menangkapku. Dan kami tengelam dalam diam, bersembunyi dari balik dinding- dinding waktu yang aku dan Prime miliki. Jika terjadi percakapan, itu hanya kami lakukan dengan bahasa mata atau tarikan nafas.
Prime tidak pernah berpengaruh dalam apapun. Tidak dalam hal positif atau negatif. Tapi aku juga tidak bisa mengatakan dia bodoh. Harus kuakui kepintarannya dalam memahami Shakespeare mendahului siapapun, tetap saja, dia tidak suka disuruh mengarang untuk lomba sekolah.
Sekarang kepingan logam itu beegelinding di buku- buku jarinya. Sempat menjadi pertanyaanku mengapa dia terus bermain dengan kepingan logam itu sepanjang hari ini. Aku tidak perlu bertanya pada Prime, urusanku lebih banyak dibanding mengurusi kepingan logam Prime.
Ketika Bu Dodds menulis Integral di papan tulis, aku tergoda lagi untuk berbalik ke belakang dan melihatnya. Entah mengapa, Prime terlihat begitu misterius hari ini. Begitu menyulut rasa penasaran juga prihatinku dalam waktu bersamaan. Beberapa kali aku mengatur waktu yang tepat agar tidak ketahuan Bu Dodds. Tetapi bermain di jam pelajaran Bu Dodds adalah keputusan yang salah. “Violet” suara wanita itu menggema memantul dari meja- meja yang menegang. Seisi kelas menghakimiku. Sebagian merasa  bersyukur, sebagian lagi merasa kasihan. “Apa yang menarik perhatianmu sedari tadi?”
“Tidak ada Bu” jawabku.
“Kau mencuri waktu diantara penjelasanku di papan tulis, jangan kau berani berfikir aku bodoh” wanita itu mendekat. Bau manis parfumenya selalu tercium begitu busuk di hidung- hidung kami yang gugup. Sejujurnya dia tidak pernah tercium manis atau bahkan pahit.
“Tidak Bu” aku mengutuk. Apa tidak ada kata yang lebih tangguh dari itu?
“Apa yang kau perhatikan di belakang?” kemudian dia memindai deretan belakang. Di sana ada; Larie, Vabian, Fee, dan Prime. Ke-emapat dari mereka sama- sama menghujamku dengan tatapan yang sulit ku terjemahkan dalam keadaan seperti ini.
“Larie?” secepat cahaya bintang Larie menegang. Rambutnya yang jatuh menutupi matanya terlihat lepek dengan keringat. Bu Dodds melihat ke arah Larie dan aku secara bergantian. Curiga ada sesuatu yang kami sembunyikan. Aku mengepit perutku. Sejurus rasa mules menubruk dan merusak tata surya metabolismeku
“Bu..bukan.. bu. Bukan Larie. Saya tidak melihatnya. Saya tidak melihat sipapun?”
Ketika tatapan menghakimi itu tidak pernah berkurang dari teman- teman sekelasku, saat itu aku baru menyadari begitu asing mereka bagiku. Bu Dodds melangkah lebih mendekatiku. Dalam hati aku memohon agar dia tidak mendengar detak jantungku yang melolong dengan ritme ketakutan.
“Tidak, bukan Larie. Aku tahu. Tapi Prime”
Seisi kelas mendesah. Berbisik. Menggerutu. Atau menyumpah. Rasanya nama Prime melonggarkan korset di perut mereka hingga mereka terlihat lebih rileks dengan keteganganku yang menjadi- jadi. Anehnya aku tidak mengeluarkan kata apapun ketika Bu Dodds menyebut nama Prime didepan wajahku.
Dari arah belakang Prime melihatku. Mungkin dia menatap punggungku yang kurus, makanya aku merasa punggungku seperti meleleh dengan bulir- bulir keringat meluncur dari tulang belakangku hingga menembus rok sekolahku.
“Apapun urusan yang kau dan Prime miliki, tolong jangan mangacaukan kelasku” bisikannya persis seperti desisan ular hingga setiap vokalnya tidak terdengar jelas.


Hari itu terasa lebih panjang dari hari- hari lain yang begitu sangat panjang bagiku. Dalam hati aku sepakat bahwa bau badanku sangat asam sekarang, di lansir dari kelembaban seragam sekolahku yang nyaris menyatu dengan kulit punggungku. Sesekali teman- teman sekelasku melirik dengan kesal saat kami keluar kelas. Aku tidak mengubris, karna ini bukan yang pertama. Aku hampir tidak pernah membuat keributan sama sekali tetapi mereka tetap buas terhadapku. Soal Prime, aku tidak mencarinya sepanjang hari setelah insiden Bu Dodds. Aku harus menunjukkan rasa bersalahku.
“Apa kita punya urusan?” sebuah suara muncul. Meluncur melewati punggungku. Kupejamkan mataku sejenak berfikir apa sebaiknya aku pingsan atau berbalik dengan keberanian baja karna aku tahu itu Prime.
Ketika aku berbalik dan kami saling berhadapan di tengah koridor, Prime masih terlihat mengenakan jaket kulit yang tadi dipakainya. Kalau begini aku bisa lebih jelas memindainya. Dia lebih tinggi dari yang sering aku tebak. Rambutnya sedikit kering tapi tidak berantakan. Jari- jarinya terlihat kasar.
“Apa aku punya urusan yang belum aku selesaikan denganmu?”
“Setelah kupikir-pikir sepertinya tidak”
“Bagus. Karna aku tidak suka dengan urusan yang tidak selesai”
Aku menunduk. Menatap ujung sepatuku juga petakan-petakan lantai yang sama besar. “Aku minta maaf,” kataku. “Seharunya aku membuat keributan lain saja tadi. Bukan keributan menyangkut dirimu”
“Jadi aku tersangkut dalam insiden tadi?”
“Tidak” jawabku tergagap.
“Tidak?”
“Bukan__maksudku, iya”  aku menunduk lagi. Merasa salah.
“Bisa kau jelaskan mengapa aku tersangkut dalam insidenmu?”
“Tidak ada masalah besar. Kau hanya baru membuat rasa heranku muncul hari ini. Awalnya aku tertarik dengan keping logammu” aku melirik tangan kirinya dan logam yang kumaksud tidak ada “Setelah kupikir lama, kau juga jarang bicara dan duduk sendirian”.
“Kau juga duduk sendirian, kita semua duduk sendirian di kelas”
“Tidak, maksudku. Kau tidak terlihat dengan siapa- siapa”
“Kau juga tidak”
“Iya, tapi, kau berbeda”
“Berbeda darimu itu pasti, aku laki- laki tulen.”
“Bukan__arghhh” erangan kesal itu terdengar tertahan dalam nada yang pelan. Percuma berdebat atas prestasi menjadi terkonyol seperti ini.
“Kau hanya tidak banyak bicara. Tidak mendominasi pada sesuatu. Tapi juga tidak bodoh atau malas” aku menarik nafas. “Kau seperti itu. Bukan masalah besar. Aku hanya tertarik untuk mempertanyakannya”.
Kini giliran Prime yang jatuh ke ujung sepatunya. Seketika aku melihat dinding- dinding waktu yang aku dan Prime miliki meleleh seperti lilin. Pelan- pelan terlihat hal- hal yang di sembunyikannya. Seperti buku tua yang berdebu.
“Ikut aku” seru Prime.
“Apa?”
“Kau bilang kau ingin melihatku bicara. ayo ikut aku”
Laki- laki itu berjalan di depanku. Tidak terlihat takut atau marah. dia berjalan setenang biasanya. Dinding waktu pergi entah ke mana dan aku bisa melihat sesuatu menggantung di kedua bahunya. Saat itu aku tahu, dia kelelahan.
Kami melewati jalanan setapak dengan rumput- rumput liar di pinggirnya. Aku menerka- nerka ini arah menuju hutan kecil belakang sekolah. Aku pernah dengar kalau di belakang sekolah ada sebuah hutan kecil yang memisah antara gedung sekolah dan pemukiman penduduk kecil. Ketika matahari terlihat merah menerpa wajah kami yang kusam, kami sampai pada sebuah pohon yang sudah di sulap menjadi gubuk kecil yang menggantung di pucuknya.
Prime menoleh kebelakang sebelum menaiki tangga gantung. Seperti mengatakan ‘Perhatikan langkahku, dan ikuti’. Kemudian gilaranku. Gubuk itu tidak terlihat lebih dari apapun. Nyaris seperti sangkar burung. Gubuknya di lengkapi jendela dan pintu mini.
Ketika pintu terbuka Prime berdiri menyamping dan mempersilahkan aku masuk lebih dulu. pada langit langit di gantung bohlam yang di balut dengan botol- botol minuman bekas berwarna bening. Ada tumpukan barang- barang dan beberapa buku tua dengan cover keras. Juga ada sekitar lima piringan hitam tersusun di samping fonograf. Juga ada sebuah gitar coklat yang terududuk tanpa kata di sudut rumah burung ini.
Prime membuka jaketnya kemudian menggantungya pada ranting pohon yang terpotong. Ternyata Prime punya ke dua lengan yang kuat. Urat- uratnya tegas dan berani. Kulit area lengan terlihat lebih gelap akibat terbakar. Juga otot perutnya yang tipis mengintip dari balik kancing seragam sekolah. Aku masih berdiri berputar dengan pikiranku tentang Prime dan sarang burungnya.
“Duduk saja di atas tumpukan majalah itu” aku mengikuti telunjuknya. Begitu menemui tempat yang di maksud aku langsung mendarat dengan sangat pelan.
“Kau yang bangun?” Prime duduk di atas jendela sambil bersandar pada sisi di belakangnya. Warna merah matahari di depan kami menerpa wajahnya hingga membentuk siluet.
“Iya. Kenapa? keren ya?”
“Sedikit “ kataku tanpa berniat membuatnya tersenyum seperti menarik lebar  ke dua ujung  bibirnya.
“Ini rumah rahasia ya? Seperti di film- film.”
“Bukan, ini rumah tempat bermimpi”
Sekali lagi aku mengitari rumah pohon yang hanya habis dipindai tanpa harus memutar bola matamu berkali- kali. Bau dedaunan dan ranting pohon yang terpotong menerpa kami berkali- kali. Sedang matahari terus turun ke suatu tempat di bawah kami, kemudian, Prime menjentikkan saklar lampu gantung di atas kepala kami. Ketika lampu menyala, keindahan sederhananya bertambah. Membentuk sebuah rahasia yang dingin dan nyaman.
“Jadi, kenapa kau mengajakku ke sini. Kita kan bukan__ maksudku, sebelumnya belum pernah berteman” kusibakkan rambutku ke belakang dan membentuknya menjadi gundukan tinggi di belakang kepalaku.
“Kalian semua temanku. Semua orang yang pernah bertemu denganku adalah temanku. Karna keterbatasan kemampuanku memilih-milih, kemudian aku mulai menjadikan semua orang menjadi temanku. Kalau seperti itu rasanya aku tidak sendirian tanpa harus mengajak mereka bicara. Karna mereka semua berada dalam tas ranselku”
“Jika mereka teman, seharusnya kau harus bicara”
“Untuk apa?”
“Agar kau dan mereka mengenal satu sama lain. Tanpa bicara segala hal menjadi berjalan salah arah”
“Tidak juga. Mereka Cuma cukup duduk di suatu tempat dan memperhatikanku. Ketika mereka ingin mempelajariku mereka akan segera mengerti harus bagaimana. Seperti yang kau lakukan, Violet. Kau duduk dan mengumpulkan rasa penasaranmu dalam waktu yang cukup lama. setelah kau mengerti kita akan bertemu dan bicara. Seperti saat ini. Aku membiarkan kalian mempelajariku, dan membiarkan kalian memilihku untuk menjadi teman bicara atau tidak sama sekali. aku membiarkan keputusan berada di tangan kalian, bukan ditanganku.” Prime berhenti sejenak mengumpulkan segenap udara yang masuk dari lubang hidungnya. “Aku itu semacam buas, atau lemah, atau idiot. Jika seseorang sudi mendekatiku, maka dia adalah teman. Karna dia melihatku dari ke tiga arah itu”
Penjelasan panjangnya membuatku ingin duduk lebih lama lagi. Lepaskan dulu kecemasanku tentang rumah. Toh, aku juga akan kembali ke sana mau tidak mau. kali ini biarkan aku lepas menjadi burung atau semacamnya.
Kemudian tempat itu berubah sepi. Baik aku atau Prime membiarkan nafas kami berhembus bergantian dalam diam.
“Kau punya mimpi?” katanya kemudian tanpa melihatku.
“Bagaimana denganmu?” balasku dengan pertanyaan baru.
Dari sana Prime menoleh ke arahku. Setelah menimbang sesuatu dalam kepalanya kemudian dia bangkit dan mengambil sesuatu dalam karung tumpukan barang. Tidak lama Prime kembali dengan lembaran kartu di tangannya. Awalnya aku pikir kami akan bermain kartu, karna jujur aku tidak paham dengan permainan apapun menyangkut kartu.
Prime duduk kembali di tempat semula. Tanpa memerintah apapun padaku dia mulai memutar- mutar kartu di kedua tangannya, hingga kartu bertukar- tukar gambar. Dari Queen menjadi King, kemudian Hati menjadi Wajik. Kartu terus berputar- putar di kedua tangannya. Bermain di antara sela- sela jarinya, kadang terlihat melompat dari satu jari ke jari lainnya. Seperti dia merapalkan sebuah mantra dan kartu- kartu itu mengikuti kehendaknya. Sampai ketika aku benar- benar terlena dengan permainan tangannya, dia berhenti, terdengar sebuah jentikan dan sebuah kartu As Hati muncul di depan hidungku. Hanya sebuah kartu.
“Bagaimana kau melakukannya?” tanyaku. “Kemana perginya kartu yang lain?” aku menunjuk- nunjuk dengan telunjuk yang menggantung diantara udara kosong yang memisahkan kami. Prime hanya menarik sebelah ujung bibirnya, hingga senyumnya terlihat miring dan tidak seimbang.
“Perhatikan” serunya. Kemudian selembar kartu As yang tadi di pegangnya di lempar ke udara. Kami berdua menangah mengikuti gerak kartu itu yang melayang dan menantinya turun bersama tarikan gravitasi. Namun ketika aku berharap selembar kartu yang jatuh kalah di depanku, berlembar- lembar kartu turun menghujaniku dan berserakan di lantai kayu.
“Apa? Tidak mungkin.”
“Mungkin” katanya girang, dan aku bisa merasakan setiap kerenyahan dari nada suaranya.
Untuk beberapa saat kami tertawa. Aku yang tidak percaya dia bisa melakukan itu dan Prime yang tidak percaya dia menunjukkan itu padaku. “Sudah kubilang, di sini tempat kau bermimpi”.
“Jadi kau susah- susah membuat sangkar begini hanya untuk bermain trik semacam itu?”
Prime mengangguk .“Setelah Ayahku membakar semua kartu- karut milikku. Juga beberapa barang lain yang aku punya untuk bermain trik, aku membangun tempat ini” ketika dia berkata begitu, aku merasakan segenap suara patahan menyergapku malam itu. Patahan dari dalam dirinya. Prime memungut selembar kartu clover, kemudian memainkannya.
“Setelah ayahku tahu aku menyukai ini, dia membakar semua barang- barangku tanpa sisa. Melucuti segala sesuatu yang mendefinisikan diriku. Aku tidak tahu dia marah atau kecewa saat itu. Dia hanya terlihat begitu murka.”
Sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu. Tapi tiba- tiba suara patahan tadi terdengar lagi, kali ini dari dalam diriku. Suara patahan yang sama nyaringnya seperti milik Prime tadi. Aku bungkam dan membiarkan Prime menceritakan ceritanya pelan-pelan sampai habis jika dia mau.
“Aku mengerti, ayahku hanya orang biasa yang tidak biasa hidup dalam kekonyolan seperti permainan trik. Dalam kamusnya, hidup itu tidak semudah trik yang aku mainkan”
“Jadi karna itu kau membangun rumah pohon?”
Prime tersenyum kemudian menoleh ke arahku. “Setelah kupikir-pikir ada bagusnya jika aku membangun tempat ini. tempat dimana aku bisa menuang mimpiku dan menyimpannya di dalam kardus- kardus. Karna aku tahu, suatu hari aku akan kehilangan diriku yang sebenarnya. Dan setidaknya jika aku punya rumah pohon, aku bisa mengenang diriku sesekali ketika aku sudah tua dan berperut buncit. Dengan begitu aku tidak menjalani hidup dengan rasa penyesalan yang penuh.”
“Kalau begitu aku tidak salah masuk ke sini” Prime manarik nafas ketika memperhatianku bicara, dan ketika dia menarik nafas dadanya yang bidang menggembung di balik seragam sekolah. “Kalau boleh aku juga ingin menanam mimpiku di sini, supaya waktu tua aku tidak terlalu menyesal juga” kataku dengan air yang mulai menggenang di pelupukku.
“Kau bisa menanam mimpi apa saja di sini, Violet. Ceritakan padaku “
Sebelum mulai, aku menekuri lantai kayu, alasanya hanya untuk mengalihkan pandangan Prime yang langsung menuju bola mataku yang kebanjiran. Aku tidak mau menangis di depan teman sekelas yang baru berbicara hari ini denganku.
“Ayahku merusak gitar satu- satunya yang kumiliki beberapa waktu lalu. Aku beli dengan hasil bekerja sebagai tukang dapur di kedai kopi. Gitarnya di banting beberapa kali di lantai kemudian di ayunkan menghantam tembok. Keadaannya rusak parah, walaupun aku sudah mencoba berkali- kali memperbaikinya. Sudah hancur. Tidak ada yang bisa di perbaiki walaupun di beri lem.”
“Rusak parah ya?”
“Banget”
“Kau ingin menjadi pemain gitar? Kau pandai main gitar?”
“Tidak begitu, hanya bisa memainkan nada- nada dasar. Aku beli karna aku ingin ada yang menemaniku ketika aku bernyanyi. Agar aku tidak sendiri. Boleh dibilang, aku suka bernyanyi. Tapi suaraku tidak bagus.”
“………………….”
“Ayahku bilang, semua musisi berakhir dalam umur yang singkat. Semua pemain seni hanya hidup hancur- hancuran. Pemain seni orang paling rusak dan tidak bisa diharapkan. Dia sering cerita kalau saat masa mudanya dulu banyak anak band yang mati karna over dosis. Katanya, Whitney Houston juga mati karna obat. “
“……………….”
“Ketika semuanya dilucuti dari kita, apa yang akan tersisa untuk kita nanti? Apa kita kan menjadi sesuatu yang baru? menjadi sesuatu yang akan membuat kita menjerit kaget setiap bercermin.”
“Membuat kita menjadi suatu cerita tanpa titik.” Ujar Prime dalam nada yang pelan. “Ketika semuanya di tulis ulang dengan bolpoin yang bukan milik kita maka kita sulit menemukan dimana kita seharusnya memberi titik. Cerita berubah menjadi hal yang tidak cukup bagi kita karna kita tidak menemukan apapun tentang diri kita sebenarnya, maka kita tidak akan mengizinkan titik mengakhiri semuanya. Apabila kita menyerah untuk memunculkan titik, maka cerita selesai. Buku di jual atau di simpan. Dengan demikian cerita bohong itu mendefinisikan kita selamanya di dunia.”
Prime bangkit. Kemudian meraih gitar yang duduk diam sedari tadi. Dia meniup debu tipis di atas gitar kemudian duduk di atas lantai kayu di hadapanku. “Tiba- tiba saja aku ingin bernyanyi” dia tersenyum simpul. Prime memetik senar dengan irama pelan dan tenang. Kemudian dia merapalkan kata- kata yang begitu pelan dari bibirnya.
“When I counted up my demons
Saw there was one for every day
With the good ones on my shoulder
I drove the other ones away”
Dalam hati aku hanya mengikuti beberapa bait yang aku tahu. Kalau aku tidak salah lagu itu berjudul Everything’s Not Lost. Prime memetik senarnya dengan mata terpejam dan bibir yang bergerak- gerak pelan. Dari sini, ketika dia terpejam seperti yang sering dilakuakannya dalam kelas, kerutan- kerutan lelah terlihat begitu jelas di ujung-ujung matanya.
“Prime, apa kau akan mengakhirinya dengan titik suatu saat?”
“Tidak, aku akan membiarkan ceritaku tanpa titik. Aku tidak akan membiarkan cerita bohong mendefinisikanku sampai habis.”
“Kalau begitu kita membiarkan mimpi- mimpi kita bersama lampu- lampu gantung, buku-buku tua, juga piringan hitam di rumah pohon ini?”
“Iya.”
“Ok.”








THE INTERN REVIEW; EXPERIENCE NEVER GETTING OLD

Photo originally from alphacoders.com Experience never getting old, quote sempurna dari film The Intern yang melekat dengan baik di dalam ke...

POpular Post