Minggu, 26 Maret 2017

REVIEW MANGA DR. HIDEYO NOGUCHI KARANGAN MUTSURA ASO


Setelah memakan waktu selama tiga minggu bolak – balik perpustakaan konsulat Jepang, akhirnya aku berhasil menyelesaikan buku bergambar ini. Kali pertama membaca buku bergambar ini ketika bekunjung (LAGI) ke perpus konjen Jepang, setelah selesai dari perguruan tinggi, namakuu mulai jarang hadir di buku tamu konsul. Masa kuliah dulu, aku rajin menghabiskan satu hari dalam seminggu di sini. Tidak untuk ikut Shoudo seperti teman – temanku, aku tidak menemukan bakatku dala seni kaligrafi itu. Jadi aku hanya mengunakan waktu satu hari dalam semingguku untuk membaca banyak buku bagus (yang tidak bisa diipinjam dan di bawa pulang ) yang kemudian akan di review (dengan caraku) dan posting ke dalam blog hehehe.
Jadi, beberapa bulan lalu aku kembali mampir ke sini. Tidak banyak yang berubah, hanya sistem masuknya saja yang sekarang agak ribet, pake di poto segala hufffttt. Alasannya kenapa mampir lagi ke perpus? karena sudah terlalu suntuk bergelut dengan lowongan pekerjaan di koran yang tak kunjung berjodoh denganku (Hiks). Jadi, pergilah aku menghibur diri di antara buku – buku, dan bertemulah dengan Manga ini.
Buku bergambar yang berukuran besar dan tebal ini sudah diartikan dalam bahasa Inggris. Bercerita tentang seorang dokter berkebangsaan Jepang yang tidak mengenal lelah dalam mengejar cita – cita. Melalui Noguchi kita dapat belajar semnagat bangs Jepang yang sebenarnya yang tidak gampang menyerah dan terus berusaha dalam suatu bidang yang digeluti.
Noguchi tumbuh dari keluarga yang tidak mampu, ketika masih balita Noguchi mengalami kecelakaan sehingga ia harus kehilangan kesempurnaan pada anggota tubuhnya. Noguchi memegang bara api yang berakibat membuat jari – jari tangannya cacat, sehingga tangannya tumbuh seperti tergenggam dan tidak bisa di regangkan.
Dengan kondisinya yang tidak biasa tak heran jika Noguchi mulai mendapat ejekan – ejekan dari anak – anak lain. Noguchi sempat berkecil hati sebelum kemudian dia berusaha menjadi seseorang yang sempurna dari sisi yang lain. Noguchi belajar dengan begitu giat dan bercita – cita ingin menjadi dokter. Noguchi dapat mengerti bahasa Inggris dengan baik, dimana pada zamannya sangat jarang masyarakat Jepang yanga mampu berbahasa asing seperti bahasa Inggris.
Saban hari semangat yang membara di tubuh kecilnya terus membuat laki – laki menjadi seseorang yang dipandang karena kepintaran dan kegigihannya. Sampai akhirnya Noguchi mendapat kesempatan untuk belajar di salah satu Universias di Amerika. Bekerje menjadi asisten seorang Dokter dengan bayaran yang sangat kecil membuat Noguchi tidak menyesal, tapi malah memanfaatkan kesempatannya berada di negeri paman sam tersbut untuk terus memperlua keahliannya.
Membaca buku bergambar ini akan membuatmu banyak merenung dengan apa yang sudah kau lakukan sebagai pencapaianmu terhadap mimpimu sendiri. Apakah sudah segiat Noguchi? Apa kita masih mengeluh dengan segala keterbatasan yang kita miliki sebagai alasan untuk tidak dapat melanjutkan mimpi? Aku tidak berbicara atas nama orang lain, aku berbicara bedasarkan fakta yang kudapat pada diriku sendiri. Tanpa menutup – nutupi fakta bahwa aku sering merugi dengan membuang waktuku mengeluhi semua hal yang kemudian kujadikan alasan sebagai penghalang untuk mencapai mimpiku sendiri. Bukannya memanfaatkan waktu yang ada untuk terus berdoa dan berusaha, tapi malah diam dan mengkhawatirka ini – itu yang tidak penting.
Bagian yang paling membuatku tersentuh adalah ketika Noguchi berhasil menjadi seorang Dokter yang dikenal di seantero dunia sebagai ahli Bakteriologi yang sudah menemukan berbagai macam virus dan penangkalnya, Noguchi akhirnya pulang ke kampung halamannya. Bertemu dengan sang ibu yang sudah semakin tua renta. Nama Noguchi begitu di sanjung oleh msyarakat yang menyambutnya, memiliki seorang dokter yang sudah di kenal di kancah dunia menumbuhkan rasa bangga yang begitu besar di antara masyarakat. Ibu Noguchi adalah seorang perempuan yang bahakan tidak bisa menulis dan membaca, walaupun pada akhirnya dia diberi pendidikan karena akeahliananya dalam menolong persalinan.
Pada bagian Nogochi berlari untuk menyambut kedua tangan ibunya, aku sempat diam sebentar, menarik nafas pelan, dan berusaha untuk tidak mewek, karena gak lucu dong  kalo aku nangis di perpustakaan yang saat itu banyak native speaker bahasa Jepang yang lagi mampir main ke Medan.
Benar, ketika kau menyadari kedua orang tuamu yang tumbuh bersamaan dengan kesibukanmu yang juga tumbuh, rasanya kau tidak cuup dengan menangis. Rasanya seperti selama ini mereka hadir dalam kehidupanmu; kau lahir, kemudian mulai dapat berjalan, dapat berbicara, tumbuh menjadi anak – anak, remaja, dewasa, hingga mampu menghendle dirimu sendiri. Tidak ada satupun dari fase tumbuh – kembangmu dilewati oleh kedua orang tuamu, namun kau melewati fase tua mereka yang begitu merindukan kehadirannya.
Noguchi menyadari itu, tetapi kesuksesaanya menadi seorang yang beguna bagi kelangsungan hidup umat manusia membalas semuanya, membalas rasa rindu ibunya selama ini pada dirinya.
Noguchi kemudian kembali ke Amerika untuk meneruskan penelitiannya, ketika hendak menaiki kereta api dan menoleh ke belekang, melihat sang ibu yang melambai dengan tangan tuanya dan senyuman lebar. Noguchi sadar ini merupakan kali terakhir dia dapat bertemu dengan sang ibu. Dia dapat saja membatalkan keberangkatannya untuk kembali ke Amerika dan memutuskan tinggal untuk beberawa waktu kedepan bersama ibunya, namun profesi yang di embannya membuatnya harus profesionl. Noguchi kehilangan ibunya beberapa bulan setelah keberangkatannya kembali ke Amerika.

Tidak hanya sekedar Manga, buku bergambar ini memberi banyak ilmu baru bagiku; mulai dari mengetahui tokoh besar dunia yang mungkin tidak banyak orang ketahui, belajar menghargai diri sendiri dan memeperjuangkan mimpi, dan mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang lebih giat lagi berusaha dan tidak gampang menyerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

THE INTERN REVIEW; EXPERIENCE NEVER GETTING OLD

Photo originally from alphacoders.com Experience never getting old, quote sempurna dari film The Intern yang melekat dengan baik di dalam ke...

POpular Post