Setelah memakan waktu selama tiga minggu bolak – balik
perpustakaan konsulat Jepang, akhirnya aku berhasil menyelesaikan buku
bergambar ini. Kali pertama membaca buku bergambar ini ketika bekunjung (LAGI)
ke perpus konjen Jepang, setelah selesai dari perguruan tinggi, namakuu mulai
jarang hadir di buku tamu konsul. Masa kuliah dulu, aku rajin menghabiskan satu
hari dalam seminggu di sini. Tidak untuk ikut Shoudo seperti teman – temanku, aku
tidak menemukan bakatku dala seni kaligrafi itu. Jadi aku hanya mengunakan
waktu satu hari dalam semingguku untuk membaca banyak buku bagus (yang tidak
bisa diipinjam dan di bawa pulang ) yang kemudian akan di review (dengan
caraku) dan posting ke dalam blog hehehe.
Jadi, beberapa bulan lalu aku kembali mampir ke sini.
Tidak banyak yang berubah, hanya sistem masuknya saja yang sekarang agak ribet,
pake di poto segala hufffttt. Alasannya kenapa mampir lagi ke perpus? karena
sudah terlalu suntuk bergelut dengan lowongan pekerjaan di koran yang tak
kunjung berjodoh denganku (Hiks). Jadi, pergilah aku menghibur diri di antara
buku – buku, dan bertemulah dengan Manga ini.
Buku bergambar yang berukuran besar dan tebal ini
sudah diartikan dalam bahasa Inggris. Bercerita tentang seorang dokter
berkebangsaan Jepang yang tidak mengenal lelah dalam mengejar cita – cita.
Melalui Noguchi kita dapat belajar semnagat bangs Jepang yang sebenarnya yang
tidak gampang menyerah dan terus berusaha dalam suatu bidang yang digeluti.
Noguchi tumbuh dari keluarga yang tidak mampu, ketika
masih balita Noguchi mengalami kecelakaan sehingga ia harus kehilangan
kesempurnaan pada anggota tubuhnya. Noguchi memegang bara api yang berakibat
membuat jari – jari tangannya cacat, sehingga tangannya tumbuh seperti
tergenggam dan tidak bisa di regangkan.
Dengan kondisinya yang tidak biasa tak heran jika Noguchi
mulai mendapat ejekan – ejekan dari anak – anak lain. Noguchi sempat berkecil
hati sebelum kemudian dia berusaha menjadi seseorang yang sempurna dari sisi
yang lain. Noguchi belajar dengan begitu giat dan bercita – cita ingin menjadi
dokter. Noguchi dapat mengerti bahasa Inggris dengan baik, dimana pada zamannya
sangat jarang masyarakat Jepang yanga mampu berbahasa asing seperti bahasa
Inggris.
Saban hari semangat yang membara di tubuh kecilnya
terus membuat laki – laki menjadi seseorang yang dipandang karena kepintaran
dan kegigihannya. Sampai akhirnya Noguchi mendapat kesempatan untuk belajar di
salah satu Universias di Amerika. Bekerje menjadi asisten seorang Dokter dengan
bayaran yang sangat kecil membuat Noguchi tidak menyesal, tapi malah
memanfaatkan kesempatannya berada di negeri paman sam tersbut untuk terus
memperlua keahliannya.
Membaca buku bergambar ini akan membuatmu banyak
merenung dengan apa yang sudah kau lakukan sebagai pencapaianmu terhadap
mimpimu sendiri. Apakah sudah segiat Noguchi? Apa kita masih mengeluh dengan
segala keterbatasan yang kita miliki sebagai alasan untuk tidak dapat
melanjutkan mimpi? Aku tidak berbicara atas nama orang lain, aku berbicara
bedasarkan fakta yang kudapat pada diriku sendiri. Tanpa menutup – nutupi fakta
bahwa aku sering merugi dengan membuang waktuku mengeluhi semua hal yang
kemudian kujadikan alasan sebagai penghalang untuk mencapai mimpiku sendiri.
Bukannya memanfaatkan waktu yang ada untuk terus berdoa dan berusaha, tapi
malah diam dan mengkhawatirka ini – itu yang tidak penting.
Bagian yang paling membuatku tersentuh adalah ketika Noguchi
berhasil menjadi seorang Dokter yang dikenal di seantero dunia sebagai ahli
Bakteriologi yang sudah menemukan berbagai macam virus dan penangkalnya, Noguchi
akhirnya pulang ke kampung halamannya. Bertemu dengan sang ibu yang sudah
semakin tua renta. Nama Noguchi begitu di sanjung oleh msyarakat yang
menyambutnya, memiliki seorang dokter yang sudah di kenal di kancah dunia
menumbuhkan rasa bangga yang begitu besar di antara masyarakat. Ibu Noguchi
adalah seorang perempuan yang bahakan tidak bisa menulis dan membaca, walaupun
pada akhirnya dia diberi pendidikan karena akeahliananya dalam menolong
persalinan.
Pada bagian Nogochi berlari untuk menyambut kedua
tangan ibunya, aku sempat diam sebentar, menarik nafas pelan, dan berusaha
untuk tidak mewek, karena gak lucu dong
kalo aku nangis di perpustakaan yang saat itu banyak native speaker
bahasa Jepang yang lagi mampir main ke Medan.
Benar, ketika kau menyadari kedua orang tuamu yang
tumbuh bersamaan dengan kesibukanmu yang juga tumbuh, rasanya kau tidak cuup dengan
menangis. Rasanya seperti selama ini mereka hadir dalam kehidupanmu; kau lahir,
kemudian mulai dapat berjalan, dapat berbicara, tumbuh menjadi anak – anak,
remaja, dewasa, hingga mampu menghendle dirimu sendiri. Tidak ada satupun dari
fase tumbuh – kembangmu dilewati oleh kedua orang tuamu, namun kau melewati
fase tua mereka yang begitu merindukan kehadirannya.
Noguchi menyadari itu, tetapi kesuksesaanya menadi
seorang yang beguna bagi kelangsungan hidup umat manusia membalas semuanya,
membalas rasa rindu ibunya selama ini pada dirinya.
Noguchi kemudian kembali ke Amerika untuk meneruskan
penelitiannya, ketika hendak menaiki kereta api dan menoleh ke belekang,
melihat sang ibu yang melambai dengan tangan tuanya dan senyuman lebar. Noguchi
sadar ini merupakan kali terakhir dia dapat bertemu dengan sang ibu. Dia dapat
saja membatalkan keberangkatannya untuk kembali ke Amerika dan memutuskan
tinggal untuk beberawa waktu kedepan bersama ibunya, namun profesi yang di
embannya membuatnya harus profesionl. Noguchi kehilangan ibunya beberapa bulan
setelah keberangkatannya kembali ke Amerika.
Tidak hanya sekedar Manga, buku bergambar ini memberi
banyak ilmu baru bagiku; mulai dari mengetahui tokoh besar dunia yang mungkin
tidak banyak orang ketahui, belajar menghargai diri sendiri dan memeperjuangkan
mimpi, dan mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang lebih giat lagi berusaha
dan tidak gampang menyerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar