Minggu, 14 Oktober 2018

REVIEW MOVIE ROOM (2015)



Film yang diangkat dari novel ini memang begitu tampak seperti kejadian asli yang benar – benar terjadi. Mengingat begitu marak kasus penculikan yang buat bulu kuduk merinding setiap kali melihatnya, Amerika menjadi Negara yang paling banyak kasus penculikan, setiap 40 detik sekali dalam satu hari seorang anak akan hilang di berbagai sudut Amerika. Room mewakili kasus –kasus penculikan yang mungkin tidak dapat terpecahkan.
Joy adalah seorang gadis 17 tahun yang menjadi korban penculikan seorang lelaki paruh baya yang bernama Old Nick. Dikurung selama bertahun – tahun didalam gudang berukuran 10x10 tanpa pernah mengalami kontak dengan dunia luar sekalipun. Joy pernah mencoba kabur namun gagal. Sering mendapatkan kekerasan dan pelecehan seksual hingga Joy melahirkan anak pertamanyanya Jack yang selama 5 tahun tidak pernah mengetahui seperti apa dunia luar yang sebenarnya. Jack tumbuh menjadi anak kecil yang tidak dapat membedakan yang nyata dan yang palsu. Kehadiran Jack adalah alasan Joy tetap bertahan hidup.

Setiap satu minggu sekali Old Nick akan membawakan mereka barang – barang pangan yang mungkin mereka butuhkan, mereka namai “Sunday treat”. Sunday treat berarti mereka akan mendapatkan makanan dan bayaranya adalah Joy harus melayani nafsu bejat OldNick berkali – kali.
Tidak bisa di pungkiri Jacob Tremblay adalah gambaran anak imut yang sempurna, penampilannya di Wonder membuat aku pribadi tidak bisa lepas dari sosok Jacob yang begitu melekat dengan karakter anak 8 tahunan. Tubuhnya yang mungil, suaranya yang sedikit agak bergetar, dan jeritannya yang luar bisa nyata membuat setiap aktingnya sebagai seorang anak 8 tahun  suskes membuatku terbawa suasana. Beradu acting dengan Brie Larson, Jacob begitu tampak serasi menyerap kedalam karakternya sebagai Jack.

Awalnya aku berfirkir mereka adalah sepasang ibu dan anak yang pernah melakukan criminal dan harus bersembunyi dari keramaian, atau Room hanyalah sebuah film yang menyorot poverty yang tejadi di Negara besara seperti Amerika Serikat.  Seiring film terus di putar, aku kemudian paham ini adalah kisah penculikan dan penyekapan seorang gadis hingga memiliki seorang anak.
Ma ingin anaknya merasakan pengalaman yang sebenarnya menjadi seorang manusia, bersosialisasi, mengenal dunia, menghirup udara segar. Ma kemudian memutuskan untuk melakukan percobaan kabur untuk kedua kalinya. Hal ini di lakukan demi Jack, demi kebebasan yang seharusnya dia dapatkan sebagai anak. Namun, menyasati rencana kabur dengan anak usia 5 tahun tidak lah segampang yang dibayangkan, Jack banyak menolak, Jack tidak mengerti hingga semua rencana yang diajarkan oleh ibunya tampak begitu menakutkan hingga anak itu menolak untuk kabur.
Upaya pertama dengan pura – pura mengatakan Jack sakita demam gagal total, Old Nick menolak membawanya ke rumah sakit, dia berjanji untuk membawakan antibiotic esok pagi. Ma kembali berfikir, kali ini akan mengarang scenario bahwa Jack mati karna panas yang tidak tertahankan. Ma meminta pria tua itu untuk membuang jasad anaknya. Tanpa mereka sadari inilah jalan mereka untuk mencium kebebasan selama – lamanya.
Ma dan Jack di amankan polisi, dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif. Namun, masalah tidak sampai disini. Bebas bukan berarti tidak meninggalkan luka apapun di benak keduanya. Ma mulai mengalami stress, luka rohani dan jasmani yang dideritanya membuat emosinya tidak stabil. Terlebih ketika mengetahui kedua orang tuanya tidak lagi bersama, dan sang ayah yang menolak menganggap Jack seorang cucu, beliau mengangga Jack adalah anak kotor yang hadir dengan cara yang tidak pernah di inginkannya, hal ini kemudian membuat Ma semakin tetekan. Ma tampak semakin tertekan ketika stasiun Tv memintanya untuk berbicara. Pertanyaan yang terasa begotu menyudutkannya adalah keputusannya untuk membesarkan anaknya di dalam kamar itu sendirian, kenapa dia tidak hanya membiarkan anak itu diserahkan kerumah sakit dan hidup selayaknya anak Normal lainnya.
Hal ini membuat jiwa Ma yang masih belum stabil semakin terluka, Ma merasa selama 5 tahun membesarkan anaknya dia bukanlah seorang ibu yangb baik.
Film ini menceritakan bagaimana seorang wanita yang berhasil melampaui penderitaan terburuk yang bahkan tidak dapat di bayangkan oleh manusia manapun di muka bumi ini. Film yang menginspirasi orang – orang yang menyerah dengan kesulitan yang menimpa mereka saat ini. Lewat Ma kita disadarkan bahwa setipa kali kau mendapatkan ujian Tuhan sudah berjanji akan memberikan jawabannya. Jangan pernah putus semangat, bertahan dan berusaha adalah bagaimana seharusnya manusia menyelesaikan masalah hidup mereka.
I can’t stop thinking about this movie seriously.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

THE INTERN REVIEW; EXPERIENCE NEVER GETTING OLD

Photo originally from alphacoders.com Experience never getting old, quote sempurna dari film The Intern yang melekat dengan baik di dalam ke...

POpular Post