First of all thanks for Gwangju Man who always
introduce me to the great movie that I can take a lot of knowledge on it.
A Taxi Driver adalah film Produksi Korea Selatan yang
rilis tahun 2017. Film yang diangkat dari kisah nyata seorang reporter Jerman
yang meliput kerusuhan yang terjadi Gwangju tahun 1980-an berhasil menjadi film
kisah nyata menyentuh sekaligu penuh sejarah. Film ini rilis pada bulan
Agustus, tapi karena tidak di siarkan di bioskop Indonesia, aku hanya mendapat
notifikasi dari Dia bahwa ada film bagus yang mungkin worth to watch. Jadi,
terpaksalah aku menunggu film ini beredar secara gratis dari warganet
heheheheh..
Dia punya selera film yang bagus, walaupun kritikannya
terhadap film itu selalu singkat, tapi aku selalu percaya dengan seleranya. Aku
selalu bertanya apa yang kau harapkan dari sebuah film? Dan secara pribadi aku
selalu melihat film tidak hanya sebagai hiburan, tapi seringnya menjadi bahan
renungan atau menggali pelajaran. Seringnya ketika menemukan film yang menjadi
pencerminan diri aku jadi merenung seharian setelah nonton. Kata sebagian orang
itu lebay, tapi biarlah, cara tiap orang berbeda – beda dalam mengapresiasikan
karya sastra *halah*
Jadi, apa yang kamu harapkan dari sebuah film dekomentari,
film yang diangkat dari sejarah aslinya?
Akhir yang bahagia?
Ketika menonton sebuah film yang diangkat dari
kehidupan asli hal yang harus kamu persiapkan adalah ikhlas dengan segala
ending yang mungkin akan kamu temui di ujung cerita, karna ini bukan hasil buah
karya seorang penulis naskah terkenal, kamu bisa saja menemukan banyak hal
tidak adil atau tidak berkenaan dengan hati, tapi ini cerita tanpa bumbu
penyedap. Ini kehidupan. Dan hidup tidak pernah berjalan seperti karangan para
penulis terkenal. Sebagai kaum muda, generasi penerus hak mutlak untuk
mengetahui bagaiman sejarah berjalan dibelakang sana sebelum melahirkan kita.
Menelususi sejarah sama saja seperti menelusiri jati diri sendiri. Wajib
hukumnya bagi setiap manusia untuk mengetahui dari mana mereka berasal, bukan?
karna itu Film sejarah merupakan sebuah wadah belajar yang diubah kedalam karya
sastra kreatif yang menyenangkan.
A Taxi Driver diangakat dari peristwa sebenarnya
seorang reporter Jerman yang dikirim ke Korea Selatan untuk meliput kerusuhan
yang sedang terjadi. Tahun 1980 adalah tahun dimana Korea Selatan menuntut
demokrasi, semua kalangan turun ke jalan untuk menuntut demokrasi. Dan Gwangju
merupakan salah satu daerah pemberontakan yang kemudian di isolasi. Setiap
jalan akses masuk ke Gwangju di tutup dan di jaga ketat oleh para tentara.
Begitu banyak korban jiwa yang berjatuhan di Gwangju
pada saat itu, namun tidak satupun dari kerusuhan yang terjadi disiarkan keluar
Gwangju. Tidak ada yang tahu bagaimana para tentara menghajar dengan memukul
membabi buta warga sipil baik pria ataupun wanita. Kim Sabok seorang supir
taksi Seoul yang bercita – cita dapat memberikan kehidupan yang layak untuk Putrinya rela menawarkan
jasa taksinya dari Seoul menuju Gwangju tanpa mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi disana.
Soorang Jurnalis asal Jerman Jurgen Hinzpeter adalah
penumpang yang dibawanya, penumpang yang kemudian membawa perubahan besar. Kim
Sabok dan Peter berhasil melewati perbatasan yang dijaga penuh dengan para
tentara dengan alasan ada urusan bisnis yang harus dilakukannya di Gwangju.
Setelah meyakinkan para tentara mereka kemudian lolos dan berhasil masuk ke
Gwangju. Disinilah cerita mulai terjadi.
Bagi seorang reporter Gwangju merupakan tempat yang
paling berbahaya saat itu, terlebih Peter adalah jurnalis asing yang masuk dan
meliput kerusuhan yang terjadi di Negara mereka. Peter berhasil meliput banyak
pemberontakan, korban yang berjatuhan, penyiksaan yang dilakukan oleh para
tentara, dan hal – hal lain yang tidak di ketahui orang – orang di luar daerah
Gwangju. Dengan bantuan seorang Mahasiswa lokal Peter mendapat bantuan
penerjemah bahasa Inggris saat itu, walaupun pada akhirnya dia harus kehilangan
Mahasiswa ini ketika dia melindungi Peter dari pengejaran para tentara.
Film ini penuh rasa kemanusian, terlepas dari tuntutan
pekerjaan masing – masing, segala hal yang dilakukan Peter dan Kim Sabok adalah
sebuah rasa yang datang dari empati kemanusian mereka. Melihat banyak orang
yang mati dengan penyiksaan membuat Peter ketakutan sekaligus berhutang untuk
menyiarkan berita yang sebenarnya kepada dunia.
Begitu juga dengan Kim Sabok yang hanya memiliki
kewajiban mengantar penumpangnya sampai ke Gwangju. Dia hampir kembali
sendirian menuju Seoul jika tidak rasa kemanusian yang mengusik hatinya saat itu. Sebagai sesama manusia, dia
memiliki keharusan untuk membantu orang – orang di Gwangju. Kim Sabok kembali
meuju Gwangju dan menjemput Peter untuk kembali membawanya ke Seoul dengan
nyawa menjadi taruhannya. Hanya Peter sau – satunya yang dapat mengatakan
kepada dunia apa yang terjadi pada Gwangju yang sudah terisolasi, dan Kim Sabok
adalah jalan keluarnya.
Perdamaian yang kemudian terjadi tidak sepenuhnya
karena Peter. Pada tahun 2003, Peter mendapat penghargaan dari pemerintah
Korea, dan pada pidatonya dia menyebutkan bahwa tanpa bantuan Kim Sabok ini
semua tidak akan terjadi. Kim Sabok adalah teman seperjuangan yang berjasa
balik peradamaian yang terjadi.
Peter mengenang Kim Sabok seorang supir taksi yang
mulai hatinya sebagai seorang teman yang begitu berkesan dalam hidupnya.
Setelah perdamaian Peter berulang kali kembali ke Korea untuk mencari Kim sabok
namun ia tidak pernah bertemu denga Kim, karna Kim Sabok adala nama palsu yang
diberikan supir taksi tersbeut kepada Peter.
Diakhir film kamu akan melihat rekaman asli Peter yang
diambil pada tahun 2016 yang mengatakan bahwa dia mencari Kim berulang kali,
dia mengatakan bawha jika Kim melihat video ini dia ingin Kim tahu bahwa dia
begitu merindukan Kim.
Film ini tidak hanya menceritakan sebuah sejarah, tapi
juga mengatakan bahagaimana sebuah perteman sejati itu terjadi. This is real
friend, this is true love.
Posted by Azhari
Posted by Azhari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar