My next thing from Netflix. I
know I never can make myself to stop loving
Netflix.
Satu lagi dari Netflix yang tidak bisa menahanku
untuk menulis rekomendasi di sini. Yah, walaupun tidak banyak yang mampir ke
Kingdomku setidaknya aku harus meninggalkan bacaan untuk suatu hari dimana
orang – orang mulai banyak berkunjung hehehe. This is not abandoned Kingdom,
just—you know—little far to find.
Nappily Ever After, another movie which talked about
woman again. Violet Jones adalah anak perempuan tunggal dari pasangan Paulette
Jones dan Richard Jones. Berasal dari Black Family membuat Violet telahir
dengan rambut kriting khas African yang begitu sulit untuk diluruskan. Sejak
kecil sang ibu terus mendidiknya menjadi sempurna, mendandaninya agar terlihat
menjadi anak gadis kulit hitam yang manis yang berbeda dari anak lainnya. Hal
yang paling mencolok dari penampilan Violet adalah Rambut. Sejak kecil sang ibu selalu meluruskan rambut Violet setiap
hari, hal itu membuatnya harus rela duduk berjam – jam menungui sang ibu
meluruskan rambutnya. Violet memang tumbuh menjadi anak yang berpenampilan
sempurna, tapi dia tumbuh diatas sepatu orang lain, bukan sepatunya sendiri.
Well, ini menjadi masalah besar bagi para orang tua
yang terlalu banyak memendam obsesi dan kemudian menjadikan anak mereka sapi
perahan yang akan mengujudkan semua mimpi – mimpi merka kelak. Sama seperti
para orang tua, anak juga terlahir dengan fikiran dan mimpi – mimpi mereka sendiri. Apa yang
terjadi dalam hidup Violet bukan suatu cerita rekayasa yang tumbuh di balik
layar film atau di dalam lebaran buku. Banyak di praktik kehidupan yang
sebenarnya orang tua yang memaksa anak – anak mereka tumbuh diatas sepatu
mereka.
Tumbuh besar menjadi Violet yang dibentuk oleh
ibunya membuat kehidupan Vi tampak begitu sempurna secara kasat mata; rambut
indah, penampilan menarik, pekerjaan yang menjanjikan, dan pacar seorang dokter
muda yang berbakat. Namun, apa semua itu benar – benar membuat hidupnya
bahagia?
Mimpinya untuk hidup bersama Clint membangun
keluarga kecil hancur ketika Clint tidak melamarnya di hari ulang tahunnya,
Clint beranggapan 2 tahun bersama tidak cukup untuk mengenal Violet dan
menjadikannya seorang penamping hidup. kehidupan Violetyang terlalu kaku dan
serba perfect membuat Clint ragu untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang
yang lebih serius.
Kegagalan yang terjadi pada keinginan besarnya
kemudian membuat Violet keluar jalur dan mencoba hidup di luar rumus yang
selama ini dia anut. Tanpa di sengaja kehidupan barunya kemudian mengantarnya
untuk mengenal penata rambut bernama Will. Mengenal Will dan anak semata
wayangnya mengenalkan Vi bagaimana cara hidup diatas sepatunya sendiri.
it’s tal about your decision in life is totally in
your ownhand. Nor your parents or somebody else. You need to decide what you
wanna be and what you wanna do in life. Menjalani hidup yang normal dan teratur
memang menyenangkan, tapi hidup akan hambar tanpa rasa jika tidak pernah
merasakan pertualangan. Film ini mengingatkanku pada Little Prince, film
animasi yang di angkat dari kisah klasik anak – anak yang menceritakan betapa
orang dewasa begitu kaku, monoton, dan terlalu memaksa. Mereka lupa bahwa
mereka pernah kecil.