Karna Webtoon
penunda stress
Hahaha, benar, penunda stress. Belakangn ini banyak
yang berseliuran didalam kepalaku. maklum sajalah, aku harus mengambil alih
terhadap kehidupanku seutuhnya sekarang. Maksudnya; aku sudah harus berfikir
bagaimana cara nyari uang biar gak kelaparan, gimana memenuhi ini – itu yang
aku butuhkan sehari – hari, berfikir keras mengubah hobiku menjadi source income. Sudah seharusnya daku
dituntut untuk berfikir hal – hal semacam itu in case sudah lulus kuliah dan usia sudah mulai semakin tua. Well, although my parent pay my rent still
(feel shame.)
Jadi, kali ini lagi – lagi akan berbicara soal
Webtoon, dan akan terus berbicara soal Webtoon sepertinya hehehe (cek label book, mungkin berguna untuk referensi
bacaan kalian hehe). Dan tadi malam
setelah suntuk sekali mengerjakan deadline tulisan, aku pergi menuju dunia lain
(read: naver webtoon). Setelah menyambung bacaan pda komik – komik yang sudah
kujadikan favorit, aku jadi terpikir untuk mencoba komik lain, dan bertemulah
aku dengan 소녀의 세계 kalau dalam bahasa Indonya apaan ya? errrrr.. Generasi
anak perempuan (?) heee.. kalok dalam bahasa inggris artinya Girls’ Generation
gitu deyy pokoknya.
http://comic.naver.com/index.nhn |
http://comic.naver.com/index.nhn |
http://comic.naver.com/index.nhn |
Jadi, komik
ini tidak jauh – jauh dari; kehidupan para remaja SMA, beauty standard, gap –
gapan sama temen satu kelas, dan lain – lainnya. Permasalahan remaja Korea yang
paling mencolok bagiku adalah beauty
standard, dimana mereka melebelebeli orang – orang dari sudut pandang
kecantikan (?), ngasi nilai 1-10. Dalam permasalahn seperti ini kata – kata “Cantik
itu relatif” kayanya udah gak guna, toh cantik aja punya levelnya coy, jadi
versi cantik dimata mereka semuanya sama, gak relatif. Kalo mata cantik itu
harus bulat besar, maka mereka menetapkan standar mata cantik itu yag harus bulat
dan besar, dan begitu untuk item lainnya.
Aku berfikir,
sayang aja dengan kepercayaan semacam itu, jadi mereka gak kenal keberagaman
keindahan ciptaan tuhan. Oran cantik harus idungya mancung, dan orang – oarang mulai
memancungkan hidung mereka karna itu standar kecantikannya. Kebayang gak sih,
kalo sepanjang mata memandang kamu Cuma ketemu sama yang idungnya mancung kaya
pinokio? Sama! Idem! Monoton! Gak berwarna!.
Coba deh ada
yang idungnya mancung, pesek, kecil, besar, rasanya hidup lebih berwarna karna kita
lebih beragam. Jadi setiap dari kamu punya ciri khas masing- masing, bukan
punya ciri khas yang sama. Tapi yah, kita bisa bilang apalah. Itu kebudayan dan
pola pikir yang sudah tmbuh di daalam ranah mereka, kita anak sebelah gak boleh
banyak protes.
Ok, kembali
pada Webtoon yang algi dibicarakan. Dihari pertama sekolah, Nari, tokoh utama
dalam komik ini pergi ke sekolah dengan penuh semangat. Secara hari pertama
masuk SMA, dulu aku juga gitu kok, berasa naik satu level dengan seragam yang
udah berganti. Kemudian si Nari mulai membayangkan kehidupan yang akan di
jalani di dalma sekolah nantinya, ketemu temen, main bareng, bahkan punya
pacara (njirrrrrrrr, jauh bangettt).
Namun, lamunan
itu lantas pecah di udara ketika dia bertemu dengan anak prempuan teman ibunya
Im Yuna yang—well you know—dari
kalangan dewa – dewi a.k.a kembang sekolah. Mulai lah si Nari menjadi gelisah,
perkara beremu dengan siswa yang memenuhi beauty standard. Masuk kelas yang
duduk di depannya juga gak kalah cantik, lalu jam istirahat Yuna bawa temen baru
yang juga *sigh* cantik.
Rasa minder
Nari semakin menjadi – jadi ketika ketiga orang cantik yang di jumapinya di
hari pertama sekolah menyeretnya makan bersama ke kantin. Terjadilah fenomena
ala drama – drama korea, semua mata tertuu pada mereka, iya mereka, mereka
beritga minus Nari. Para siswa laki – laki mulai bisik – bisikan, bilang mereka
itu dewi lah, cantik lah, idaman setap lelaki lah, mereka merasa bersyukur
karna mereka masuk ke sekolah ini lah, dan seterusnya. Para siswa laki – laki ini
mulai memberi nila pada masing – masing mereka, hingga sampai pada Nari, mereka
mulai merasa ragu untuk memberi komentar apapun.
Dan seterusnya
begitulah siksaan batin yang di rasakan Nari sehingga dia merasa kecil, merasa
butiran debu. Mulailah dia mencari – cari kelompok yang biasa – biasa saja
untuk di ajak berteman. Di merasa bahwa dirinya akan cocok dengan kelompok yang
biasa- biasa aja. Dia mulai menjauhi
orang – orang yang ‘dianggap’ cantik. Menarik diri dan memilih kawanan yang
cocok untuknya.
Kalo aku boleh
memberi pendapat, ini hal yang apling rawan, hal yang akan membunuh karakter
remaja. Merendahkan diri sendiri sama aja kita gak respect sama diri kita
sendiri. Kalo diri kita saja tidak bisa mencintai diri kita sendiri siapa lagi
yang bisa? You can’t love someone else
before you love yourself first! Sifat Nari itu hanya akan membuat diri
menyusut, tidak bisa berkembang, membatasi pertemanan, melebeli diri dengan
label – label yang tidak penting akan mensuggestikan otakmu untuk menjadi pribadi
yang minder. Mungkin ini yang dinamakan mental sakit mental sebenarnya, dan
seringnya terjadi di antara remaja.
Gak Cuma remaja
korea, remaja Indonesia juga lagi krisis sakit mental. Yah, mungkin dengan
fenomena yang berbeda, beda negara – beda pula fenomenanya, kan? banyak remaja
yang mulai terjun ke duani internet untuk mencari jati diri, they trying to find a role that can shape their character which
made them accepted in society. Mental illness, blraghh!
But, this
webtoon well done. Komik ini muncul untuk menyindir pemikiran monoton mereka
yang sudah berkembang cukup pesat dan tidak pernah berubah. Ada sisi baiknya
untuk pembelajaran remaja yang jiwanya masih labil. Cerita – cerita yag
diangkat dari pemikiran kehidupan nyata biasanya penuh dengan lessonnya.
Sampe sini
dulu tulisanku, nanti akan aku ceritakan kelanjutan dari komik ini. Bagaimana
jadinya kehidupan si Nari dalam sekolah yang penuh dengan orang cantik (?)
heee. See ya~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar