Cruella
De Vil adalah salah satu villian Disney yang dikenal kejam suka mengumpulkan
anak anjing Dalmatian untuk diambil kulitnya dan dijadikan jaket. Tokoh yang
satu ini cukup nyentrik menuruku, selain rambutnya yang berwarna hitam – putih
selera fashionnya pun cukup eye cathcing.
Jujur, aku belum pernah menonton Cruella dalam animasi 101 Dalmation, aku baru
mengenal Cruella setelah menontonnya
dalam film Cruella dari aplikasi Disney+ hotstar.
Film ini rilis tahun 2021 dengan bintang utama Emma Stone sicantik pacaranya
Spider man.
Kali
ini aku tidak akan mengomentari bagaimana acting Emma atau hal lain yang
menyangkut kualitas film, ada hal lain yang menggelitikku untuk mengupasnya di
sini. Sebelumnya akan kuceritakan
secara singkat kisah Cruella dari dia kecil.
BACA JUGA :REVIEW MAID SERIES NETFLIX (SEASON 1)
Cruella besar bersama seorang ibu yang penuh kasih sayang, tidak punya ayah lantas tidak membuat Cruella kekurangan figur sosok orang tua. Sejak kecil dia memang sudah menunjukkan sifat grumpy, galak, dan agak kasar, namun sang ibu selalu membujuknya menjadi Estella; sosok yang tidak nakal, penurut, dan mudah bergaul. Estella kemudian di sekolahkan ketika umurnya 10, sang ibu selalu ingin anaknya jaga sikap dan berbaur. Hari pertama sekolah dia sudah di jahili oleh anak laki – laki karna rambutnya yang memiliki beda warna, walaupun kemudian dia berteman dengan Anita, anak perempuan pertama yang datang dan mengulurkan tangan untuk berkenalan dengannya.
Kehidupan
Estella di sekolah sama seperti anak lainnya, tapi dia tetap menjadi bulan –
bulanan murid – murid usil. Awalnya Estella menahan sistem emosinya yang mudah
marah karna pesan sang ibu, namun lama – kelamaan hal itu tidak dapat
dibendung, Estella akhirnya sering terjerat dalam perkelahian. Perkelahian itu
yang selalu membuatnya berakhir di kantor kepala sekolah dan banyak mendapat
catatan jelek di buku laporannya.
Hal
pertama yang mencuri perhatiankku adalah orang dewasa yang tidak bersahabat: kita
akan mengenyampingkan faka bahawa pada dasarnya karakter Cruell/Estella dibuat
sebagai tokoh penjahat yang kasar, namun aku terusik dengan kelakukan guru
Estella yang terus memberinya catatan buruk karna dia berkelahi. Sungguh, orang
dewasa benar – benar lupa bahawa mereka pernah menjadi anak kecil dulunya. Sehingga
menanggapi anak kecilpun harus melibatkan emosi dan logika orang dewasa. Bagi orang
dewasa siapa yang lebih dominan/ lebih kuat dalam sebuah petengkaran dialah
biang penyakitnya, tanpa mau mencari akar permasalahan orang dewasa kerap
menghakimi anak kecil.
Pada
kasus Estella, sang guru tidak pernah mau melihat dari kedua sisi, dia hanya
akan melihat masalah dari sisi lawan
saja, hal ini disebabkan karna Estella lebih dominan, lebih keras, dan lebih
vokal dalam melawan siapapun yang mengusik hidupnya. Bagiku pribadi ini tidak
adil, bukankah orang dewasa wasit yang pantas mendengar cerita dari dua belah
pihak? Orang dewasa dianggap sudah memiliki pikiran yang matang untuk
memutuskan sebuah masalah, tapi kenapa malah orang dewasa yang melihat anak
kecil bermasalah
sebagai musuh dedekut yang harus dilawan dengan kekerasan juga.
Aku
pernah bekerja sebagai Subtitute Teacher
ketika baru lulus dari univesitas bebeapa tahun lalu. Pengalaman mengajaku nol
saat itu, aku masih terlalu muda untuk dipanggil ‘Bu Guru’ keputusanku menerima
tawaran mengajar sebagai
guru pengganti tidak lain adalah mengejar uang dan mengejar pengalaman. Saat itu
aku mengajar disebuah sekolah SMA swasta di Medan. kuceritakan pengalamanku
dari salah satu kelas yang kuajari sat itu; banyak dari mereka yang
menganggapku teman sebaya. Tidak heran jika tidak ada yang mendengarkanku.
Kemudian aku mulai agak tegas seolah guru paruh baya yang sudah cukup tua, hasilnya sebagain dari mereka mulai
memperhatikan dan sebagain lagi makin menjadi – jadi. Dari situ kemudian aku
sadar bahwa kelas ini tidak akan pernah jalan jika emosi dilawan dengan emosi. Kuambil jalan tengah
dan mulai bicara dengan mereka yang ‘membangkang’. Setelah bernegosiasi mereka
kemudian angkat bicara “Kami ingin belajar sambil bermain, selalu belajar kami
stress, sensei cerita aja tentang Jepang, anime Jepang, atau kita nyanyi, atau
main game.” Penawarannya tidak buruk,
pemintaan mereka sederhana, mereka hanya ingin kali ini didengar. Ruang kelas kembali besemangat ketika aku menyetujui
salah satu dari berbagai
usulan yang mereka berikan. Menurutku keras tidak selamanya berhasil diluluhkan
dengan kekerasan juga, anak kecil adalah calon orang dewasa yang ingin didengar
aspirasinya.
Setelah
mendapat banyak nilai buruk, Estella dan ibunya memutuskan untuk pindah ke
London memulai hidup baru. Sang ibu mengunjungi seeorang di sebuah tempat
pertunjukan fashion malam itu, disanalah terakhir kali Estella melihat ibunya.
Hari – hari berlalu Estella tumbuh menjadi anak yatim piatu bersama dua pria
tukang copet yang dikenalnya dihari dia menjadi anak yatim – piatu saat itu.
Dalam kepalanya hanya ada kenangan sang ibu yang katanya ingin menjadi
designer, dan penyesalannya terhadap kematian sang ibu yang dianggap karna ulahnya.
Estella
menjalani hidupnya sebisa
mungkin dengan bakat design yang luar biasa. Singkat cerita dia bekerja
disebuah pusat fashion ternama london tahun 70-an. Dari sana dia mengawali
karirnya dari clenaing service hingga menjadi designer sungguhan untuk
perusahaan Baronees seorang
fashion stylish ternama pada masa itu. Baroness suka dengan semua ide fresh
milik Estella, seperti memberi udara baru untuk fashion linenya.
Oke,
aku akan memangkas bagian
ini; rahasia – rahasi yang disimpan Baroness dan alasan mengapa Estella berubah
menjadi Cruella dan bagaimana dia berusaha menghancurkan karir Baroness yang
memiliki rahasia cukup gelap dimasa lalu. Kau bisa menontonnya langsung untuk
memotong rasa pensaranmu.
Dan
ini hal kedua yang menggelitikku menanggapi adegan yang disajikan dalam film
ini. Orang
Besar yang suka mencuri: Estella itu perancang busana yang luar biasa
cemerlang idenya, dia mampu menuangkan segala keinginan Baroness ke atas kertas
sketsa dan tanpa cacat sedikitpun. Semua hasil designnya dipajang, mendapat sambutan
yang luar biasa dari para
sosialita kaya, tapi yang diagungkan malah Baroness. Padahal wanita itu tidak
berkonstribusi apapun dalam proses gambar, merancang, memilih kain, menjahit,
menempel manik – manik, bergadang, dia hanya terima beres menampilkannya di
depan umum. Semua
penghargaan itu masuk kekantognya tanpa ada yang tahu siapa yang berjasa dalam
menempel manik – manik baju tersebut.
Oke,
aku setuju dengan pendapat ‘Baroness kan
yang punya perusahaan, dia yang menggaji dan mendanai semuanya.’ Ya, tidak
salah lagi dia adalah sumber uangnya, tapi sejauh yang aku tonton dia bersikap
se-enaknya saja pada semua manusia disekitarnya. Mereka itu menijijikan dan
Baroness berpendapat bahwa dia paling hebat. Berkata maaf atau berterimakasih
akan membuatmu terlihat seperti pecundang menurut Baroness.
Ini
fenomena tidak asing yang sudah sering aku temui ketika aku beranjak tua dan
semakin dekat dengan kematian. Tak jarang orang – orang tidak diapresiasi atas
pekerjaan mereka yang membawa keuntungan besar kepada perusahaan. Tidak ada
bonus, tidak ada tambahan gaji, tidak ada apresiasi. Padahal sistem yang
berjalan selayaknya yang diinginkan perusahaan terujud karna para karyawan yang
bekerja siang malam memenuhi target. Perusahaan untung, untungnya tidak dibaig rata, perusahaan rugi
karyawan harus diajak untuk mengerti keadaan. Sakit.
Seorang
temanku yang pintar gambar dan sering menjadikan gambarnya sebagai hasil
pemasukan pasif mengatakan bahwa permintaan gambar itu cukup banyak, tapi harga
yang ditawarkan selalu lebih rendah, seolah perihal menggambar adalah hal yang
gampang dan tidak makan waktu. Oleh karnanya dia kadang menghentikan gambar dan
memilih kembali menjadi budak
koorporat. Susah sekali memang mendapat penghargaan dalam bidang kerja kreatif
di Negara ini.
Belum
lagi dimanipulasi dengan skema toxic productivity; semakin lama jam kerja kamu
maka semakin produktif dirimu. Ini ungkapan paling sakit yang pernah aku
dengar, meletakkan hal lain nomor satu setelah dirimu sendiri adalah toxic bukan productive. Produktif itu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya
diatur dan di manfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal. Manusia Produktif
adalah manusia cerdas yang memiliki kualitas berbeda dari yang lain. Kecerdasan
itu datang dari otak, jadi otaklah sistem pusat yang seharusnya di perhatikan
kesehatannya; kesehatan otak, nutrisi otak, istirahat otak. Dan bekerja selama
mungkin bukan buat otak semakin terasah, tapi semakin membunuh otak perlahan –
lahan.
Dari
Cruella, aku sadar betapa banyak orang cerdas diluar sana yang tidak dihargai
dengan pantas. Tidak jarang dari mereka menyerah dengan potensi yang mereka
punya, atau bermain kotor dan picik menggunakan kecerdasaan mereka pada akhirnya. Yang
mengalami fenomena “Kurang diapresiasi” ini tidak hanya aku atau segelintir
orang saja tapi banyak. Jadi, mungkin dari pengalaman asam yang kita pernah
rasakan, kita bisa lebih peka untuk tidak memberi pengalaman yang sama ke orang
lain.
Cruella film Disney rekomendasiku kali ini. Kalian juga
harus nonton. Terimkasih sudah mampir, salam hangat
dari kerajaan yang jauh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar