Senin, 24 Januari 2022

REVIEW FILM IMPERFECT; KARIR, CINTA, DAN TIMBANGAN


 


Memenuhi standar yang digariskan sosial adalah hal paling mustahil yang dapat dilakukan seorang manusia. Musthil, karna menurutku setiap manusia diberikan kemampuan, nafsu, dan keinginan yang berbeda – beda porsi. Ketika A mengatakan kamu cantik hanya mengenakan baju warna merah, si B meminta kamu untuk meminta warna kuning, keingina manusia tidak pernah berujung dan cenderung musthil untuk dipenuhi. Seharusnya tidak perlu dipenuhi, jika kita terlahir dengan kadar kemampuan dan nafsu yang berbeda – beda kenapa kita harus mendengar standar orang lain dan tutup telinga terhadap standar yang dipinta oleh diri kita sendiri ?


Imperfect adalah sebuah cerita yang diaptasi dari sebuah novel Karya Merisa Anastasia dan di sutradarai oleh Ernest Prakasa, dibintangi oleh Jessica Mila dan Reza Rahardian. Bercerita tentang seorang wanita bernama Rara yang lahira dari rahim yang sama dengan Lulu namun mereka secara fisik sangat berbeda; Rara yang lebih gemuk, kulit gelap dan agaknya tidak suka mengurus diri benar – benar bertolak belakang dengan Lulu yang sejak lahir sudah tampak benih modelnya mengikuti jejak ibu mereka yang merupakan seorang model era 90-an.

Mendapati diskriminasi dalam soisial atau ledekan halus teman – teman kantor sudah menjadi hal yang biasa didapatkan Rara, namun tidak seperti cerita si kurang cantik lainnya Rara memiliki seorang kekasih yang menerimanya apa adanya, Dika. manusia – manusia toxic itu tidak hanya ada di lingkungan kerja Rara; karyawan laki – laki yang bahkan tidak rela memberi kursi saat makan siang kepada Rara padahal mereka sudah selesai makan siang (Heran, ketika kecantikan mendorong seseorang menjadi tidak manusiawi terhadap manusia lain, padahal di sisi lain mereka sering mengelu – elukan hak asasi manusia), atau bos yang mengakui bahwa perusahaan membutuhkan otak Rara tapi lagi – lagi Rara menjadi second option karna casingnya yang tidak indah dipandang jika dilihat secara standart masyarakat umum, toxic itu bahkan didapatnya dari dalam rumah, tempat pertama yang dia lihat ketika dia terlahir di dunia.

Ibunya memang mantan seorang Model dan setuju akan statement bahwa cantik adalah harga mati agar dapat menjalani hidup dengan damai, tapi menurutku apa yang digerakkan sang ibu adalah hal toxic kepada Rara. Seharusnya ibu menjadi tempat Rara berlindung ketika dia mendapat perundungan terhadap bentuk tubuhnya di luar, bukan malah menjadi akar dari ketidak percayaan diri Rara berasal.

Tapi kemudian hidup Rara sesaat membaik ketika dia memenuhi keinginan bosnya yang ingin dia ‘memperbaiki’ diri. Rara mulai diet, rajin berolah raga, pelit makan, mengonsumsi jus buah – buahan, belajar make up, mengaplikasikan standar cantik umum pada dirinya. Rara jelas mendapatkan posisi tinggi di kantornya, akhirnya dia mampu maju bersama otak dan casingnya menjadi sebuah entitas yang satu. Tapi apakah lantas hidupnya baik – baik saja ketika dia memenuhi standar orang lain pada dirinya? Jelas tidak.

Konfilk – konflik mulai muncul, percikan – percikan kecil yang jelas menjadi alasan menimbulkan ledakan besar; hubungannya dengan Fey teman dekatnya menjadi tidak sehangat dulu. Tidak hangat bukan karna Rara yang naik pangkat, tapi karna Rara yang mulai masuk ke dalma jajaran masyarakat cantik menurut masyarakat, sedang Fey tidak memenuhi itu. Kemudian Dika, sang kekasih yang tidak menuntut ini – itu pada Rara, cek cok mulai muncul, Rara yang tidak mau lagi naik motor jika diajak pergi, Rara yang lama berdandan di pagi hari, Rara yang terus – terusan mengecek ponselnya ketika sedang makan malam bersama Dika, Rara yang lupa akan janji temunya bersama Dika.

Aku setuju dengan perubahan untuk menjadi pribadi lebih baik, tapi jangan pernah lupa bahwa terkadang ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, kita kehilangan apa yang sudah kita miliki. Aku setuju dengan perubahan fisik Rara yang menurunkan berat badan dan lebih ngurus diri, tapi tidak setuju jika semua buku panduan hidupnya kemudian mengikuti cara orang lain; Rara bukan mengatur makan, tapi tidak makan agar tetap menjaga berat badan yang jelas – jelas berdampak pada tubuhnya. Rara yang dulu memiliki moment pribadi bersama Dika mulai menjadi orang lain.

Film ini mengangkat isu yang sudah biasa kita temukan di kehidupan sehari – hari, tapi tidak pernah mendapat jalan akhir untuk selesai, sehingga harus diangkat berkali – kali ke permukaan agar menjadi pengingat bagi banyak orang. Body shaming adalah topic paling sering ditemui sehari – hari bukan begitu? Aku, kau, dan dia pasti pernah mengalami atau sekedar melihat aktivitas Body Shaming terjadi didepan mata. Bagiku film ini pantas mendapat bangku di dalam masyarakat dalam berbagai usia, orientasi, dan lingkungan sosial, karena body shaming terjadi di seluruh lapisan masyarakat, tapa terkecuali.

Bagaimana menurutmu?

Salam hangat dari kerajaan yang jauh. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

THE INTERN REVIEW; EXPERIENCE NEVER GETTING OLD

Photo originally from alphacoders.com Experience never getting old, quote sempurna dari film The Intern yang melekat dengan baik di dalam ke...

POpular Post