Rabu, 03 Januari 2018
Kamis, 21 Desember 2017
REVIEW IT (2017)
“Percayalah, pernah ada Pennywise dalam hidupku juga
dimasa kanak – kanak”
Film yag paling menyebalkan sekaligus mengagumkan
adalah film yang mampu mengaduk – ngaduk imajinasiku sampai aku ketakutan
setengah mati. Film Horror menakutkan tapi tidak berhasil mengaduk imajiansi
dengan sempurna, mereka hanya memberikan rasa takut yang bergulung – gulung
diperutmu, dan hilang ketika Film habis dan kau keluar dari ruangan bioskop.
IT berangkat dari suatu tempat dalam dunia imajinasi
masa kecil dimana ada balon, perayaan, dan badut menjadi mimpi buruk yang
memakan ilusiku habis tak bersisa semalaman diatas tempat tidur tanpa berani
memejamkan mata. Menurutku IT merupakan salah satu film supranatural yang
menceritakan ketakutan yang kita miliki dimasa kecil, ketakutan anak – anak dan
bagaimana cara mereka melawannya.
Dalam film yang diangkat dari novel penulis kondang
dunia Stephen King menceritakan 4 orang anak lelaki yang saling berteman dengan
latar belakang keluarga berbeda – beda dan ketakutan yang berbeda juga. Bill(Jaeden Lieberher) kehilangan seorang adik yang tidak dapat ditemukan dan kedua orang tua yang seakan
Move on dari sang adik tanpa menacari penjelasan atas kematiannya. Kecemasan
tumbuh dalam diri Billi yang kemudian menjadi pusat kesedihan dan ketakutannya.
Richie(Finn Wolfarhard) anak lelaki berkacamata yang betah sekali berceloteh memiliki ketakutan
pada Badut, Stanley(Wyatt oleff) anak Yahudi yang belum bisa membaca Torah, dan ketakutan
terbesarnya adalah lukisa wanita dengan wajah berantakan di runang kerja ayahnya, dan Eddie (Jack Dylan Gnazer) seorang anak
lelaki yang punya kebiasaan minum obat ini – itu tanpa tahu jelas apa
penyakitnya, ibu menjadi alasan yang
tidak bisa dibantah Eddie.
Mereka pemeran utama yang kemudian bertemu dengan
Mike(Chosen Jacobs), Baverly(Sophia Lilis), dan Ben(Jeremy Ray Taylor) dengan ketakutan mereka masing – masing. Dalam film ini
digambarkan teror badut yang setiap 27 tahun sekali muncul dan menculik anak –
anak. Kota Derry dianggap seperti mendapatkan kutukan. Tapi setiap kabar
kehilangan hanya berakhir dengan foto – foto orang hilang yang ditempel dimana
– mana tanpa hasil sama sekali.
Pennywise (Bill Skansgard) begitu nama badut penari yang menyeranga
anak – anak ini satu – persatu. I can tell you Pennywise sukses sekali
berakting se-psikopat – psikopatnya. Tanpa Dia
aku tidak pernah tahu bahwa
Pennywise punya wajah menawan nan tampan di kehidupan aslinya hehehe..
Misi inti mereka adalah mencari dimana Jasad Georgie
adik Bill yang menghilang setahun yang lalu. Bill hanya ingin menemui kenyataan
pasti terhadap apa yang terjadi pada adik semata wayangnya. Pencarian itu tidak
gampang, mereka mulai ditakuti oleh ketakutan mereka masing – masing. Diujung
ketakutan tersebut selalu saja muncul seorang badut dengan balon merah. Masuk
kedalam gorong – gorong, menulusuri sumur, dan kemudian berada di titik inti
tempat dimana Pennywise bersembunyi dan
membawa anak – anak yang telah diculiknya melayang di udara.
Menurutku pribadi, film ini menggambarkan ketakutan masa
kanak – kanak kita yang harus kita lalui untuk mencapai tahap selanjutnya dalam
kehidupan. Errr—ini hanya bagaimana caraku melihat dan mengartikan IT dari
kacamataku, kau boleh tidak setuju jika kau mau. Pennywise merupakan suatu
tahap dalam kehidupan yang harus kau lampaui. Cara melampauinya kau harus
berani melangkah dengan segala hal yang ada dibawah sol sepatumu saat ini;
orang tua yang over protective, pembulian, kenangan masa lalu atas kehilangan
seseorang, gosip buruk yang membuat wajahmu terlihat sangat kotor, atau
peraturan – peraturan tertentu yang ditetapkan orang dewasa tanpa mendengar pendapatmu.
Hal – hal tersebut sebenarnya yang akan membuatmu ketakutan, depresi, dan tidak
memapu mengangkat sepatumu untuk melangkah lebih jauh lagi. Untuk menulis
sebuah kehidupan yang lebih besar dari saat ini.
Pennywise adalah poin utama yang harus kau lampaui
untuk mencapai kedewasaan. Kau dipenuhi ketakutan dan Pennywise merupakan
perasaan antagonis yang selalu merasuki pikiranmu dan mengatakan “Menyerahlah,
karna terlalu menakutkan untuk melewati masa – masa ini.” kata – kata yang paling sering disebutkan
Pennywise adalah “Float”—melayang. Ya,
pikiran antagonis sering sekali membuatmu ingin melayang dari cita – cita masa
depan yang sudah kau atur, sedang untuk menuju masa depan kau harus menjadi
dewasa, untuk menjadi dewasa kau umurm harus bertambah dan kau harus melewati
segala rintangan yang kau temui di usia saat ini; seperti pembulian yang
terjadi pada Ben misalnya.
Tidak semua orang mampu menekan perasaan anatagonisnya
dan bangkit dari keakutan, ketakutan bisa merubahmu menjadi makhluk lain.
Seperti Henry yang merupakan pembuli paling menyebalkan namun memiliki ketakuan
terhadap ayahnya sendiri. Henry tidak memilih untuk melawan ketakutan itu
dengan cara yang baik; menjadi anak yang diharapkan orang tuanya. Dia
membiarkan perasaan antagonis merasuki pikirannya dengan membunuh ayahnya
sendiri. Sejak saat itu Henry sudah berhasil memilih masa depannnya. Menjadi
seorang trouble makker.
Apa pilihan enam sekawan yang kemudian berperang
dengan Pennywise? Mereka memilih untuk membung jauh – jauh rasa takut mereka
dan bangkit melawan Pennywise. Di bagian ini semua dari mereka masing – masing
dipertemukan dengan ketakutannya. Seperti beverly yang dipertemukan dengan
wajah sang ayah yang sangat dibencinya, atau Bill yang menemukan jaket hujan
Georgie dan menemukan pertanyaan besarnya selama ini bahwa Georgie benar telah
mati. Ketika semua dari mereka mampu melawan ketakuannya Pennywise mulai
melemah, ketakutan malah berbalik menyerangnya. Pennywise masuk kedalam sumur
dan menghilang menjadi keping – keping.
Stephen King tidak pernah mengecewakan, bukan? dan aku
suka film ini walaupun dia mengaduk – ngaduk imajinasiku dengan sangat kejam
hahahaha. Ini visualisasi dari masa kanak – kanak kita menuju kedewasaan. Hanya
pemenang yang mampu menyusun mimpi – mimpi dan kemudian mengujudkannya.
Rabu, 20 Desember 2017
REVIEW KIDNAP (2017)
”They messed with the wrong mother”
Kidnap salah satu film bertema kriminal penculikan
yang kembali dibintangi oleh Halle Berry. Jika di film The call Helle menjadi
seorang operator 911 yang menangani kasus penculikan seorang anak remaja, kali
ini dia menjadi seorang ibu yang menjadi korban penculikan anak, anak semata
wanyangnya di culik di taman bermain sehingga ia memutuskan untuk mengejar
anaknya sendirrian.
Mainly film ini bersetting di dalam mobil dan jalan
raya. Karla (Halle Berry) merupakan singgle parent yang sebentar lagi akan
menjalankan sidang perceraian dan tengah berdebat hak asuh anak. Karla bekerja
sebagai seorang waiters di salah satu Café. Setelah bekerja di café hari itu Karla dan Farnkie—anak laki-
lakinya—pergi ke taman bermain untuk menghabiskan waktu bersama. Ketika sedang
menerima telfon dari pengacara perceraian yang mengatkan bahwa suaminya ingin
hak asuh penuh atas Frankie.
Inilah permulaan dimana Frankie menghilang. Asumsi
pertama yang keluar dalam kepalaku adalah; Frankie diculik oleh orang bayaran
ayahnya sendiri. Tapi ini teori yang paling gampang ditebak. Asumsi kedua
muncul, sebelumnya ketika main Marco-Polo bersama Farakie Karla duduk
bersebelahan denan seorang Pria yang rambutnya agak ikal. Pria itu bertanya
berapa usia Frankie. “Ini bisa saja penculiknya” pikirku. Asumsiku didukung
oleh fokus kamera yang agak banyak ke arah Pria yang berbicara dengan Karla
tersebut. Biasanya fokus kamera bisa menjadi kata kunci, kan?
Setelah semua asumsiku
salah, aku memutuskan untuk terus lanjut nonton saja hehehe.
Disinalah letak dilema yang kemudian datang. Sebagai seorang
ibu yang melihat anaknya diculik akan menjadi insting naluriah pertama yang
akan keluar dari dalam dirinya yaitu untuk mengejarnya tanpa henti. Karla kemudian
memutuskan mengejar anaknya dengan mobil pribadi tanpa bantuan polisi melawan
ketakutannya sendiri. Akting Halle memang tidak pernah kuragukan, dia selau
berhasil fitin dengan peran pantang
menyerahnya, atau dengan rasa tegang yang diberikannya pada penonton.
Pengejaran terus terjadi tanpa pertolongan pihak
berwajib. Sampai pada sewaktu ketika Karla melihat seorang polisi lalu lintas
yang sedang beroperasi dibelakangnya. Karla mencoba memancing perhatian pak
polisi dengan mengemudi ugal – ugalan. Rencananya berhasil, polisi tersebut terpancing
dengan aksinya. Karla mencoba untuk memberi tahu polisi tersebut bahwa anaknya menjadi
seorang korban penculikan mobil yang berada didepannya. Malangnya Pak polisi
yang berada disamping mobil Karla di pepet oleh si penculik. Setelah berhasil
melumpuhkan seorang polisi, Karla dan si penculik bertatap muka. Seorang lelaki
keluar dari mobil dengan sebuah pisau. Karla
mengatakan bahwa dia akan memberikan dompet dan kartu kreditnya jika
mereka melepaskan Frankie.
Ini belum berakhir, masih banyak pengejaran dan
perkelahian yang terjadi, bertengkar bersama seorang wanita didalam mobil
sampai membunuh pria bersenjata tajam tadi dengan tangannya sendiri sebelum menemukan
sebuah rumah dimana mereka menyembunyikan Frankie dan beberapa anak lainnya.
Sebelumnya Karla mencoba melapor ke polisi daerah Chaster
dimana dia kemudian mencoba menghubungi suaminya David, di saat bersamaan Karla
sadar bahwa polisi setempat tidak dapat menjadi harapan, begitu banyak laporan
anak hilang dan mereka hanya menunggu.
Singkatnya, Karla mengejar anak semata wayangnya
dengan masuk kedalam sangkar harimau(read: markas penculikan) tanpa pengawalan
siapapun. Seorang Wanita yang tadi bertengkar didalam mobil dengannya berhasil
kembali ke markas dan menjadi satu – satunya penjaga yang separuh tubuhnya
penuh luka – luka.
Tidak hanya Frankie, Karla juga menemukan dua orang
anak lainnya yang disekap. Karla sempat menelfon 911 dari rumah si penculik
yang mana kemudian mati ditanannya sendiri. Kasus Karla mengungkap gembong
penclulikan anak terbesar yang berbasis di tiga daerah besar; New York, London,
dan Dubai.
Well, sometime movie just not for amusement. Terkadang
dari film kita bisa belajar banyak hal seperti nilai – nilai moral, pengorbanan,
dan arti pentingnya waspada dengan kondisi sekitar.
posted by Azhari
Kamis, 14 Desember 2017
REVIEW THE 13 GOING ON 30
“ Well, Jenna, I know I made a lot of mistakes, but I
don’t regret making any of them. Because,
if I hadn’t made them I never learn to make things right.”
Jenna Rink (Jennifer Garner) remaja berusia 13 tahun
yang selalu ingin tampil cantik dan memiliki pamor diantara anak – anak
sebayanya. Impiannya ingin sekali menjadi anggota Six Chick yang terdiri dari 6
orang anak perempuan yang tenar di sekolahan, namun penghinaan yang didapatnya
ketika ulang tahun yang ke -13 membuatnya benar – benar terpukul dan
mengucapakan permohonan agar menjadi canti, sukses, dan seksi di usia 30 tahun.
Jenna tidak pernah menyangka bahwa permohonan tersebut terkabulkan, di saat
yang bersamaan dia kehilangan Mat Flamhaff (Mark Ruffalo) yang merupakan teman
dekatnya.
young Jenna and Matty |
The 13 Going On 30 adalaha film Romantic comedy - drama
Amerika yang diprodukis oleh Revolution Studios untuk Colombia Picture. Film
yang rilis pada 23 April tahun 2004
menjadi salah satu film romantis favoritku sepanjang waktu. Pertama sekali
menemukan film ini di salah satu list Box Office layar kaca channel Tv swasta
ketika masih duduk dibangku SMA.
Jenna Rink menemukan dirinya terbangun disebuah
apartemen mewah dalam usia 30 tahun. hal yang terakhir diingatnya adalah pesta
ulang tahun ke – 13 yang berakhir berantakan karena Tom- tom atau Lucy Wyman
(Judy Green) yang menghancurkan pesta ualng tahunnya. Jenna mengurng diri
didalam lemari barang dan mengucapakan beberapa keinginan yan benar – benar
terkabul dan membuatnya tebangun dalam usia 30 tahun.
Terbangun dalam usia dewasa namun tidak membuat sifat
anak – anak 13 tahunnya tidak berubah. Jennifer Garner memberikan akting
terabaiknya dengan khas anak – anak yang imut. Seperti mimpinya ketika berusia
13 tahun, Jenna menjadi seorang Editor di salah satu majalah fashiion yang
sering dibacanya ketika remaja, Poise magazine dan berteman dekat dengan Lucy
ketua dari anggota Six chick yang begitu dikaguminya.
Secara keseluruhan Jenna sudah memiliki segala yang
diimpikannya; berusia 30 tahun, pekerjaan yang diinginkan setiap wanita di
dunia, pacar seorang atlit baseball terkenal, kehidupan yang glamor, apartemen
pribadi yang dipenuhi dengan barang – barang branded, Namun segala perubahan
dalam proses hidupnya itu tidak dibarengi dengan kehadiran Matty, teman dekat lelakinya sejak kecil.
Jenna harus merelakan Matty dalam cerita hidupnya untuk mewujudkan kesuksesan
yang lainnya.
Dalam cerita hidupa Jenna yang berusia 30 tahun, Matty
dan Jenna tidak saling berteman sejak ulang tahun Jenna yang ke – 13. Namun
proses kedewasaan Jenna yang sedikit sulit dimengerti membuat segala kenangan
yang tersisa dalam ingatan hanyalah ingatan masa kecil dimana dia dan Matty
masih menjadi sepasang teman dekat.
Jenna memerintahkan seorang asistennya untuk mencari tahu keberadaan Mat
setelah kemudian memutuskan untuk pergi mencari alamat apartemennya.
Singkatnya Jenna dan Mat kembali menjalin pertemanan,
kembali manghabiskan waktu bersama, hingga Mat sempat menjadi fotografer untuk
Poise Magazine. Namun banyak yang dirasakan menghilang dari dirinya. Sebagai
seorang wanita muda yang memiliki karir yang baik, dikelilingi dengan lifestyle metropolitan Jenna merasa
tidak punya seorang teman yang benar – benar setia, seseorang yang dapat
mencintainya, keluarga yang lama telah ditinggalkannya, dan Mat yang akan
segera menikah.
Seperti itulah kehidupan yang paling menakutkan,
ketika kau akan kehilangan segala hal manusiawi untuk mewujudkan hal – hal duniawi.
Seberapa suksesnya dirimu kau bukanlah siapa – siapa tanpa orang – orang yang
mampu mencintaimu sepenuh hati.
Dihari pernikhan Mat, Jenna datang kerumah masa kecil
Mat yang bersebelahan dengan rumah masa kecilnya. Diam – diam masuk kekamar
tidur Mat. Mat yang sedang bersiap memakai Tuxedonya agak terkejut menerima
Jenna wanita yang dicintai sejak kecil
dihadapannya di hari pernikahannya. Mereka saling mengungkap perasaan masing –
masing. Mat mengaku bahwa dia tidak pernah mampu benar – benar mencintai
seseorang setelah Jenna, namun tidak adil bagi calon istrinya jika ia
membatalkan pernikahan mereka untuk kembali bersama Jenna.
Apakah Jenna mampu mendapatkan kesempatan ke-dua?
posted by Azhari
Sabtu, 09 Desember 2017
EPIK HIGH; WE'VE DONE SOMETHING WONDERFUL
Setelah mengenal Epik
High karena Tablo Skandal yang
begitu menghebohkan jaman dulu, aku mulai memasukkan Epik High kedalam playlistku, walaupun tidak begitu inteens
mengikuti perkembangan mereka tapi mereka fit
in my taste. Tablo yang memang
terlahir sebagai pekerja sastra yang luar biasa selalu berhasil menulis lirik –
lirik yang akan menyatu denganmu tiap kali kau mendengar lagu – lagunya.
Kemudian di karya sastra yang lain, Tablo mencuri ketertarikanku dalam
novelnya yang berjudul Pieces Of You. Aku membacanya
berulang kali (bahkan sebelum menulis arikel ini hehe). Selain pernah merasakan
tinggal di berbagai negara termasuk Indonesia, Tablo merupakan lulusan Standford University, sejak kuliah sudah
berperan aktif dalam komunitas majalah sastra di kampus.
Jadi, yang ingin aku tulis hari ini adalah album baru Epik High yang bertajuk We’ve Done Something Wonderful yang rilis
bulan Oktober lalu. Awalnya aku hanya mendengar potongan salah satu lagu dari
labum ini dari Instragram seorang teman yang me-repost postingan Instagram Tablo. Hanya sepotong sudah membuatku
penasaran hingga memutuskan untuk mendengar keseluruhan isi Album, and here
they are:
1. 난
사람이 제일
무서워
2. 02. 연애소설
(Feat. 아이유)
03. 노땡큐 (Feat.
MINO, 사이먼 도미닉, 더콰이엇)
04. 빈차 (Feat. 오혁)
05. HERE COME THE REGRETS (Feat. 이하이)
06. 상실의
순기능 (Feat. 수현)
07. BLEED
08. TAPE 2002
09. 어른
즈음에
10. 개화(開花) (Feat. 김종완 of 넬)
11. 문배동
단골집 (Feat. 크러쉬)
No Thank You
merupakan salah satu lagu yang menjadi kontroversi. Lagu yang dinyanyikan
bersama Minho ‘Winner’, Simon D, dan The
Quiett memiliki ciri khas para rapper yang sering menggunakan kata – kata
sarkastik dalam menyampaikan kritikan terhadap soecity. Namun, netizen
menangkap lirik kontroversi pada baian Song
Minho “Even
using the word motherfucker is being called misogynistic, shit “ Kontroversi pada lirik
lag tidak hanya sekali ini saja terjadi pada Song Minho. Rapper tampan yang
merupakan salah satu anak asuh YG. Entertaiment ini juga pernah terjerat lirik
kontrversi pada lagunya dari Show me the money yang disiarkan di Mnet “spread your legs like
you’re at the gynecologist”
Karna salah paham yang terjadi
pada publik kemudian Tablo dan teman
– teman buka suara dan mengatakan bahwa mereka tidak memiliki maksud – maskud
tertentu dalam lirik yang dinyanyiakan Song
Minho pada lagu mereka. Mereka juga menambahkan jika dilihat secara
keseluruhan” it is a reckless satire of society”
Nyanyian dengan lirik – lirik satir memang sering
menjadi khas dari lirik penyanyi Rapper. Penyampai kritikan kepada netizen
sering digambarkan dalam kata – kata yang agak
kasar bagi beberapa orang. Bagiku pribadi lagu ini dibuat untuk mengkritik
salah sau sifat yang berkembang pesat dalam kehidupan sosial kita; suka sekali
mengurusi kehidupan orang lain dan mengkritik hal – hal kecil yang tidak begitu
penting untuk menjatuhkan pihak – pihak tertentu. No Thank You mencoba menjadi lagu yang
menyindir dari segi musik hiphop.
Selain No Thank
You ada Bleed yang juga menjadi
favoritku selanjutnya. Bleed
menceritakan kegelisahan manusia terhadap manusia lainnya, maksudnya
kegelisahan yang sering terjadi dalam diri seseorang ketika mereka mencapai di
suatu titik dimana mereka memiliki power
and fame namun mulai kekurangan orang
– orang yang dapat mereka count on.
Aku fikir ini menggambarkan mereka sendiri sebagai publik figure. Publik figure
merupakan orang – orang yang rentan terserang Mental Dissorder ketika siklus
kehidupan mereka mulai berubah dan berbeda dari manusia pada umumnya. Ruang
gerak yang dibatasi dan kehidupan yang terus – terusan di tonton.
Kritikan yang disulap dalam bentuk sastra lainnya ada
pada lagu Tablo yang berjudul Dear
TV. Jika tidak salah lagu ini di tulis setelah skandal besar yang pernah
menyerangnya beberapa tahun silam. Skandal besar yang mempermasalahkan status
sarjananya dari Universias Standford. Ini Skandal yang lumayan besar dan benar
– benar membuatnya Tablo sangat
terpukul.
Ini yang aku suka dari lagu – lagu Epik High, lirik – lirik yang ditulis
dengan kritikan jenius ala rapper, lirik percintaan yang romantis dan tidak
cukup didengar dalam satu hari, atau lirik patah hati yang meningalakan luka
bagi pendengarnya.
Bagiku Tablo
salah satu pekerja Sastra yang berhasil menyampaikan isi kepalanya dalam
barisan – barisan kata yang indah. Ini rekomendasi musik yang mungkin bisa kau
nikmati sebelum tidur nanti malam. Semoga kau dan aku menyukainya….
posted by Azhari
REVIEW THE GREAT WALL (2016)
Tembok besar China yang telah berdiri berabad-abad, dan telah menjadi salah satu keajaiban dunia. Panjangnya lebih dari 8850 KM pembangunannya butuh lebih dari 1700 tahun. Bayangkan aja gimana luar biasanya tembok yang panjangnya ampun-ampunan. Di tembok besar China inilah yang menjadi latar belakang film The Great Wall. Film yang menyajikan setting dengan full Chinese empire, dengan costume prajurit zaman kekaisaran China, dan setting kerajaan yang bagus banget. Ceritanya juga dari awal sampai akhir juga bener-bener ga bosenin.
Pemerintahan orde tanpa nama kedatangan tamu tak diundang : William dan Tovar. Wiliiam dan Tovar sebelumnya gerombolan prajurit yang mencari bubuk hitam, akan tetapi di perjalanan mereka diserang oleh penjahat padang gurun hingga yang tersisa tinggal 4 orang. Pada malam mereka di kejar penjahat, mereka bersembunyi di balik bukit. Kedua teman mereka dimakan monster legenda yang belakangan diketahui bernama Tao Tie, William berhasil memotong tangan dan membunuh monster tersebut dan memutuskan untuk membawa tangannya.
Cerita terus berlanjut dan menghadirkan adegan-adegan pertempuran yang menegangkan dan dramatis. Berkali kali Tao Tie menyerang banyak terjadi pertempuran dan mereka kehilangan banyak nyawa. Ternyata, penyerangan Tao Tie merupakan pengalihan sementara yang lainnya menggali trowongan untuk masuk lebih jauh ke ibu kota.
Yang terjadi diakhir cerita sungguh dramatis, Tao Tie berhasil masuk ke ibu kota dan membuat koloni seperti Zombi di Film World World Z. Kini harapan ada ditangan Jendral Lin Mae dan William karena sudah banyak yang tewas dan Tovar lebih memilih kabur bersama Ballad dengan bubuk hitam. William dan Jendral Lin Mae membidik Ratu Tao Tie, dua kali membidik dua kali mereka gagal. Tao Tie monster hijau yang cerdas dalam melindungi Ratunya, mereka membuat blockade seperti yang di lakukan polisi hingga sang Ratu tak bisa diserang walau dipanah dari atas. Hingga akhirnya usaha William dan Jendral Lin Mae berhasil, sang ratu berhasil diledakkan dan seluruh koloni tak berkutik lagi.
Posted by : Sunflower
Selasa, 05 Desember 2017
REVIEW THE SPACE BETWEEN US (2017)
The Space Between Us adalah film keluaran
STX Entertainment dan Huayi Brothers Picture di tahun 2017. Awalnya sih
gara-gara ngomongin Mars sama si adik jadinya kebayang film ini. Di perankan
oleh Asa Butterfield anak laki laki bermata biru favorite aku. Film yang tidak
hanya bercerita tentang kisah cinta tetapi juga tentang seorang anak yang
dilahirkan di Mars yang seumur hidupnya belum pernah melihat bumi. Selama ini
ia hanya mengenal bumi melalui video. Dapat dibayangkan ya bagaimana sedihnya lahir
dan tinggal di tempat yang bukan seharusnya dia berada.
Sarah Elliot merupakan seorang Pemimpin
Astronaut yang dikirim oleh East Texas untuk menjalankan misi di Mars. Tapi sayang
sungguh sayang, sarah ceroboh. Ia sudah tiba di Mars dan ia baru mengetahui
bahwa dirinya hamil. Misi sudah terlanjur terlaksana, media sudah terlanjur
gembar-gembor dan misi tak mungkin dibatalkan, hal inilah yang membuat Nataniel
Shepherd si pemilik East Texas tak menyetujui kepulangan Sarah walaupun pihak
NASA menentang keputusan tersebut. Hingga akhirnya sarah melahirkan dan meninggal
di mars. Nataniel shepherd menyesal atas meninggalnya Sarah karena keputusannya,
kemudian nataniel menarik diri dari misi ini. Tetapi, anak Sarah Elliot tetap tak
diizinkan pulang ke bumi.
Gardner Elliot anak laki-laki yang
lahir di mars itu kini telah berusia 16 tahun. Karena lahir dan besar di mars,
tubuhnya menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Gardner terkena penyakit tulang
dan komplikasi lainnya karena tumbuh bukan di bumi. Gardner yang malang dia tak
memiliki teman seusiannya di mars. Namun ia berselancar di dunia maya dan
menemukan seorang gadis cantik berasal dari bumi yang menjadi sahabat penanya.
Film The Space Between Us ini
sebenarnya bercerita tentang kisah cinta antara anak manusia beda alam. Yo iyo bener toh, yang satu dari alam
bumi yang satu dari alam mars, ya beda. Jadi sebenarnya kepulangan Gardner ke
Bumi memiliki alasan lain selain penelitian dirinya. Gardner berencana menemui
sahabat penanya dan mencari ayahnya.
Setelah sampai dibumi gardner benar-benar terpukau dengan bumi, begitu
banyak warna dan hal hal yang tak pernah dilihatnya di Mars. Gardner harus di
karantina untuk melakukan beberapa test untuk mengawasi organ-organ pentingnya
agar bisa bertahan di bumi. akan tetapi Gardner berhasil kabur dari tempat
karantinanya ia pergi mencari Tulsa si sabahat penanya dari bumi. “What’s your
favorite thing about earth?” that’s what he said to everyone he met. Kalau aku
ditanya apa yang paling aku suka tentang bumi, aku akan jawab my bed. Setelah seharian
lelah menghadapi gonjang-ganjing kehidupan tentu saja butuh istirahat dan
tempat tidur adalah hal terindah.
Menariknya, Seseorang yang tak
pernah berada di bumi tentu saja akan sangat terpesona dengan keindahanya, akan
tetapi manusia-manusia yang lahir, tumbuh, dan seumur hidupnya berada di bumi
mengapa tak merasakan hal yang sama malah justru merusaknya. Oalah bumi sungguh
malang nasibmu. Bumi ku yang sekarang bukan bumiku yang dulu. seharusnya kita sebagai
penghuni di muka bumi bersyukur dengan segala karunia Tuhan, bersama-sama menjaganya,
merawatnya. Jangan sampai loh nanti kita juga ikutan pindah ke Mars karena Bumi
sudah tak layak menjadi tempat tinggal lagi.
Banyak hal-hal yang dilihat dan
dipelajarin Gardner di bumi. termasuk cinta. Gardner benar-benar terpesona
dengan Talsa Seorang gadis yatim piatu dari panti asuhan. Gardner bersama
dengan talsa memulai expedisi mereka mengungkap siapa sebenarnya ayah dari
Gardner. Mereka berkejar kejaran dengan orang-orang Nasa dan waktu. Semakin lama
Gardner diluar semakin melemah kondisi tubuhnya. Hingga akhirnya Tulsa dan
Gardner menemukan pria di Video milik sarah –yang disangka Gardner adalah
ayahnya-. Pria itu bukan Ayah Gardner! Dia ternyata adalah Adik Sarah Elliot yang
dengan kata lain Paman Gardner. Sungguh kecewa Gardner. Ia berjalan ke laut
selagi Tulsa berdebat dengan Paman Gardner. Gardner memutuskan menenggelamkan
dirinya sampai akhirnya orang-orang dari Nasa datang menyelamatkan Gardner,
Termasuk Nataniel sang pemilik East Texas. Dengan kondisi yang lemah Gardner
bertanya pada Nataniel.
“Seperti apa dia… Ibuku ?”
“Dia Pemberani. Dia baik hati. Dia tak terkalahkan. “
“Kematiannya Membuatku ingin mengakhiri hidupku”
sambung Nataniel
“Kau mencintainya ?”
“Yes.” Kata Nataniel menangis.
“Kau ayahku.”
“Yes”
Begitulah pertemuan ayah dan anak yang terpisah
jarak ribuan bintang. Sungguh mengharukan tapi ditengah kebahagian itu
mengharuskan mereka untuk cepat kembali ke Mars karena kondisi tubuh Gardner
tak sanggup lagi bertahan di bumi. Di akhir cerita Gardner dan Tulsa harus
kembali berpisah. Tapi yang namanya the power of love ya jelas kuatnya luar
biasa. Tulsa di ajak seorang astronaut untuk tinggal bersamanya dan berlatih
menjadi astronaut. Tulsa Pasti datang menemui kekasihnya ke Mars. Pasti.
by : Sunflower
Langganan:
Postingan (Atom)
THE INTERN REVIEW; EXPERIENCE NEVER GETTING OLD
Photo originally from alphacoders.com Experience never getting old, quote sempurna dari film The Intern yang melekat dengan baik di dalam ke...