The Little Prince, aku dapat buku ini tiga tahun lalu
dari seorang teman sebagai hadiah ulang tahun. Jujur saja, aku harus membacanya
berulang kali agar pesan yang ada didalam buku tersampaikan ke dalam kepalaku
(walaupun sampai serakang belum tersampaikan dengan sempurna). Buku ini
merupakan karya sastra yang luar biasa
dengan semua pembelajaran sosialnya.
Pada akhirnya lewat Film animasinya aku mulai dapat
menyimpulkan pesan (menurut pnadanganku sendiri) dari buku ini. Dalam karya
animasinya diceritakan seorang anak gadis yang kehidupannya diatur sekian rupa
oleh ibunya yang dipercaya akan membawa masa depan yang baik baginya kelak. Dari
film ini aku melihat betapa orang dewasa begitu egois atas ambisinya sendiri.
Orang – orang dewasa di dalam cerita ini mengedepankan ambisi mereka yang penuh
keegoisan yang kemudian membuat mereka terlihat tidak seperti manusia, tidak
terlihat hidup dengan semestinya.
“Menjadi dewasa sangatlah aneh”itu yang dikatakan
pengeran kecil kepada sang raja yang ditemukannya di sebuah planet. Raja tersebut
mengaku memimpin alam semesta, semua aturan berada ditangannya, dan dialah yang
maha memutuskan. Ini lagi permasalah dari seorang dewasa, menjadi egois untuk
memutuskan benar – salah berdasarkan sudut pandanganya sendiri.
Tidak mungkin tidak, aku sebagai yang sudah dewasa
juga terkadang tersulut dengan keegoisan yang seperti ini; sulit menerima
pendapat orang lain, merasa yang paling benar. Seperti kata peterpan Don’t Grow Up It’s A Trap. Menjadi dewasa
berarti menjadi semakin realistis, dan kerealistisan tersebut terkadang membuat
kita menhilangkan kemanusian dalam diri kita sendiri.
Akhirnya aku menyimpulkan bahwa kau tidak bisa menciptakan seseorang sesuai dengan yang
kau inginkan, karna semua dari kita memiliki hak untuk menjadi seperti apa yang
dikendaki oleh hasrat dan pikiran kita sendiri. Sekalipun itu anak kita sendiri,
kita tidak berhak untuk mencabut hak hidupnya sebagai manusia yang memiliki
hasrat, emosi, dan berkembang sesuai dengan kemapuan pikirannya. Sebagai orang
dewasa seharusnya kita menjadi wasit dalam permainan yang mereka lakoni. Sebagai
seseorang yang dapat mengarahkan mereka dalam menjalani kehidupan tanpa harus
mencabut hak mereka untuk berkembang sesuai yang mereka igninkan.
Kau idak memaksakan anakmu hidup seperti apa yang
kepalamu kehendaki, karna mereka hidup di zaman mereka bukan zamanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar