Ketika kau mendedikasikan blog pribadimu untuk tempat
rekomendasi film, maka kau harus bersedia untuk mengambil segala jenis genre
film untuk di perbincangkan, yah… walaupun ada film – film yang memang harus di
seleksi juga hehehe. Sebagai penikmat film, aku termasuk salah satu
yang—errrr—bisa dikatakan cukup pemilih. Sebisa mungkin aku akan menjauhi film
– film yang terlalu banyak scene perang, perkelahian brutal, bunuh – bunuhan
dengan senajta tajam, penyiksaan, pertumbahan banyak darah, dan semacamnya. Darah
salah satu item yang sering aku jauhi. Tetapi atas nama ‘Ingin menjadi penulis
blog yang baik dan berkualitas’ aku tidak bisa terus – terusan berada di Zona
Aman. Crime juga merupakan salah satu genre dalam dunia perfilman, jadi mau
tidak mau aku harus mencoba melompat dari zona amanku dan mengambil
genre crime untuk di tulis di dalam blog.
And… Today we gonna talking about….. The Outlaw…
This movie talking
about gangster, and again gangster genre always linked to blood, war, and
brutal. Menurut salah seorang sumber terpercaya hehehe film ini cukup banyak
menuai pujian. Cukup sukses dengan akting para aktor yang patut di acungi
jempol. The Outlaw merupakan film Korea ber-genre Crime pertama yang pernah aku
tonton. Meskipun Rilis pada 2017 silam, namun masih menjadi film yang asik di
tonton di tahun ini.
Menceritakan
tentang sekelompok polisi devisi kejahatan yang harus memberantas para gangster
yang merajalela dan meresahkan rakyat pasar karena upeti yang mereka kutip
sesuka hati. Tiba – tiba saja tiga orang gangster berkebangsaan China masuk ke
Korea dan membuat keributan yang besar. Tiga orang yang entah dari mana
asalnya, entah dari mana mereka berangkat, tiga berandal yang membuat kekacauan
di Negara orang lain.
Jang
Chen(윤 계상), warga China yang menerima
hukuman gantung karena ulah gangsternya yang meresahkan. Menjadi buonan setelah
berhasil kabur dan menyelusup ke Korea. Dengan dibantu oleh dua orang anak
buahnya, Jang Chen merampas lapak – lapak perjudian, karaoke, ataupun pasar
yang dulunya di pimpin oleh gangster lokal. Permainannya yang kasar untuk
mendapatkan banyak uang yang membuat pertempuran antar gengsterpun terjadi.
Berawal
dari penemuan potongan tubuh manusia di dalam sebuah karung yang di duga tubuh
dari salah satu gengster yang menjalani usaha perjudian. Menarik Ma Seok Do (
마 동석 ), seorang polisi dari
defiis kejahatan untuk kelaur dari markas dan mengejar para pembuat onar.
Perngearan polisi terus saja berjalan bersamaan dengan kasus – kasus
pembunuhuan oleh sekelompok pembuat onar beraksen China.
Harus
akui film ini memilki scene yang bukan main menegangkan jika kau mencoba
merealisasikannya sebagai real event di dalam imajinasimu. Potongan mutilasi
yang seperti badan sungguhan, perkelahian yang main tusuk – tusukan, atau pada
adegan ketika salah seorang gengster yang memotong tangan seorang staff
tempat karaoke dengan pisau daging.
Selain
bercermin dari kisah sebenarnya; penangkapan 30 ganster besar oleh kepolisisn
Korea Selatan pada tahun 2004, menurutku pribadi film ini sukses membawa genre
crime ke permukaan. Di dukung dengan akting – akting para pemain yang begitu
menjiwai peran mereka masing – masing. Jang Chen yang dingin dan tidak
manusiawi, muncul dengan sempurna membwa sisi keseraman yang tidak di milikinya
didepan layar. Sukses membuatku penasaran pada lelaki 38 tahun ini dan
mengobrak – abrik Naver mencari profilenya hahaha.
Ma
Seok Do, polisi rasa preman yang aktingnya tidak kalah keren. Didukung dengan
pemeran – pemeran polisi lainnya, mereka suskses membawaku untuk mengenal lebih
dalam dunia kerja para polisi devisi krimininal. Setiap langkah adalah hidup
atau mati. Akting Ma Dong Seok sudah pernah muncul beberapa kali dalam list
film yang pernah ku tonton, seperti The Flu atau Train To Busan. Jujur saja,
Ajeossi ini memang memberi kesan seram yang begitu nyata dari mimik wajahnya
tidak peduli tokoh apa yang diperankannya heheheh.
Dengan
bercermin pada real event yang pernah terjadi di tahun 2004 film seperti The
Outlaw bisa dikatakan sebagai sentilan atau pengingat baik pada masyarakat
ataupun pemerintah bahwa kejahatan seperti ini pernah terjadi dan bukan hanya
orang – orang jahat saja berada di dalamnya. Tidak hanya gangster yang
membutuhkan gengster lainnya, tapi beberapa pejabat atau konglomerat
menggantungkan hidup mereka pada gangster. Unruk berbisnis; menjatuhkan usaha
lawan, merebut lahan orang lain dan banyak hal lain yang di percayakan
konglemerat kepada orang – orang (yang sering kita anggap) rendah moral.
Pada
kenyataanya kita bekerja sama dengan kekerasan untuk membangun kehidupan. Jadi,
tidak heran jika kriminalitas tidak pernah akan berhenti dari lingkaran
setannya. Sampai saat ini kita masih mempercayai hukum rimba lebih kuat dari
pada hukum yang lahir dari akal sehat manusia. Film ini juga menyampaikan,
nyaman dan amannya hidup sebuah bangsa tergantung dari bangsa itu sendiri.
Akankah kau mebiarkan tamu masuk ke rumahmu dengan se-enaknya ?