Ini buku kedua dari Keigo Higashino
yang aku baca dan buku pertama yang aku tulis reviewnya di sini. Setiap baca
buku Keigo Sensei yang terbersit dalam benakku adalah seberapa lama dia menulis
riset untuk tulisannya?? Ya, pertanyaan itu muncul karna karakter yang dia
bangun dalam ceritanya begitu nyata.
Terkadang banyak yang kontra
ketika aku menghabiskan waktuku seharian untuk nontonfilm dan kemudian menulis hal – hal penting
di dalam brain note(buku otak adalah coretan tangan setiap kali aku
dapat ide ketika sedang melamun, makan, atau setengah tidur). Banyak yang
menganggap aku hanya buang – buang waktu tanpa menghasilkan apapun, padahal film
adalah salah satu karya seni yang disepakati oleh semua orang sebagai hiburan.
Menghibur diri itu penting disaat yang dibutuhkan, kan?
Nama Penulis: Ade Ubadil, Kamila Andini Tahun Terbit: 2022 Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Jumlah Halaman: 166 hlm ISBN: 978-602-06-5862-9
Sastra merupakan salah satu wadah seni yang menggunakan bahasa sebagai medium atau sarananya. Melalui Sastra kita mengenal banyak informasi didalam dunia ini yang dibungkus dalam sebuah buku atau bacaan digital (yang dewasa ini lebih digemari). Indonesia sendiri memiliki banyak karya sastra yang menakjubkan, melahirkan sastrawan – sastrawan yang namanya harum di kalangan masyarakat. Terlepas dari minimnya budaya membaca dikalangan masyarakat Indonesia, karya – karya sastra Indonesia semakin hari semakin luar biasa.
Memenuhi
standar yang digariskan sosial adalah hal paling mustahil yang dapat dilakukan
seorang manusia. Musthil, karna menurutku setiap manusia diberikan kemampuan,
nafsu, dan keinginan yang berbeda – beda porsi. Ketika A mengatakan kamu cantik
hanya mengenakan baju warna merah, si B meminta kamu untuk meminta warna
kuning, keingina manusia tidak pernah berujung dan cenderung musthil untuk
dipenuhi. Seharusnya tidak perlu dipenuhi, jika kita terlahir dengan kadar kemampuan
dan nafsu yang berbeda – beda kenapa kita harus mendengar standar orang lain
dan tutup telinga terhadap standar yang dipinta oleh diri kita sendiri ?
Sewaktu
masih duduk dibangku Sekolah Dasar, aku hobi mungumpulkan buku cerita mini yang
dijual didepan sekolah. Kalau kalian besar di era yang sama dengaku mungkin
kalian tidak asing dengan permainan Bongkar pasang, gambar kartun bernomor,
atau lotre cabut. Dulu, semua jajanan kreatif ini di jual didepan sekolahku
oleh seorang pria paruh baya yang menjajakan dagangannya menggunakan sepeda.
Sepedanya di sulap menjadi rak berjalan yang penuh dengan mainan anak – anak.
Buku cerita mini princess series juga termasuk kedalam item yang di jual si
abang.
Selamat
tahun baru untuk seluruh umat mausia yang menakjubkan di muka bumi tuhan~
bagiku tahunbaru hanya momen berbaring
diatas ranjang sambil menghitung berapa banyak goals yang belum tercapai dan
harus masuk ulang ke list tahun selanjutnya. Malam tahun baru yang lalu hanya
kuhabiskan dengan makan – makan bersama keluarga, kemudian nonton NatGeo yang
siarannya di ulang terus sama ayah, lalu masuk kamar berbarng diatas ranjang
samil menghitung berapa jam lagi sampai ke masa depan dan menghabiskan series yang
ada di watchlist.
Dopesick adalah
salah satu diantaranya, setelah menonton trailernya aku langsung tertarik
menonton series ini. Memecahkan sebuah kasus, berhubungan dengan hukum dan
masyarakat adalah salah satu ide cerita yang memikatku dari dulu, dan ternyata
Dopesick diangkat dari kisah nyata yang terjadi di Amerika Serikat.
Buku ini dimulai
dari masa kecil Kim Jiyeong yang lahir dari ibu rumah tangga dan bapak seorang
PNS dengan pangkat yang tidak terlalu tinggi namun memiliki gaji yang stabil. Jiyeong merupakan anak perempuan ke-dua dari
tiga bersaudara. Jiyeong lahir sebagai anak perempuan yang selalu mendapat
tempat nomor dua dalam masyarakat dan dalam keluarganya sendiri, dalam buku ini
diceritakan bagaimana anak laki – laki lebih begitu diharapkan kehadirannya
dibanding anak perempuan.