Jika aku tidak salah film ini pernah diangkat
menajdi tema di acara Kick Andy ketika rilis di bioskop. Bukan karna judulnya
yang nyentrik tapi karena problematika yang diangkat dalam film ini adalah
problematika kebanyakan yang seharusnya menjadi hal serius untuk di bicarakan.
Menceritakan Dinda(Adinia Wirasti) seorang Manager Hotel yang
dikejar deadline menikah karena usia yang terus bertambah. Dinda yang sibuk
dengan pekerjaan tidak sempat berfikir untuk mencari pasangan hidup. Kehidupan
pekerjaan menuntutnya menjadi Dinda yang bisa di andalakan, sedang sosial dan
orang tua menuntutnya menjadi seorang Dinda yang sudah seharusnya meikah di
usia 33.
Meski marak yang menikah muda, ini adalah fenomena
wanita di kota besar, dimana mereka menerima tuntutan karier yang lebih besar
dari wanita daerah sehingga mereka sering melupakan pelengkap hidup “Menikah”.
Kegelisahan ini sering melanda—terutama—wanita yang sudah kepala tiga,
pertanyaan kapan menikah? Siapa pasanganmu? Kapan mau dikenali ke orang tua? Pertnyaan – pertanyaan ini kemudian memberi
tekanan batin yang lebih besar dibandingkan tuntutan pekerjaan.
Di hari ulang tahunnya yang ke-33 Dinda kembali di
terror oleh orang tuanya di jogja. Sebagai anak yang berbakti kemudian ia mulai
menjanjikan sesuatu yang begitu di harapkan orang tuanya, mengenalkan mereka
dengan kekasih Dinda. Dinda kemudian mulai berfikir kotor, menyewa seseorang
untuk diperkenalkan sebagai kekasihnya didepan orang tuanya nanti.
Satrio Maulana( Reza Rahadian) adalah seorang
actor theater, seniman jalanan yang kritis mengkritik seni peran yang
diperankan actor – actor Indonesia. Lewat seorang teman kerja, Dinda dan Satrio
kemudian di kenalkan, tak lama
setelah itu mereka menjadi partner untuk merencanakan kebohongan yang tanpa
mereka sadari membawa mereka pada kenyataan yang manis. Dinda yang terus –
terusan di batasi ruang geraknya terhadap lelaki sempurna bayangan orang
tuanya, berusaha keras membentuk Satrio menjadi sosok Rio tokoh bohongan yang
metrosexual dan sempurna.
Baik Adinia atau
Reza memeran karakter mereka dengan sangat baik, Reza yang berperan sebagai
aktor theater jalanan sempurna dengan sikapnya yang agak berandal, kocak, dan
apa adanya. Tidak bisa dipungkiri aktor yang bahkan dapat membintangi 5 film
dalam satu tahun ini memang di juluki sebagai aktor seribu wajah, karakternya
Satrio memang sangat bertolak belakang dari karakter – karakternya yang lain.
Adinia dan Reza langsung mendapat chemistry yang pas banget.
Selain mengangkat
fenomen wanita – wanita karir yang separuh hidupnya untuk pekerjaan, film ini
juga memberi sentilan kepada para orang tau yang menaruh target begitu tinggi
sebagai kriteria menantu. Lucunya, para orang tua ini menaruh harga tinggi
sesuai selera mereka bukan sesuai selera anak mereka. Ketika yang menikah dan
menjalani kehidupan nantinya sang anak malah orang tua yang milih – milih
sesuai selera mereka. Memang benar
jika sebagai orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak – anak
perempuannya, tapi manaruh patokan pada kriteria sempurna bukanlah jalan yang tepat untuk mengakhiri lajang anak
perempuan mereka.
Siapa yang tahu
bahwa yang di cari Dinda selama ini adalah apa yang orang tuanya cari, bukan
apa yang di inginkannya. Dinda memberi terlalu banyak kepada seluruh anggota
keluarganya, sampai Satrio berada di tengah – tengah mereka Dinda sadar bahwa
pengorbanannya untuk semua orang sudah cuku, saat ini saatnya dia berkorban
untuk dirnya sendiri.
Akhir yang manis
ketika Dinda dan Satrio terjebak dalam konflik emosi yang besar. Satrio yang
mengaku benar jatuh cinta kepadanya di luar kontrak yang mereka sepakati, dan
Dinda yang jatuh cinta kepada Satrio yang merupakan sosok pria yang jauh dari
karakter pilihan orang tuanya.
Bagaimana Dinda
meraih kebahagiannya kali ini?